14: Sebuah Permintaan

46 4 0
                                    

Benny

Kali ini aku mengajak Hardi pergi ke danau. Aku ingin berterima kasih kepadanya karena telah banyak membantu aku saat aku mengalami kesulitan. Dia mengizinkan aku untuk tetap tinggal di rumahnya, meskipun sekarang rumah itu sudah menjadi miliknya. Selain itu, dia juga merawat aku ketika aku tidak bisa bergerak akibat kecelakaan yang terjadi kemarin. Dia bahkan memberikan banyak hadiah hanya untuk aku. Aku merasa tidak bisa membalas semua niat baiknya, tapi aku berharap bisa membuat dia senang dengan mengajaknya ke danau biru yang indah ini.

Aku ingin sekali membawa dia ke dermaga dan berbincang-bincang bersama, tapi aku mengerti bahwa ini adalah kali pertamanya melihat dermaga yang kondisinya tidak terlalu bagus. Jadi, aku hanya bisa menemaninya di bawah pohon. Meskipun begitu, tempat ini tidak buruk karena kita masih bisa menikmati keindahan danau dari sini.

Saat kami sedang mempersiapkan bekal, aku melihat Hardi tersenyum. Aku merasa senang jika dia benar-benar menikmatinya. Aku sudah lama ingin mengajaknya ke sini, tapi dia selalu sibuk dengan urusan di kota. Sebagai seorang arsitek, pasti banyak urusan yang harus dia tangani, terutama yang berhubungan dengan konstruksi gedung-gedung tinggi dan rumah tinggal. Mungkin saja rumah tinggal kami dirancang oleh arsitek yang sangat kompeten sehingga rumah itu nyaman untuk ditinggali.

Sekarang aku jadi penasaran, apakah kakekku juga turut serta dalam membangun rumah itu? Selera kakek sangat terasa pada rumah itu, bahkan ada ruang melukis khusus untuknya. Meski aku tidak pernah melihat kakek melukis apa pun, tapi kehadiran ruang melukis itu membuatku bertanya-tanya. Yang pasti, arsitek tersebut berhasil menciptakan rumah yang nyaman dan menjadi tempat peristirahatan yang terbaik, bahkan rumah orang tuaku kalah dengan rumah kakek.

Saat aku menikmati suasana yang menyenangkan di danau biru, Hardi dan aku menikmati pemandangan yang menyegarkan mata. Suara angin yang menerpa daun-daun hijau di sekitar danau ini terdengar seperti musik yang merdu di telinga kami. Kami merasa sangat bahagia karena menemukan danau indah ini. Namun, dermaga di sini sedang rusak dan memerlukan perbaikan.

Saat Hardi berjalan mendekati pagar kayu yang terpasang di dekat danau, aku penasaran dengan apa yang dia lakukan. Tanpa ragu, aku memutuskan untuk mengikuti dia dari belakang dan melihat apa yang sedang dilakukan oleh Hardi.

"Hardi, ada apa?" tanyaku.

"Ikut aku, Benny," jawabnya sambil mengelap kayu di dekatnya. "Kayu-kayu di sini sudah tidak bagus. Lebih baik diganti dengan kayu baru."

Aku terkejut dengan komentar Hardi. Dia tampaknya berpikir jauh ke depan dan ingin melakukan perbaikan. "Kamu mau menggantinya?" tanyaku.

"Jika ada kesempatan, aku ingin melakukannya," jawabnya mantap.

Aku merasa senang dengan niat baiknya. Namun, aku juga merasa khawatir karena pagar di sini sangat panjang. Pasti butuh banyak orang untuk mengerjakannya dengan cepat. Aku pun berkomentar, "Pagar di sini sangat panjang. Pasti butuh banyak orang untuk mengerjakan pagar ini dengan cepat."

Hardi setuju dengan komentarku dan berkata, "Benar juga, Benny. Setidaknya aku butuh 6 orang termasuk aku."

"Apakah aku bisa membantumu?" tanyaku sambil merasa sedikit tidak yakin.

Hardi meminta pendapatku dengan sopan, "Apakah kamu bisa melakukannya, Ben?"

Aku mengaku tidak tahu, "Aku tidak tahu. Tapi jika itu bisa membantu kamu, kenapa tidak?"

"Kamu pasti bisa, Ben," Hardi tersenyum padaku. "Tapi aku masih butuh 4 orang lagi."

"Apa Kenny mau melakukannya, ya?" tanyaku.

"Aku kurang tahu, tapi mungkin saja dia mau," jawabnya. "Tapi siapa lagi yang bisa membantu kami?"

Setelah beberapa saat berpikir, kami akhirnya menyadari bahwa tidak ada orang lain selain kami bertiga yang bisa membantu. Kami berharap Kenny bisa membantu kami sehingga kami bisa segera memulai pekerjaan perbaikan.

Rumah di Balik PohonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang