00: Interlude - Pesan yang Tidak Dikenali

84 4 0
                                    

Sukma

Suasana di kantor terasa berbeda hari ini, seperti ada yang spesial yang sedang terjadi. Saat memasuki ruangan, semua orang tampak sibuk mengenakan sarung tangan sebelum memulai aktivitasnya. Rupanya, akan ada uji coba produk terbaru yang sangat ditunggu-tunggu oleh tim kami.

"Apa yang terjadi? Kenapa semua orang harus mengenakan sarung tangan?" tanyaku pada rekan kerjaku yang sedang sibuk mengenakan sarung tangan.

"Kita akan melakukan uji coba produk baru, dan bahan utamanya adalah jintan hitam atau habbatussauda. Ini merupakan produk pertama yang menggunakan bahan tersebut, jadi harus dilakukan dengan hati-hati," jelasnya.

Saat itu, ponselku berdering dan menarik perhatianku. Aku melihat bahwa ada pesan masuk dari Twitter. Ternyata itu adalah pesan pribadi dari seseorang yang tidak aku kenal.

"Apa isi pesannya?" tanya rekan kerjaku.

"Orang yang mengirim pesan ini tidak aku kenal, jadi aku rasa lebih baik tidak membukanya saja," jawabku sambil mengabaikan pesan tersebut.

"Sudah benar, lebih baik fokus pada uji coba produk baru ini saja," sahut rekan kerjaku sambil menunjukkan sarung tangan yang sudah terpasang di tangannya.

***

Setelah uji coba produk terbaru selama dua jam, aku merasa gelisah dan cemas. Apakah ini terkait dengan pesan dari Twitter tadi? Aku memutuskan untuk membuka pesan dari pengirim bernama "@kennyisback" lagi.

"Hai, kak! Aku Kenny! Salam kenal!" pesan dari Kenny terbaca di layar ponselku.

Aku langsung memeriksa profil Kenny, namun tak menemukan hal mencurigakan. Meski begitu, aku merasa tidak nyaman karena Kenny mengikuti akunku. Aku memutuskan untuk membalas pesannya, tapi dengan hati-hati.

"Hai, salam kenal," balasku singkat.

Kenny belum membalas pesanku, dan aku mulai ragu-ragu apakah aku harus terus berkomunikasi dengan orang yang tidak kukenal. Namun, beberapa menit kemudian, Kenny akhirnya membalas.

"Apakah kakak bernama Sukma Hartantyo?" tanya Kenny.

Aku terkejut. Bagaimana dia tahu nama asliku? Aku memeriksa kembali pesan-pesan sebelumnya yang telah kukirim, tapi aku tidak menemukan satu pun yang menyebutkan nama asliku. Aku menjadi semakin khawatir, tapi sebelum aku sempat memblokirnya, Kenny mengirim pesan baru.

"Kakak ingat ini?" dia mengirim beberapa foto lamaku.

Aku terkejut dan bingung. Siapa Kenny sebenarnya? Dan bagaimana dia bisa mendapatkan foto-foto lamaku? Aku merasa tertekan dan penasaran, jadi aku memutuskan untuk bertanya dengan terus terang.

"Hai, Kenny, bagaimana kamu bisa mendapatkan foto-foto lamaku? Apakah kamu seorang penguntit?" tanyaku ragu.

Tak lama setelah aku mengirimkan pesan itu, Kenny membalas dengan penjelasan.

"Maaf kak, aku tidak bermaksud menakuti kakak. Tapi ini penting. Ada seseorang yang ingin berhubungan dengan kakak. Namun, dia tidak bisa menemukan kakak di mana saja. Kebetulan dia memiliki foto-foto ini. Jadi, kami mencari kakak melalui foto-foto yang kami punya, dan kami mendapatkan kakak lewat satu foto ini," jelas Kenny.

Kemudian, tampaklah satu foto yang menampilkan aku, adikku Benny, dan orang tua kami. Foto ini menjadi favoritku karena ini adalah foto terakhir kami berfoto bersama. Namun, terlintas di benakku, bagaimana dia bisa mendapatkan foto ini dengan kualitas yang bagus? Ada satu jawaban yang mungkin bisa menjelaskan semuanya.

"Apa kamu Benny?" tanyaku sambil menunjuk pada foto tersebut.

"Tidak, saya bukan Benny, saya adalah temannya, Kenny," jawabnya dengan sopan.

Rumah di Balik PohonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang