Benny
Dengan bantuan Kenny, akhirnya rumah warisan kakek yang telah dibangun sudah terjual kepada seorang pembeli bernama Hardi. Hari ini, Hardi datang untuk menempati rumah barunya. Aku masih tidak percaya bahwa aku telah menjual rumah warisan kakek, namun ini adalah pilihan yang harus aku buat.
Saat ini, aku masih harus menyelesaikan beberapa hal sebelum meninggalkan rumah. Aku harus mengemas pakaian, buku, peralatan dapur dan makanan, serta foto yang menggantung di dinding. Aku merasa sulit meninggalkan foto kakek di sana.
Tidak banyak barang yang aku bawa. Hardi mungkin akan membutuhkan ranjang, meja, atau sofa, karena semua masih dalam kondisi yang baik. Kakek membeli perabotan rumah ini dengan kualitas bagus dan dapat bertahan lama. Aku khawatir tidak dapat menemukan rumah sebagus ini di tempat baru nanti. Selama mencari rumah baru di kota, aku tidak menemukan yang seperti ini. Semuanya terlalu modern, kaku, dan tidak ada perasaan dalam rumah tersebut.
Aku keluar sebentar untuk berjalan-jalan di sekitar rumah. Aku berjalan melewati jalan setapak yang mengarah ke danau biru yang sangat tenang. Di ujung danau, terdapat menara kota yang megah. Berbeda dengan lingkungan di kota yang ramai, di sini sangat tenang, sunyi, dan nyaman. Aku tidak dapat membayangkan ketika aku harus meninggalkan tempat ini. Mungkin tidak mustahil bahwa tempat yang aku temukan di kota baru tidak akan seindah ini. Aku merasa campur aduk antara senang dan sedih, namun aku harus menerima kenyataan.
Kembali ke rumah, aku masih belum melihat pemilik baru rumah ini. Selain itu, mobil pengangkut barang aku juga belum tiba. Aku tidak tahu apakah mereka sudah mengetahui jalan ini atau tidak. Jika mereka belum tiba, mungkin aku bisa tinggal sementara di rumah Kenny.
***
Narator
Hardi sedang dalam perjalanan menuju rumah barunya yang memakan waktu sekitar 2 hingga 3 jam dari rumah lamanya yang telah dia jual. Karena kepindahannya, dia sudah mengambil cuti selama satu minggu dan tidak memberitahu rekan kerjanya di mana dia akan tinggal, sesuai dengan pesan bosnya dahulu.
Saat hampir sampai di rumah barunya, Hardi melihat sebuah supermarket yang tidak sempat dia kunjungi kemarin saat melakukan transaksi rumah tersebut. "Sampai saat ini, supermarket itu masih berjalan juga. Padahal tempat ini tergolong sepi. Sepertinya mereka pandai dalam menjalankan usahanya," pikirnya.
Dia melanjutkan perjalanan dan tiga menit kemudian sampai di rumah itu. Benny yang mendengar suara mobil segera bangun dari tidurnya dan menunggu di depan rumah untuk menyambut pemilik baru.
Hardi melihat Benny yang menunggu di luar dan keluar dari mobil untuk menyapanya.
"Halo, perkenalkan, namaku Hardi. Aku pemilik rumah baru ini." sapa Hardi sambil menjabat tangan Benny.
"Halo, namaku Benny. Silakan masuk terlebih dahulu."
"Terima kasih!"
Mereka berdua masuk dan Benny mempersilakan Hardi duduk di sofa. Hardi kemudian melihat keadaan rumah yang kosong tanpa ada foto-foto yang tergantung di dinding.
"Di mana foto-foto itu? Apa dia sudah mengambilnya?" pikir Hardi dalam hatinya.
Saat Hardi sedang memikirkan tentang foto-foto yang tidak ada di rumah barunya, Benny tiba-tiba datang membawa segelas air putih untuknya. Hardi langsung tersadar dan menerima air tersebut.
"Maaf, pak. Apakah semuanya baik-baik saja? Apakah ada yang tidak Anda sukai tentang rumah ini?" tanya Benny.
"Hmm...tidak ada," jawab Hardi sambil meminum segelas air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah di Balik Pohon
Genel Kurgu🏠🌳 Di sebuah rumah terpencil jauh dari kota, terdapat dua lelaki yang tidak saling mengenal. Benny, pemilik lama rumah tersebut telah menjualnya kepada Hardi, namun Hardi memilih untuk membiarkan Benny tetap tinggal. Namun, di balik rahasia yang d...