Cinta terkadang membuat seseorang menjadi bodoh. Contohnya Sabian, sepulang dari bengkel malamnya Sabian tiba tiba meriang. Biasanya setelah hujan hujanan Sabian nggak akan kenapa kenapa, tetapi malam ini seluruh tubuhnya tiba tiba ngilu dan badannya demam.
Sabian menarik selimutnya sampai sebatas leher, nafasnya menghangat matanya masih terpejam. Ia haus, ingin minum namun tubuhnya lemas sekali. Untuk bangun dari tidurnya pun ia nggak sanggup. Badannya panas namun ia merasa udara sangat sangat dingin.
Sabian membuka matanya dan mencari ponselnya. Ia mencari kontak Genta, "Vn aja kali ya"
Dikarenakan Sabian nggak kuat buat ngetik sesuatu, ia memutuskan untuk mengirim pesan suara saja, "Gen, bawain air dong. Gua gak enak badan nih, meriang"
Setelah mengirim pesan tersebut. Sabian kembali memejamkan matanya, kenapa rasanya semakin sakit tubuhnya. Sumpah! Jika Sabian berada dirumah ia akan merengek kepada sang Ibu. Biasanya jika Sabian sakit, ibunya lah yang akan mengurusinya.
Pemuda itu jadi merindukan sang Ibu. Sabian nggak mau memberi tau Ibunya jika ia sedang sakit sekarang, nggak mau buat Ibunya khawatir. Palingan minum obat demam juga langsung sembuh.
Tadi seharusnya ia menunggu hujan reda bukannya menerobos hujan dan membeli roti bakar. Sabian awalnya nggak tau sama sekali Lia sudah pulang. Kalau saja Sabian nggak buka grup kossan, dia nggak bakal nekat pulang.
Digrup kossan, Lia meminta kepada siapapun untuk cepat pulang. Sabian tau semenjak kejadian itu Lia sedikit parnoan. Makanya Sabian berinisiatif untuk menerobos pulang, dan kebetulan didekat bengkel ada yang jualan roti bakar. Mengingat Lia sangat suka roti bakar dengan senang hati Sabian membelinya untuk Lia.
Sebelum beli Sabian sudah baca baca surat surat pendek dulu agar roti bakarnya ini diterima Lia. Karena bukan sekali duakali Lia menolak apapun pemberian Sabian. Untungnya saat ia memberikannya pada Lia, roti bakar itu diterimanya. Ya meski Lia menolaknya tetapi ujungnya dimakan juga. Perjuangan Sabian nggak sia sia untungnya, nggak apa apa dia sakit yang penting tadi Lia nggak kelaparan dan nggak sendirian di rumah.
Lumayan lama ia dan Lia berduaan di rumah, dari sore hingga pukul 8 malam. Pukul 8 tadi Acha dan Jian baru pulang. Meski berduaan, tentunya ada jarak diantara mereka. Sabian nggak mengharapkan berduaan duduk bareng dekatan seperti itu, nggak. Lia diruang tv sementara dirinya didapur sambil menonton film di laptopnya.
Lia juga kelihatannya jadi nggak parnoan lagi karena ada yang menemaninya, "Sab? Tidur?"
"Masuk aja" lirihnya.
Sabian masih berbalut selimut dengan mata terpejam, "Minumnya, bangun dulu"
Meski dirinya sekarang lagi demam, badan lemas dan sekujur tubuh nyeri. Pendengarannya masih berfungsi dan sangat sangat sehat nggak ada gangguan sama sekali. Sabian membuka mata dan bangun dari rebahannya pelan pelan.
"Ko?"
"Genta tadi kebelet, jadi dia ngasih botol itu ke gua"
Sabian membuka botol tersebut, "Makasih ya, Al"
"Bisa gak?"
Sabian memang seorang laki laki yang kuat pastinya, tetapi jika dalam kondisi seperti ini ia nggak bisa buka tutup tupperwere. Demam memang menyusahkan.
"Gua bukain sini" Lia merebut botol tersebut dari Sabian.
Sabian terdiam sekaligus bingung. Tiba tiba saja Lia bersikap sangat baik terhadapnya. Biasanya Lia akan menghindari pembicaraan atau hal apapun mengenai dirinya. Anehnya sekarang Lia didepannya bersedia membuka tutup botol Tupperwere untuknya. Sungguh diluar dugaan Sabian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Setelahnya | SooLia √
FanfictionSequel Life Exchange Menjalin kasih dengan Sabian setelah misi penyelamatan itu ternyata tidak semudah menyayangi pria itu. Ini lebih rumit dari menyayangi Sabian yang kemarin. Nyatanya hubungan mereka kandas begitu saja. Ketidak sabaran Aletta, da...