Benny
Sudah berapa lama ya sejak aku pertama kali bertemu Hardi dan tinggal di rumah yang kini menjadi miliknya? Rasanya tidak ada banyak perubahan dari dulu. Hanya saja, sekarang aku punya teman mengobrol saat Hardi ada di rumah. Hardi sekarang sedang di kota karena dia harus bekerja lagi setelah mengurus urusan pindah rumah. Aku penasaran bagaimana suasana kantor tempat dia bekerja. Pasti seru.
Meski sibuk dengan pekerjaannya, Hardi tetap menyempatkan diri untuk lari pagi. Katanya udara di sini sangat segar dan menyehatkan. Berbeda dengan aku. Udara dingin di sini membuat aku malas bangun dari tempat tidur. Tapi tidak dengan Hardi. Dia seolah kebal dengan dinginnya udara di sini.
Suatu hari, dia mengajak aku untuk ikut lari pagi bersamanya. Aku menolak. Tapi dia maksa sekali. Katanya ini demi kesehatan tubuh kita. Memang sih, tapi ini kan menyiksa. Harus bangun jam 3 pagi? Ini kan kejam! Aku marah dan mogok masak sehari penuh. Setelah itu, dia tidak pernah lagi mengusik aku untuk ikut lari pagi, atau lebih tepatnya lari subuh.
Jangan salah sangka, aku dan Hardi tidak bertengkar hanya karena hal itu. Malah sebaliknya, kami jadi semakin dekat dan saling mengenal. Memang, aku masih belum tahu banyak tentang dirinya. Aku rasa wajar saja kalau ada hal-hal yang dia simpan sendiri. Mungkin suatu saat nanti dia akan bercerita.
Aku berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air, melewati ruangan yang dulu terkunci rapat. Sejak ruangan itu dibuka dan dibersihkan, Hardi sering sekali masuk ke sana. Dia punya banyak proyek yang harus dia selesaikan. Aku sempat mengintip ke dalam ruangan itu. Dia sedang sibuk dengan rancangan gedung perkantoran yang hampir rampung. Mungkin itu alasan dia sering pergi ke kota untuk mempresentasikan karyanya.
Sendirian di rumah rasanya berbeda dari dulu. Dulu aku biasa sendiri, tapi sekarang aku merasa ada yang hilang. Aku ingin mengajak Kenny main ke rumah, tapi dia pasti sibuk dengan pekerjaannya. Aku ingin pergi belanja, tapi di kulkas masih banyak stok bahan masakan. Hari ini sungguh membosankan.
Setelah meneguk air putih, aku kembali ke ruang keluarga. Rumah ini jadi lebih hidup sejak Hardi membelinya. Dia menambahkan beberapa hal yang membuat rumah ini lebih nyaman. Dulu di rumah jarang ada bunga. Sekarang, dia memajang bunga-bunga cantik yang awet di dalam ruangan. Dulu di rumah tidak ada TV. Sekarang, dia sudah membeli TV di supermarket dan memasangnya dengan rapi. Aku yang dulu suka menonton TV sampai lupa waktu, sekarang jarang sekali menyalakannya. Bahkan kartun Minggu pagi yang jadi favoritku dulu aku lewatkan begitu saja.
Aku menekan tombol TV-nya. Ternyata kanal yang terpilih adalah kanal musik. Aku tidak mengenal penyanyi yang sedang bernyanyi di layar, tapi suara dan lagunya enak didengar. Lagunya bercerita tentang seorang yang tidak mau jatuh cinta karena takut menyakiti hatinya, jadi dia membiarkan dia mencari cinta lain dan berusaha melupakan dia.
Lagu itu berakhir dengan nada melankolis. Aku masih terpaku di depan TV, menikmati sisa-sisa lagu itu di telingaku. Tapi tiba-tiba, suasana berubah drastis. Layar TV menampilkan program yang sangat berbeda. Aku melihat dua perempuan yang saling berteriak dan mencakar wajah satu sama lain. Mereka berebut seorang laki-laki yang tampak bingung dan ketakutan. Aku langsung merasa jijik dan kesal. Aku cepat-cepat mengambil remot dan menekan tombol untuk mengganti kanal. Aku tidak suka acara seperti itu.
Aku berharap ada acara yang lebih menarik di kanal lain. Tapi ternyata tidak ada. Semua kanal hanya menayangkan acara yang membosankan atau menjengkelkan. Aku bosan sekali. Aku memutuskan untuk mematikan TV itu dan merebahkan diri di atas sofa yang empuk. Aku merasakan kenyamanan sofa itu di tubuhku. Aku menguap panjang dan menutup mataku. Aku ingin segera tidur dan bermimpi indah.
***
BEEP! BEEP! BEEP! BEEP!
Suara ponsel terdengar berbunyi dengan keras, memecah keheningan siang yang sepi. Aku memandang layar ponsel dan melihat siapa yang menelepon. Ternyata, itu adalah Kenny! Senyumku pun terukir, akhirnya ada teman bicara di tengah kesendirianku. Tanpa pikir panjang, aku segera beranjak dari sofa dan bergegas menuju ke kamar untuk mengambil ponsel yang terus berdering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah di Balik Pohon
Ficção Geral🏠🌳 Di sebuah rumah terpencil jauh dari kota, terdapat dua lelaki yang tidak saling mengenal. Benny, pemilik lama rumah tersebut telah menjualnya kepada Hardi, namun Hardi memilih untuk membiarkan Benny tetap tinggal. Namun, di balik rahasia yang d...