Jangan lupa klik bintang di bawah 😚
***
Suara sepatu menggema di sebuah ruangan besar, terlihat sepi. Kedua tangannya berada di saku celana, Jaz yang melekat pada tubuhnya terkesan begitu berwibawa dengan wajah datar yang selalu menghiasinya."Apakah semuanya aman?" Tanyanya pria paruh baya itu.
"Seperti yang anda lihat, semuanya berjalan sesuai rencana." Pria yang tadi bertanya langsung mengangguk dan menampilkan senyum smirknya.
"Jangan sampai hal ini bocor kepada siapapun, termasuk anak saya, Raffa." Perkataannya membuat teka-teki bagi seseorang yang tengah bersembunyi di balik pilar besar di sana.
Sudah 15 menit yang lalu, lelaki itu berusaha mencari tahu segala hal yang berhubungan dengan pria bernama Gabriliano ini.
"Apa yang sebenarnya terjadi, mengapa Raffa yang notabene anaknya sendiri bahkan tidak boleh tahu?" Tanyanya dalam hati. Dengan langkah pelan, dia kembali menjulurkan kepalanya agar mendengar percakapan dari kedua orang itu, Lian dan asisten pribadinya.
"Baik pak, saya akan segera mengurus lelaki di rumah sakit itu. Saya akan mengirimkan uang padanya dan meminta dia agar segera pergi jauh dari sini," ucap lelaki yang masih tampak muda dengan setelan jaz hitam dan celana hitam.
Lian, lelaki tua itu mengangguk, "saya tunggu kabar baiknya."
****
Anin, gadis cantik itu tengah duduk di kursi taman. Memakai celana selutut dan cardigan berwarna abu-abu, rambutnya ia kuncir kuda dengan karet gelang berwarna merah muda.Dia asik memperhatikan sekitar, tanpa sadar sebuah boleh mendarat di kakinya, "Eh," ucapnya reflek dan mengambil bola itu.
"Kakak, itu bola aku!" Ucap lelaki kecil berusia sekitar 6 tahun. Pipinya yang sedikit chubby membuat Anin gemas.
Anin tersenyum dan mengulurkan bola yang ia pegang tadi. "Ini punya kamu ya?"
"Iya kakak," jawabnya dan mengambil bola dari tangan Anin.
Namun yang membuat Anin terkejut, anak laki-laki itu duduk di sebelahnya yang memang 'kosong' *Sama seperti hati author dan yang baca.
"Em, nama kamu siapa?" Tanya Anin dengan senyum ramah dan menjajarkan kepalanya agar berhadapan dengan lelaki kecil itu.
"Nama aku Raga, keren kan?" Ucapnya dengan senyum imut, Anin langsung saja mencubit pelan pipinya karena merasa gemas.
"Iya, sama seperti orangnya ganteng dan keren," puji Anin pada Raga.
"Terimakasih kakak, kakak juga cantik. Sepertinya Raga pernah lihat kakak, tapi di mana ya?" Ucapnya sembari mengetuk jari telunjuk di dagunya pertanda sedang berfikir.
Sedangkan Anin, dia mengerutkan keningnya bingung. Dia tidak pernah melihat raga sebelumnya, sepertinya, sih, begitu.
"Oh iya, Raga kesini sama siapa? Nanti kalau mama kamu nyariin gimana?" Tanya Anin yang baru sadar akan hal itu.
"Raga kesini bareng om, tadi kami lagi main bola," jawabnya polos.
"Aduh, ayo kakak anterin kamu ke om kamu ya. Takutnya dia nyariin kamu Raga," ajak Anin dengan anda sedikit panik dan takut? Takut dikira penculik.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN ALGI
RomanceSudah menjadi hukum alam bahwa setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Gadis cantik nan selalu ceria harus mengalami masa sulit yang entah tiba-tiba datang mengguncang. Seakan pasrah dengan takdir, dia menjalankan sepenuh hati tanpa khawatir kar...