7. Tidak Peduli

35 9 5
                                    

Jangan lupa vote and komen

Maaf kalau ada typo

Farga menatap wajah gadisnya yang kini terbaring di atas brankar. Wajahnya pucat, senyum nya hilang, tidak ada cerewet dari mulutnya lagi.

Entah kapan Anin akan sadar. Setelah apa yang diucapkan Raffa kemarin, Farga setia menemani Anin di rumah sakit ketika Raffa kuliah dan mengurus restoran nya.

"Kapan kamu bangun?" Ucap Farga pelan seraya menggenggam tangan Mungil Anin, mungkin sekarang akan menjadi aku-kamu.

Flashback on

Raffa keluar dari ruangan dokter Ana dengan keadaan lesu. Wajahnya menunjukkan raut khawatir.

"Bang sebenarnya Anin sakit apa bang?!" Tanya Farga.

Sebenarnya Raffa tidak mau memberitahu Farga tentang sakit yang Anin derita. Namun siapa lagi yang akan menjaga Anin bila Raffa sedang tidak ada?

"Anin...sakit kanker hati sejak satu tahun lalu" ucapnya lirih.

Sontak keempat orang di kursi tunggu itu mematung mencerna perkataan Raffa.

"Ka-kanker bang?" Tanya Farga.

"Iya... kalau Lo udah nggak mau sama adik gue nggak papa kok,Lo boleh pergi" jawab Raffa dengan senyum tipis dan tatapan sendu.

"Nggak bang gue nggak bakal pergi ninggalin princess gue!!" Ucap Farga.

Gavin, Kevin dan Adit langsung menguatkan Farga. Mereka tahu bahwa Farga pasti sangat terpukul dengan kabar ini.

"Selama ini Anin hanya mengonsumsi obat, dia nggak pernah mau di ajak cek up" ucap Raffa.

"Tolong kalian jagain Anin ya kalau gue kuliah atau kerja" lanjutnya.

Keempat orang itu langsung mengangguk meng iyakan.

Flashback off

"Lo harus sembuh" ucap Farga lagi dengan mengelus rambut Anin lembut.

"Lo makan dulu ga,dari tadi Lo nggak makan,ntar sakit" ucap Kevin membujuk.

Dari tadi Farga tidak mau makan, hanya Anin saja dipikirannya.

" Kalau Lo sakit siapa yang mau jaga princess Lo!!" Ucap Adit dengan suara tinggi. Terbentur apa dia tiba tiba berucap bijak.

"Iya sana makan biar kami yang jagain Anin" sambung gavin. Ada benarnya juga apa yang Adit katakan.

Farga bangkit dan menuju kantin rumah sakit untuk mengisi perutnya yang kosong itu.

***

Sementara itu Raffa berusaha menghubungi sang papa.

"Hallo pa" ucap Raffa ketika telepon nya sudah tersambung.

"Ada apa Raffa?" Sahut Lian di seberang sana

"Anin sakit pa! Papa kenapa nggak pulang sih pa?" Ucap Raffa dengan suara meninggi.

"Papa akan pulang sekaligus memberitahu Anin kalau papa telah menikah lagi" ucap Lian dengan nada yang begitu tenang.

"Papa liat kondisi!! Anin sedang sakit pa,dia butuh papa!" Pecah sudah emosi Raffa.

Sejak kejadian sang mama meninggal, Lian menjadi orang yang gila kerja.

Hingga suatu hari Raffa mendengar kabar bahwa Lian telah menikah lagi dan sudah mempunyai anak yang umurnya tak jauh dari umur Anin, hanya beda dua tahun.

Raffa berusaha menutupi tentang pernikahan Lian didepan Anin.

***

Hari ini Lian pulang ke Indonesia untuk menemui Anin . Perasaan Raffa sangat cemas bila papanya mengatakan hal yang bisa membuat kondisi Anin drop.

Anin telah sadar kemarin sore. Dia tidak marah ketika tahu bahwa Raffa menceritakan sakitnya Kepada Farga.

Anin bersyukur masih ada orang yang mau menerima nya.

Di ruangan rawat inap Anin diisi oleh teman temannya. Farga,Gavin,Kevin,Adit,Rissa,Natha dan Raffa.

Mereka terus membuat lelucon agar Anin kembali tertawa. Walaupun mereka tahu sebenarnya seberapa sakitnya Anin sekarang.

***

Hari ini Anin sudah diperbolehkan pulang. Anin hanya pulang bersama Raffa. Karena Farga sedang persiapan ujian untuk kelas Xll.

Raffa hanya mengantar Anin sampai depan rumah dan langsung melakukan mobilnya menuju kampus.

Saat tiba di rumahnya Anin langsung mematung melihat seseorang yang selama ini dia rindukan namun rasa rindu itu dia tepis jauh jauh. Mengingat sang papa tidak peduli padanya.

Anin hanya memasang wajah datar dan memasuki pintu utama seakan tidak melihat sang papa.

"Anin!!" Ucap Lian tegas.

Anin hanya menoleh sekilas dan menaikkan sebelah alisnya.

"Kamu tidak punya sopan santun ya?!!" Ucapnya lagi dengan nada tinggi.

"Memangnya kenapa?" Jawab Anin seraya menaikkan sebelah alisnya lagi.

"Kamu emang anak tidak tahu diri!!" Bentak sang papa.

Degg

Ingin rasanya Anin menangis saat ini,namun dia tahan. Dia harus kuat!

Anin hanya tersenyum miris,seharusnya setelah mamanya meninggal, papanya akan selalu ada untuk Anin dan Raffa,namun Lian malah pergi meninggalkan mereka entah kemana.

Lian hanya mengirimkan uang uang dan uang saja. Dia tidak pernah menanyakan kabar Anin ataupun Raffa,mungkin Raffa sesekali menghubungi Lian tanpa sepengetahuan Anin.

"Jadi anak tidak tahu diuntung kamu!!! Kamu itu gausah pura pura sakit. Uang papa bukan cuma buat biaya rumah sakit kamu. Palingan juga kecapean aja sok sok an kerumah sakit! Ciih!!" Ucap Lian dengan suara meninggi.

Apa dia bilang? Pura pura? Bahkan Lian tidak tau sebenarnya sakit apa putrinya itu.

Anin hanya diam membisu dan merasakan pipinya yang basah karena air mata.

Lagi lagi Anin hanya tersenyum miris.

"Dan satu lagi yang perlu kamu tahu! Papa sudah menikah dan mempunyai anak perempuan umurnya dua tahun lebih muda dari kamu! Papa harap kamu bisa menerima mereka dengan baik!!"

Degg!

Apa apaan ini,baru saja keluar dari rumah sakit sudah diberi kabar seperti ini. Anin langsung berlari kekamarnya dalam keadaan menangis.

Jangan lupa vote

Maaf banyak typo

Terimakasih

QUEEN ALGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang