Wanita hidup didunia memang kodratnya itu dilindungi oleh pria, bukan disakiti secara fisik maupun hati apalagi batin. Begitu juga Sabian, setelah kejadian Sabian menghajar Reza habis habisan sampai nggak masuk kampus 5 hari, Sabian menjadi sedikit posesif kepada Lia. Lia kemana mana pasti Sabian ngikutin sampai sampai Acha dan Genta jengah dengan sikap Sabian yang terlalu protect.
Lia sih biasa saja toh dia nyaman diikuti Sabian kemana mana, nggak kayak dulu. Dulu sih Lia masih sebel sama Sabian, berbeda sama sekarang dan karna Sabian juga Lia bisa bernafas lega tanpa diikuti Reza. "Ian?"
Panggilan baru Sabian dari Lia itu Ian, awalnya Sabian ogah ogahan bahkan sampai bergidik ngeri dipanggil Ian. Tetapi kalau yang panggil orang yang disayang sih Sabian ngikut aja. Kan panggilan sayang.
Panggilan sayang, belum tentu yang manggil sayang.
"Hmm?" Sabian masih fokus mabar sama Tama. Tama di ruang tv, Sabian di kamarnya sama Lia.
Berdua.
Berdua juga Lia dicuekin kok, Sabian udah 3 jam pacaran sama ponselnya dan Lia di anggurin. "Keluar yu?"
"Kemana?"
"JJS keliling komplek ayo, lari sore"
"Ih"
Tolonglah Lia, Sabian itu orangnya malas sekali sama yang namanya olahraga masa diajak lari sama Lia. Mana udah sore mager banget kan mending diem aja di kamar, tidur. "Males Al"
"Ih lu teh malesan, ini cuacanya enak banget ya buat keluar tau hih"
"Males olah raga ih"
"Ian?"
"Apa sayang?"
"Apaan sih sayang sayang, pacaran aja kagak!!"
"Yaudah, ayo pacaran" Sabian menyimpan ponselnya dan menatap Lia lekat. "Kok diem?"
Terima kasih Sabian pipi Lia sudah memerah semerah tomat sekarang. Bisa bisanya ya Sabian bicara seperti itu tanpa permisi segala. Lia kan punya jantung, kalau misalkan jantungnya tiba tiba copot bagaimana? Di apotek nggak ada ya, kalau pun ada pasti mahal.
"Minggir lo!" Lia menjauhkan wajah Sabian dari hadapannya dan bergegas keluar kamar.
"Yaudah oke, ayo kita lari"
◾️◾️
"Heh lu tuh lari buat bakar lemak, ujungnya nggak usah jajan ya!!"
Lia mangut mangut aja sambil makan telur gulung yang ia beli di ujung komplek tadi. Mana beli banyak, Sabian cuma bisa usap dada aja liat Lia makan banyak banget tapi biarin deh nggak apa apa yang penting Lia bahagia, sehat terus, dan bahagia terus sama Sabian.
Sabian nggak menyangka sebenarnya Lia bisa seperti ini kepadanya. Sabian senang sebenarnya liat Lia ada didekatnya dengan senyum cerah seperti ini. Kan biasanya saat ada Sabian, Lia cemberut terus wajahnya ditekuk tapi sekarang berbeda. Lia ada disini dengan senyuman bahagia, mungkin ia bahagia karena sudah benar benar lepas dari Reza.
"Lu gak mau ini?"
"Nggak, sia sia gue ah capek capek lari sore"
"Ya udah gua abisin semua"
"Abisin aja sok, makan yang banyak" ucap Sabian dengan senyuman disana.
Memang benar jangan pernah membenci seseorang, nanti kamu akan mencintainya secara mendadak.
Lia merasakannya sekarang, detik ini juga. Karena senyuman maut dari Sabian, apalagi jika sudah menunjukan lesung pipinya Lia nggak kuat. Hatinya lemah banget. Ternyata jatuh cinta lagi kepada masalalu nggak seburuk yang Lia kira, nggak buruk juga kan? Sabian sekarang udah berubah. Bukan Sabian yang cuek lagi, yang ada hanyalah Sabian yang ada disisinya, yang selalu siap siaga untuknya, Sabian yang selalu melindunginya. Dan Sabian yang melepaskannya dari cengraman Reza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Setelahnya | SooLia √
FanfictionSequel Life Exchange Menjalin kasih dengan Sabian setelah misi penyelamatan itu ternyata tidak semudah menyayangi pria itu. Ini lebih rumit dari menyayangi Sabian yang kemarin. Nyatanya hubungan mereka kandas begitu saja. Ketidak sabaran Aletta, da...