07: Sepeda dan Pria Berseragam

122 4 0
                                    

Benny

Aku berada dalam mobil putih yang tiba-tiba menabrakku ketika hendak pulang ke rumah. Pria berseragam rapi yang mengendarainya dengan sigap membawa semua barang belanjaanku, meskipun beberapa di antaranya sudah rusak. Aku terluka dan berdarah di beberapa bagian tubuh, khususnya kaki yang sangat terasa sakit. Mungkin aku mengalami keseleo.

Tak lama kemudian, kami sampai di rumah. Aku mendengar si pria berseragam terkesima ketika melihat rumahku. Mungkin ini pertama kali dia melihat rumah seperti ini.

Ketika kami berhenti di depan rumah, aku memberikan kunci pintu rumah ke pria itu. Dia dengan sigap membuka pintu rumah dan membawaku ke kamar dengan lembut. Kemudian dia membaringkanku di tempat tidur yang nyaman. Dia pergi sebentar untuk mengambil segelas air untukku, sehingga aku merasa lebih baik.

Setelah itu, dia pergi untuk mencari sesuatu. Aku tidak tahu apa yang dia cari, tapi aku merasa sangat berterima kasih karena dia membantuku meski sebenarnya dia yang menabrakku saat aku mengendarai sepedaku.

Tidak lama kemudian, si pria membawa dua batang kayu. Aku tidak tahu dari mana dia mendapatkannya. Dia bertanya di mana kakiku sakit, dan aku menjawab bahwa kakiku yang kiri yang sakit. Dia kemudian meletakkan dua batang kayu tersebut di bawah kakiku dan membungkusnya dengan tali. Dia juga membawa es batu untuk dikompreskan pada bagian yang sakit. Aku merasa sangat terbantu hari ini.

Akhirnya, dia membungkus kaki aku dengan perban dan memberikan beberapa bantal untuk membuat kakiku lebih tinggi. Semoga kakiku cepat sembuh agar aku bisa kembali melakukan aktivitas seperti biasa. Aku sedih memikirkan bahwa kondisiku akan mengganggu pekerjaan Hardi dan aku tidak bisa memasak untuknya. Namun aku berharap dia bisa memahami keadaanku saat ini.

***

Pria berseragam itu membawa kursi kayu dari luar ke dalam kamarku. Setelah duduk di kursi itu, aku melihat dia menundukkan kepala, menunjukkan rasa menyesal atas perbuatannya.

"Maafkan aku, Mas. Karena aku, Mas mengalami musibah seperti ini," kata pria berseragam itu dengan suara berat yang berbeda jauh dari wajahnya yang tampaknya tidak terlalu tua seperti Hardi.

"Aku juga minta maaf, karena aku tidak bisa mengendalikan sepeda dengan baik."

Aku mencoba mengambil gelas air, tetapi tidak bisa meraihnya. Pria berseragam itu maju dan mengambil gelas itu untuk aku minum.

"Terima kasih, eh, Pria berseragam?" tanyaku ragu.

Pria berseragam itu terkejut dan tampaknya menyadari bahwa aku tidak tahu siapa dia sebenarnya. Aku baru pertama kali melihat pakaian seperti itu. Apakah dia seorang anggota militer atau polisi? Seragamnya terlihat sangat baru dan keren.

"Oh, namaku Surya Prakarsa. Seorang polisi. Mungkin karena ini bukan seragam biasa, jadi Mas tidak mengenalku sebagai polisi. Siapa nama Mas?" jelasnya.

"Namaku Benny. Benny Hartantyo. Jadi, bapak polisi ya?" tanyaku penasaran.

"Benar."

Mendengar jawabannya, aku menjadi semakin penasaran dengan kehadiran polisi di daerah ini. Warga yang tinggal di sini tidak terlalu banyak, bahkan cenderung bisa dihitung jari.

"Maaf, Pak. Bolehkah aku bertanya?" tanyaku.

"Tentu saja, apa yang ingin kamu tanyakan?" jawab pak Surya.

"Sejujurnya, apa yang membuat bapak melintasi daerah ini? Selama aku tinggal di sini, jarang sekali ada kendaraan yang melintasi daerah ini. Paling sering, kendaraan melintasi jalanan di dekat supermarket. Apakah ada sesuatu yang terjadi di sini?" tanyaku ingin tahu.

Rumah di Balik PohonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang