3 bulan tidak berkabar dengan keluarga dan kekasih, ternyata seberat itu. Ok, Dilan. Kali ini, soal rindu, lo benar.
3 bulan lalu gue pergi, memulai jalan yang gue pilih dan Tuhan dengan baik hati mengijinkan gue menempuh jalan yang gue pilih. Menjadi seorang Taruna.
3 bulan lalu gue memulai sesuatu yang sangat berbeda dari apa yang pernah gue jalani sebelumnya. Pendidikan yang selama ini hanya bisa gue lihat, kini gue rasakan. Allah memang maha baik.
Setelah perjalanan 3 bulan yang menguras tenaga dan pikiran, tibalah kami pada puncaknya. Ini yang namanya, bersakit-sakit dulu bersenang-senang kemudian. Ini beneran sakit loh, tapi senengnya juga beneran. No tipu-tipu. Pokoknya recommended, patut di coba.
"Bri!" Panggil Dean yang akan menjadi taruna Akmil esok.
"Kenapa?"
"Siapa yang dateng besok?" Tanyanya sembari mengelap sepatunya yang akan digunakan besok.
"Orangtua gue lah." Jawab gue yang tengah memasang atribut di pdu.
"Pacar dateng, Bri?" Tanya Gera yang nantinya akan satu akademi dengan gue.
"Insya Allah."
"Mantap, Brian!" Seru mereka berdua.
"Kenapa sih?" Tanya gue heran dengan tingkah mereka.
"Lo gak sadar apa gimana sih, Bri?"
"Yaelah, Bri."
"Apa?" Tanya gue bingung.
"Lo tuh jadi inceran ciwi ciwi loh, Abrianto." Jawab Gera dan Dean bersamaan.
"Oh."
Plak
Brugh
"Woi, santai lah, suh." Ucap gue mengusap kepala gue yang dilempar bantal dan lap.
"Terus gue harus apa? Biarin aja lah. Gue juga gak kenal banget kan. Mending sama kalian aja." Ujar gue lalu duduk di ranjang karena telah selesai memasang atribut.
"Sorry udah ada." Sahut Dean sombong.
"Yaudah, buat Gera."
"Gak minat sama rekan sendiri, suh."
"Yaudahlah."
"Suh, kalo putus sama doi kabarin ya." Ucap Gera melantur.
"Oper ke gue." Lanjutnya cengengesan dan gue hadiahi lemparan botol dan diikuti tawa Dean.
Pagi-pagi kami telah bersiap untuk memulai wisjur. Senang rasanya dapat bertemu kembali dengan ayah dan bunda serta Dela. Tapi, gugup juga.
Pukul 9 acara dimulai dan Alhamdulillah berjalan dengan lancar hingga akhirnya momen yang ditunggu-tunggu pun tiba. Para orangtua kami dan keluarga, teman, sahabat, semua turun ke lapangan dan mencari kami.
Ya, mencari kami. Kami hanya bisa berdiam di tempat menunggu kedatangan mereka. Gelisah sih, menunggu ayah, ibu dan Dela. Karena rekan di kanan dan depan gue sudah dihampiri oleh keluarganya.
Tak lama, gue melihat seorang wanita mengenakan dress biru yang tak asing bagi gue menunjuk ke arah gue. Setelahnya gue melihat ayah dan bunda. Mereka datang dan segera menghampiri gue.
Gue langsung memeluk erat ayah dan bunda. Mengucapkan banyak terima kasih.
"Selamat, sayang." Ucap bunda berderai air mata.
"Jangan nangis, bun." Gue mengusap air mata bunda.
"Anak kebanggaan bunda." Ujar bunda lalu kembali memeluk gue erat.
"Ayah. Terima kasih." Ucap gue pada ayah lalu ayah membenarkan topi pet gue dan menepuk bahu gue yang kini sudah ada evolet Akpol dan lengan gue yang sudah ada sevron tanda pangkat.
"Kerahkan semua kemampuan mu. Ini jalan yang kamu pilih, terus ikuti sampai ujungnya nanti." Titah ayah lalu memeluk gue.
Tak hanya ayah dan ibu, satu lagi yang penting bagi gue juga hadir. Dela. Nampak cantik dan manis dibalut dress biru pilihan gue kala itu.
Saat ia menghampiri gue, gue langsung memeluknya erat.
"Terima kasih, kekasih." Bisik gue sembari memeluk ku erat.
"Selamat, kekasih." Bisik ku membalas pelukan gue.
Perjalanan panjang kita baru saja dimulai, mi amor, Dela.
Halloo!! Selamat membaca kembali!!
Ditunggu kritik dan sarannya❤️