◾️7

119 30 0
                                    

Sabian menatap langit sore Jakarta, bersama kucing kucing kampung yang biasa berkeliaran disekitaran komplek pemukiman. Keadaannya sore ini lumayan agak membaik berkat obat yang Lia berikan. Sabian sendiri bahkan nggak percaya kalau Lia lah yang menjaganya selama 3 hari berturut turut saat ia sakit. Sabian juga tau, Lia sampai rela bolos kuliah hanya untuk menjaganya ya meski besoknya Lia kuliah seperti biasa lagi dan hanya menjaganya malam hari.

Meski begitu, Sabian bersyukur Lia masih mau menengok dirinya. Selama ini Lia nggak pernah mah menengok Sabian. Untuk ngobrol sebentar saja Lia nggak mau kalau nggak mepet mepet amat. Sabian sangat tau kesalahannya begitu fatal. Hati wanita itu bukan mainan, dan Sabian paham kenapa Lia sampai mendiaminya dan menganggapnya nggak ada dirumah itu.

Sepulang ia ngampus, ia bertemu Lia dengan Ulfa selaku teman dekat Lia dikampus. Saat Lia mau ke kantin, Sabian mencoba memanggilnya dan lagi lagi Lia mencoba menghindar dengan cara menarik Ulfa untuk berbalik arah dan menuju jalan lain.

Sebenci itukah Lia dengan Sabian? Sabian tau Lia sudah jadi pacar Reza, tetapi jangan salahkan perasaan Sabian tumbuh begitu saja saat detik detik akhir hubungan Lia dan Sabian berakhir.

Sabian kemudian bersikap diluar nalar, "Mpus, kenapa ya cinta itu datangnya terlambat?" Sabian mengelus elus kepala kucing berwarna kuning yang sedang memakan sosis yang ia berikan tadi.

"Kenapa gitu konsepnya harus begitu? Ujungnya nyakitin soalnya" kali ini Sabian menghela nafas pelan.

"Aletta itu sebenernya baik mpus, guanya aja yang goblok malah cuekin dia" senyum sumir itu terpancar di bibir Sabian.

"Kalau tau bakal gua yang galau ya mpus, gabakalan gua lepasin Aletta gitu aja"

"Gua tau Sab lu gapunya temen, tapi jangan ngajak nanya kucing juga lah! Dia gabakalan jawab Sab!"

Jian datang dengan sekresek cemilan yang ia beli di supermarket tadi. Ia membuka pagar dan duduk disebelah Sabian.

"Nih!" Jian menyerahkan kresek berisi beberapa cemilan itu kepada Sabian.

Alis Sabian bertautan, "Itung itung hadiah, karena lu udah sembuh"

Sabian sih nggak bakal nolak kalau isinya makanan. Ya namanya makanan gratis kan, rejeki nggak boleh ditolak. Mana Jian bawanya banyak banget, Sabian kadang nggak paham sama Jian. Suka banget hambur hambur uang buat beli cemilan ber-MSG begini.

Sabian akui Jian itu super baik banget dibalik sikapnya yang galak ternyata Jian bisa baik juga. Jujur aja, Sabian baru sekarang merasakan sikap baiknya Jian ini, "Senyum lo!"

Sabian emang dari tadi nyengir sampai membuat Jian ngeri gitu aja, "Maaf gak bisa jagain lu, kan udah ada Lia" Jian tersenyum.

◾️


"Al, mau pulang?"

Entah ini kebetulan atau memang jodoh, Sabian nggak sengaja bertemu Lia di halte dekat kampus. Ia melihat Lia dari kejauhan saat ia sedang mengantri untuk membeli rujak. Sampai sampai Sabian nggak jadi beli rujal demi menghampiri Lia.

Namun ia melihat Lia dengan beberapa tangkai bunga berwarna merah ditangannya. Sudah Sabian tebak pasti itu pemberian dari Reza, Sabian hanya bisa tersenyum saat melihat Lia tertawa bahagia sambil menatap beberapa tangkai bunga mawar itu. Sepertinya, Lia sangat mencintai Reza. Fikir Sabian.

Lia yang mendengar suara Sabian langsung merubah ekspresi wajahnya. Seperti biasa, terlihat judes didepan Sabian. Sangat berbeda dari minggu lalu saat Sabian sakit. Sabian sempat berfikir jika Lia ini mempunyai Alter Ego. Sifatnya bisa berubah 100 persen saat diwaktu waktu tertentu saja ya seperti sekarang saat ada Sabian.

Tentang Setelahnya | SooLia √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang