Kicauan Burung terdengar berisik di rungu Sabian. Sabian bukan tipe orang yang terlalu suka suara burung, berisik. Lebih baik ia mendengar suara Kucing dari pada suara Burung apalagi Burung Hantu atau Burung Gagak. Sabian sangat tidak menyukai itu.
Pagi ini Sabian telah siap untuk kuliah, kebetulan hari Rabu ada kelas pagi pukul 8. Ia tengah sarapan di dapur, sederhana hanya susu Coklat dan Roti isi selai Kacang. Baru setengah Roti ia habiskan, pandangannya mulai teralihkan. Matanya tidak sengaja melihat Lia turun tangga dengan terburu buru sambil menenteng sejumlah buku.
Hati Sabian sudah berniat untuk menyapa, namun dirinya sendiri menahan itu. Gengsi. Salah satu halangan yang selama ini tersendat diantara mereka. Sabian itu ibarat awan mendung, dan Lia itu buminya. Awan mendung nggak selalu menurunkan hujan meski bumi membutuhkannya. Sama seperti Sabian meski Lia membutuhkan Sabian, Sabian belum tentu bisa datang padahal Sabian sendiri bisa melihat Lia.
Clek
Suara tutupan pintu terdengar, yang menandakan bahwa Lia sudah keluar dari rumah menuju kampusnya. Kali ini helaan nafas berat terdengar lagi. Helaan yang mengisyaratkan jika dirinya menyesal tidak mengikuti kata hatinya untuk sekedar say hallo kepada Lia. Harusnya, kata harusnya menjadi kalimat penyesalan yang Sabian dengar dari kata hatinya sendiri.
"Harusnya gua langsung sapa 'Hai Al' kenapa gua gak berani sih!" gerutunya
Sabian langsung menyuapkan setengah roti tadi kedalam mulutnya dengan beberapa kunyahan ia langsung meminum susu Coklat yang ia bikin tadi. Sabian langsung menarik tas gendongnya dan berangkat menuju kampus.
Ia sebenarnya ingin bareng berangkatnya bersama Lia, tapi sayang ia mendengar suara motor lain tadi. Bisa Sabian simpulkan bahwa Lia berangkat bersama cowok lain. Bisa jadi itu yang diceritakan Acha selama ini.
"Siapa yang bloon? Sabian lah!" suara Jian terdengar dari lantai 2.
Rupanya cewek itu telah melihat kejadian ke-bloonan dari seorang Sabian pagi hari. Suara kekehan Jian terdengar menusuk dan membuat hati Sabian semakin kesal. Sabian mendongak, menatap Jian yang tertawa dengan tangan menutup mulut. Rambut Jian masij berantakan dan dilehernya melilit handuk berwarna putih, bisa Sabian simpulkan Jian baru bangun tidur.
"Bacot! Mandi sana lu, sipit!"
"Pergi sana lu!" ketus Jian, ia agak kesel saat Sabian meledeknya dengan sebutan Sipit.
"Lu gak ngampus?"
"Siang, jam 10. Ngapa?!" ketus Jian. Jian memang seperti itu sekarang, jika ditanya pasti jawabnya seperti orang sewot.
"Enggak. Pulang sore?"
Sabian hampir tau jadwal pulang Jian kapan dan jam berapa. Ia juga tau jadwal marah Jian kapan. Ya seperti sekarang ini, disaat Sabian sudah mengata ngatai Jian dengan sebutan Sipit.
"Hmm, dah lah gua mau mandi. Sana lu berangkat!"
◾️◾️
"Makasih ya, Za? Udah mau direpotin terus" Lia membuka helmnya dan memberikannya kepada Reza.
"Gak apa apa, buat calon pacar apa sih yang enggak" Reza tersenyum
Reza anak fakultas Ekonomi yang sudah dekat dengan Lia selama sebulan lamanya. Awalnya Lia dingin tetapi setelah Reza terus mendekatinya akhirnya Lia luluh juga. Reza itu hari Rabu aturan libur, tetapi demi pujaan hati ia rela bangun pagi hari dan menjemput Lia. Baginya dulu jika libur seperti ini, itu adalah waktu berharga untuk berpacaran dengan guling. Tetapi sekarang, karena ia sudah cinta Lia ya apapun ia lakukan.
Lia iyaiya saja saat Reza mendekatinya, nggak apa apa ya siapa tau kan Reza bisa membuatnya jatuh hati. Sejujurnya ia sudah setengah move on dari Sabian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Setelahnya | SooLia √
FanfictionSequel Life Exchange Menjalin kasih dengan Sabian setelah misi penyelamatan itu ternyata tidak semudah menyayangi pria itu. Ini lebih rumit dari menyayangi Sabian yang kemarin. Nyatanya hubungan mereka kandas begitu saja. Ketidak sabaran Aletta, da...