Takdir manusia memang sudah di gariskan sebelum kita lahir. Mulai dari lahir, maut, rezeki, dan jodoh. Kita tidak bisa menebak 4 aspek itu, Sabian pun tidak bisa. Sabian pernah sholat malam selama seminggu untuk pepet Lia. Namun kini doanya terjawab, ternyata Lia bukanlah ditakdirkan miliknya.
Tepat malam ini, Lia sudah keluar dari kamarnya. Berdandan rapi dan cantik. Harus Sabian akui, Lia memang cantik. Sangat. Tetapi dalam hitungan jam Lia akan menjadi milik orang lain ya meski baru pacar tetapi menusuk bagi Sabian.
Lia menuruni tangga dengan tenangnya, senyumnya nggak luntur dari bibir cewek manis itu. Kebetulan Sabian lagi mengerjakan Power Point ditemani Kamal dan Acha. Kamal sih sedang menonton tv, berbeda dengan Acha yang malah mengganggu Sabian.
"Lu diem coba!!"
"Elu tuh bego apa ya! Itu backgroundnya warna biru langit, masa fontnya warna biru muda. Kagak keliatan lah dodol!"
Sabian mendengus dan langsung mengganti warna font tersebut. Padahal kan kelihatan, tetapi Acha ada benarnya juga. Warnanya jadi tabrakan, "Gua berangkat dulu ya!"
Suara Lia mengalihkan ketiganya, Sabian yang sedang serius pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah Lia sehingga mata mereka bertemu. Saat menatap mata Lia, Sabian bisa melihat jelas jika Lia merindukan dirinya. Entah itu hanya halusinasi atau memang benar Lia merindukan Sabian.
"Kemana lu?" tanya Kamal yang langsung meletakan remot tv ke atas meja.
"KEPO!"
"Pulang gak boleh lebih dari jam 9"
"Lah? Yang bener aja lu!!"
"Kalau sampe kejadian tahun kemaren keulang gimana?!"
Acha terkejut atas penutusan Kamal, Acha langsung menggeplak kepala Kamal, "Sakit Cha!"
Kamal mengusap usap kepalanya, "Ya situ ngomong gak di jaga. Mulut lu gak pernah sekolah apa!"
Sabian diam saja, ia langsung melanjutkan tugasnya. Ia pura pura seolah dirinya tak tau apa apa. Padahal dalam hatinya Sabian sangat ingin menarik Lia agar nggak pergi kemana mana. Karena Sabian tau, nanti saat Lia pulang status Lia sudah beda. Sabian juga tau Lia pasti akan menerima Reza. Pasti.
"Bacot lu pada. Gua berangkat ya!"
Lia pamit dan bergegas keluar rumah. Sepeninggalan Lia, Sabian menghela nafas berat dan mengusap wajahnya kasar. Niatnya untuk mengerjakan tugas untuk pekan depan pun hilang entah kemana tergantikan dengan mood yang buruk.
Sadar akan perubahan sikap dari Sabian, Kamal melirik Sabian ,"Kenapa lu?"
Sabian hanya merespon dengan gelengan saja. Sabian tidak mau menceritakan kenapa ia sekarang, sebab itu akan menjadi bulan bulanan Acha dan Kamal saja, belum lagi yang lain tau. Bisa turun harga diri dan martabat Sabian. Sikap sok dinginnya didepan Lia akan sia sia selama ini. Percuma.
"Dia cemburu"
Sabian menoleh ke Acha yang sedang senyum mengejek ke arahnya. Diantara teman curhatnya dari Jian dan Acha ya memang Acha yang sedikit tengil. Ingin rasanya Sabian menenggelamkan Acha di kolam renang belakang dan melemparkannya ke laut Pelabuan Ratu. Acha memang slalu mengejeknya tetapi disatu sisi Acha juga yang mendukungnya untuk dekat dengan Lia. Namun memang dasarnya gengsi Sabian itu tinggi, Sabian belum juga menjalani siasat dari Acha.
"Cupu lo, keburu ditikung tuh tuan putrinya" Acha terkekeh lagi.
Dari penuturan itu Kamal jadi tau jika Sabian belum bisa move on dari Rahmalia Aletta.
"Gak apa apa bro, pacar orang lebih aduhai!" ucap Kamal dengan alis yang diangkat.
◾️◾️
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Setelahnya | SooLia √
FanfictionSequel Life Exchange Menjalin kasih dengan Sabian setelah misi penyelamatan itu ternyata tidak semudah menyayangi pria itu. Ini lebih rumit dari menyayangi Sabian yang kemarin. Nyatanya hubungan mereka kandas begitu saja. Ketidak sabaran Aletta, da...