8

274 31 0
                                    

Akhirnya sampai juga. Setelah perjalanan panjang, skripsi pun tiba. Aku dan yang lainnya udah jedag jedug nunggu pembagian dosen pembimbing.

"Ahh semoga gue sama pak ganteng." Ucap Fanny mengadahkan telapak tangannya.

"Semoga Fanny sama pak tua." Sahut Raja.

Plak

"Kurang ajar jawir!" Omel Fanny setelah melayangkan notes nya ke arah Raja.

"Doa, jangan berantem. Dapet dosen killer, tobat kalian semua." Ucap gue.

"Aku feeling gaenak deh sama dospem kamu, De."

"Jangan ngadi-ngadi lu."

"Serius gue, Fan. Liat nih bentar lagi."

Tak lama aku pun segera mengecek nama dospem ku, dan

Alfanaren Abiyasa

"Sukses ya, De." Ucap Fanny memeluk ku.

"See?"

"It's okay. Kita akan tetep lulus bareng kok." Ujar ku.

Mau gimana lagi, sudah terjadi. So, dijalani aja. Setidaknya aku berniat baik dan akan sepenuh hati menyelesaikan tugas terakhir ini.

08xxxxxxxxxx
Delaila

Delaila Sena
Iya
Maaf dengan siapa?

08xxxxxxxxxx
Alfanaren

Huh, aku menghela nafas kasar. Sungguh aku gak ada dendam atau apapun sama pak Alfan. Tapi, sejak surat itu, dia berubah. Dia benar-benar melihat aku sebagai seorang wanita, bukan mahasiswinya.

Flashback

Seperti biasa, di peralihan kelas terakhir aku memilih tidak keluar kelas. Hanya bersantai di kelas menunggu jadwal selanjutnya di mulai.

Aku yang tengah menelungkupkan wajahku di meja mendengar suara seseorang memasuki kelas. Aku tak ambil pusing, paling teman kelasku. Aku acuh.

"Delaila." Suara ini, tidak asing tapi aku gak begitu suka kecuali dia sedang mengajar.

"Delaila, kamu sakit."

Ahh, kenapa sih.

"Delaila, hey." Kini sebuah usapan lembut aku rasakan di rambutku, perlahan aku mendongakan wajahku dan tadaaaa

Wajah pak Alfan tepat berada di hadapanku dan dia tengah mengulas sebuah senyum.

"Pak Al ada perlu apa?" Tanyaku to the point.

"Hanya ingin memberi kamu ini." Ia meletakan sekotak makanan di meja ku.

"Terima kasih, pak. Saya sudah makan."

"Kapan? Bahkan kamu gak keluar kelas."

"Lalu?"

"Makan, Delaila. Jangan sampai sakit. Saya gak mau wanita sa,"

"Saya permisi, pak." Persetan dengan kesopanan, aku langsung beranjak meninggalkan kelas.

Itu bukan yang pertama pak Alfan kayak tadi. Udah kesekian kalinya dan aku gak mau makin jadi bulan-bulanan fans nya.

Flashback off

Pak Alfan
Ke ruangan saya sekarang, Delaila

Delaila Sena
Iya

Tak menunggu lama, aku langsung menuju ke ruangan pak Alfan. Ruangannya berada di ujung lorong namun sangat terlihat dari taman tempat berkumpul mahasiswa.

Tokk tokk tokk

"Masuk."

"Selamat sore, pak."

"Duduk, Delaila." Titah pak Alfan lalu ia berjalan menghampiri ku.

"Ada apa, pak?"

"Gimana skripsi kamu? Lancar? Atau butuh bantuan." Tanya nya diakhiri senyum khasnya.

"Baik. Jadwal bimbingan dengan bapak besok." Jawab gue to the point, sementara pak Alfan mengusap tengkuknya perlahan. Aku tahu, ini salah satu strateginya.

"Malam ini kamu free?" Nah, dengar sendiri kan?

"Sore ini saya mau lanjut buat skripsi, pak. Dan akan sampai malam."

"Saya temani." Ujarnya masih mencari celah.

"Tidak perlu, pak. Terima kasih. Ada lagi?"

"Hmm, kamu boleh pergi."

"Terima kasih. Selamat sore." Aku langsung bangkit dan berjalan menuju pintu. Saat pintu telah ku buka.

Brughh

Pak Alfan gila! Sumpah ini mah! Dia memeluk ku tepat dihadapan mahasiswa lainnya. Dengan jarak kurang lebih 5 meter, aku rasa mereka tidak sebuta itu untuk tidak melihat tindakan pak Alfan.

Skip. Sekarang aku sudah duduk tenang di cafe yang tidak begitu jauh dari kampus. Tengah menikmati makan sore ku ditemani bab 2 yang tengah aku kerjakan.

Byurr

Shit. Laptopku. Tanpa melihat pelaku aku mulai membenahi laptopku agar selamat. Buru-buru ku lap dan ku singkirkan dari meja. Sementara wajahku, jangan ditanya.

Aku bangun dari duduk ku dan bersiap melihat si pelaku, namun sial

Plak

"Jalang!" Hardik seorang wanita dengan wajah merah padam yang cukup familiar. Mahira, dia teman kelasku dan fans ralat dia sangat terobsesi dengan pak Alfan.

"Ada masalah?" Tanya ku dengan tenang.

"Jalang! Main kotor di kampus." Hardiknya kini melempar lava cake yang baru ku makan setengah ke wajahku.

"Pak Alfan." Ucapku lalu duduk kembali.

"Jangan jadi perebut! Gak punya harga diri lo ya!"

"Seenggaknya, bukan gue yang deketin dia." Ujar gue lalu beranjak meninggalkan area cafe. Untungnya aku membawa mobil, jadi hanya perlu membersihkan diri disana.

Saat aku hendak membuka pintu, tubuhku ditarik oleh seseorang dan dibenturkan ke tembok.

"Apa?" Tanyaku setenang mungkin.

"Bisa bisanya lo ya! Dasar jalang!" Aku lelah banget hari ini, malas meladeni wanita gila ini.

Brughh

Kepalaku terasa ingin pecah. Pandanganku buram, aku merasakan darah mengalir di wajahku. Terakhir yang aku lihat, seorang pria berlari ke arah ku dan meletakkan kepalaku di pangkuannya.

Halloo!! Selamat membaca kembali!!

Not YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang