28. Pendonor

18 5 13
                                    

Holla aku comeback, sudah lama tidak update ya, huaaa maap.

Hari ini Queen Algi datang lagi!!
Semoga kita semua sehat selalu, di lindungi dari segala macam bahaya, entah Corona, conoha, atau co co yang lain.

Jangan mikirin almet hijau, almet merah, almet kuning! Pikirin dulu nilaimu, biar kamu bisa nyusul Abang jago di sana xixi.

****

"Tahu kan apa yang saya mau?" Tanya Lian dengan senyum miringnya.

Farga menghela nafas berat dan mengangguk, ragu tetapi diyakinkan.

Farga kembali kerumah sakit untuk menemui Anin. Gadis itu butuh semangat dari orang-orang di sekitarnya.

"Gimana ga?" Tanya Gavin yang melihat kedatangan Farga dengan langkah lesu.

"Masih di usahakan," ucap Farga.

"Sabar ya, pasti ada jalan keluar," ucap Adit memberi semangat pada sahabatnya itu.

"Hari ini adalah hari terakhir gue di sini," ucap Farga membuat semuanya terdiam berusaha memahami.

"Maksud lo?!" Tanya Adit dengan muka yang tidak santai.

"Gue harus pergi dari hidup Anin. Dia perlu ketenangan, Gavin gue nitip Syanin sama lo ya," ucapnya sembari menoleh pada Gavin.

"Nggak, nggak bisa gitu!"

"Kalian tahu kan pasti, permintaan dari om Lian itu sangat berat bagi gue. Tapi demi Anin tetap bertahan hidup, gue bakal lakuin apapun demi dia," jawabnya dengan suara berat.

"Gila lo, terus selanjutnya lo mau ngapain hah?!" Tanya Kevin dengan nada tinggi.

"Gue bakal menjauh dari Anin, gue bakal berusaha menghilang dari hidup dia. Gue mohon sama kalian, jagain Anin buat gue," ucap Farga dengan segala kepasrahannya.

"Apapun yang Lo pilih, pasti sudah di pertimbangkan dengan baik," kata Gavin bijak.

Farga hanya mengangguk, dia berdiri dan masuk ke ruangan Anin untuk melihat gadisnya.

Tidak ada yang berani ikut di belakangnya, mereka hanya memandang Farga dari luar kaca jendela.

Sedangkan di dalam sana, Farga menarik kursi di samping brankar Anin dan duduk.

"Anin," panggilnya pelan.

"Cepat sembuh ya, kamu itu cewek yang kuat. Kamu pasti bakal bisa bertahan, papa kamu bakal segera cari pendonor agar kamu segera sembuh," ucapnya seraya mengelus rambut gadis itu pelan, lembut, dan penuh kasih sayang.

"Aku akan pergi, tapi ingat satu hal Anin. Suatu saat kita pasti akan bertemu lagi," ucapnya dengan mata yang sudah memanas menahan sebulir air yang hendak jatuh.

Dia memegang lembut tangan Anin, menciumnya beberapa kali dan menempelkan di pipinya.

"Jangan pernah benci sama aku, Anin."

"Selamat tinggal, aku akan selalu ada, walaupun dari jauh."

Setelah mengatakan hal itu, Farga bangkit dari kursinya dan mendaratkan ciuman di kening Anin. Cukup lama, setelah itu dia kembali mengusap lembut rambut gadisnya dan pergi dari sana.

"Gue titip Anin ke lo semua, tolong jaga dia, jangan sampai dia menangis," ucap Farga berpesan pada Gavin, Kevin dan Adit.

Mereka bertiga mengangguk dan berpelukan layaknya lelaki. Setelah itu, Farga pergi dengan berat hati. Membawa semua beban hidupnya untuk menjalankan hari-hari barunya mulai besok, tanpa Anin.

****

Pagi ini, Gavin Kevin, Adit, dan Carissa mendapat kabar baik. Anin akan segera mendapatkan pendonor agar dia segera sembuh.

"Kalian semua pergilah ke sekolah, kami akan merawan Anin dengan baik sampai operasi nanti siang," ucap dokter Ana.

"Baiklah dok, tolong usahakan yang terbaik untuk Anin ya," pinta Rissa penuh harap.

Dokter Ana mengangguk menyanggupi permintaan dari ke empat remaja SMA itu. Dia tahu perjuangan mereka sangat berat untuk mencari pendonor bagi Anin.

Siang nanti, dokter Ana berencana untuk langsung melakukan operasi agar Anin dapat di selamatkan.

Sementara di sisi lain, Gavin, Kevin, Adit dan Rissa tengah berjalan di koridor sekolah dengan tidak bersemangat. Namun mereka berhenti ketika melihat Farga tengah berjalan dengan seorang gadis yang menggandeng tangannya, Mesya.

"Loh bukannya itu Farga ya?" Tanya Rissa menunjuk pada dua orang itu.

Carissa yang tidak tahu apa-apa merasa marah saat melihat Farga berjalan bersama Mesya, sedangkan pacarnya sendiri sedang bertaruh nyawa di rumah sakit sana.

"Heh Farga!!" Teriak rissa membuat Farga dan Mesya menoleh bersamaan.

Rissa segera berlari ke arah mereka diikuti Gavin, Kevin, dan Adit. Takut terjadi hal yang tidak di inginkan jika Carissa sudah marah.

"Apa?" Jawab Farga ketika Rissa sudah berdiri di hadapannya.

"Lo pacaran sama dia?" Tanyanya dengan wajah datar, tidak suka, kecewa dan benci.

"Kalau iya kenapa?" Farga balik bertanya.

"Lo nggak punya otak hah?! Anin, cewek lo sedang berada di rumah sakit, dia bertaruh nyawa di sana! Nggak ada keluarga yang selalu di sisinya, dan sekarang lo, pacarnya sendiri malah selingkuh sama cewek sialan itu?!" Bentak Carissa tentu dengan nada tinggi.

Farga sudah tahu, semuanya pasti akan berakhir seperti ini, kacau. Namun di sisi lain, dia juga harus melupakan Anin dengan perlahan.

"Urusan gue nggak ada sangkut pautnya sama lo," jawab Farga tidak kalah dingin dan penuh penekanan.

Mesya tersenyum senang dalam hati karena dia dapat mencapai posisinya saat ini.

"Rissa ayo pergi," ucap Adit yang memang masih marah dengan Farga.

"Tunggu Dit, gue nggak bisa lihat sahabat gue di khianatin kaya gini," ucapnya sembari menyindir.

"Kita pergi dulu!" Adit langsung menarik tangan Rissa agar menjauh dari sana.

Setelah Adit dan Carissa pergi, Gavin menarik kasar tangan Farga dari Mesya.

"Jangan sampai melewati batas," ucap Gavin yang Farga tahu apa maksudnya.

Setelah mengatakan itu, Gavin dan Kevin pun pergi meninggalkan Farga dan Mesya yang masih terdiam di sana.

"Kak Farga nggak papa kan?" Tanya Mesya sembari mendaratkan tangannya di pipi Farga.

"Jangan pegang-pegang!" Ucap Farga langsung menghindar dari sentuhan Mesya.

Farga berjalan meninggalkan gadis itu sendiri di sana, dengan segala pikiran negatif, bersalah, dan beban lain yang di pikulnya.

****
#maap kalau banyak typo huaaa
Terimakasih yang sudah membaca. Jangan lupa kunjungi Instagram aku friskadylaa_ follback bisa DM atau komen di sini yup.

Jangan lupa baca chapter selanjutnya, bocoran dikit. "Operasi Anin"

See you next chapter 💕

QUEEN ALGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang