1. Tentang Teman-Teman Kak An

44.4K 2.1K 51
                                    

Ruang tamu berukuran 3×3 diisi lima pria yang sedari tadi mengoceh terus menerus atau lebih tepatnya hanya empat diantara mereka. Sementara satunya lagi hanya diam mengamati dan hanya mengulum bibir jika menurutnya lucu. Mereka membicarakan topik secara acak. Mulai dari pekerjaan mereka masing-masing hingga kembali berkelana ke masa-masa sekolah dulu.

Dimana saat masa putih abu-abu, mereka yang memang baru berteman pada masa itu. Banyak kenangan yang membuat mereka terpingkal-pingkal mulai dari hal konyol hingga hal yang cukup serius. Salah satunya, dihukum bersama-sama karena mereka dalang dalam tawuran yang membuat nama sekolah mereka tercoreng dan sempat ditahan di kantor polisi selama semalam. Mereka dilepaskan karena masih dibawah umur. Itu adalah salah satu hal ternakal yang pernah mereka lakukan.

"Sumpah! Kalau gue inget waktu itu pasti ngakak mulu, apalagi pas inget Chito yang pipis dicelana karena takut dipenjara!"

Mereka semakin tertawa mendengar seruan yang dilontarkan Andra. Pria yang memiliki warna kulit kuning langsat itu mendapat jitakan dari Chito, si pria berkulit sawo matang.

"Sa-saya janji Pak gak akan ikut tawuran lagi!" Anis si pria yang paling tinggi di antara mereka berdiri sambil memperagakan bagaimana dulu Chito menangis sesenggukan seraya bersumpah di depan Polisi. Lagi-lagi mereka tertawa. Chito yang menjadi bahan ejekan mendengus keras-keras agar teman-teman yang sudah ia anggap seperti saudara itu tau kalau ia sedang kesal.

Begitu banyak kenangan yang mereka lalui selama menjalin persahabatan hingga sekarang. Sepuluh tahun lebih bersahabat membuat mereka seperti saudara. Meski sekarang jarang berkumpul seperti saat ini karena urusan pekerjaan masing-masing. Tapi mereka akan menyempatkan untuk berkumpul jika ada waktu luang.

Tempat nongkrong mereka dari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah. Selalu di rumah Andra.

Alasannya?

Mungkin karena dari dulu hingga sekarang rumah Andra selalu sepi dan mereka leluasa tertawa keras, saling mengumpat dan saling memukul ringan seperti saat ini.

"Eh lo inget gak waktu itu Malvin, si anak baik-baik ngintip isi roknya Tiara?" Kali ini mereka mengganti objek ejekan menjadi Malvin, pria oriental yang memiliki mata sipit dan tentunya kulit putih bersih. Pria pendiam yang selalu menjadi bahan ejekan teman-temannya karena jarang bicara.

"Wah! Gue inget! Gue inget, Nis!" seru Iyo, pria hitam manis asal Bali, tapi sebenarnya orang asli Jawa. Kedua orang tuanya asli Jawa, ia hanya menumpang lahir di Bali dan besar di Jakarta hingga sekarang.

"Kenapa lo semua malah bahas gue?! Itu kan udah lalu, lagian gue gak sengaja!" Malvin akhirnya angkat bicara. Hanya nada datar yang keluar padahal ia sedang kesal. Ia mendelik tajam pada semua temannya yang menertawakannya.

"Tapi lo suka kan meski gak sengaja?" Chito menggoda dan mencolek dagu Malvin membuat empunya menepis tangannya kasar.

"Anis yang angkat roknya! Gue punya mata, makanya gue liat!" Mereka kembali tertawa mendengar Malvin menggerutu kesal.

Kejadian saat itu kelas dua SMA, dimana Anis dan Malvin yang memang satu kelas memiliki teman sekelas bernama Tiara yang paling cantik di antara siswi di kelas mereka. Anis yang memang memiliki otak mesum, tanpa rasa bersalah mengangkat rok Tiara tepat di hadapan Malvin. Anis tau kalau Tiara menyukai Malvin dan sering kali ia menangkap basah Tiara mencuri-curi pandang pada Malvin, begitupun Malvin yang memiliki rasa pada Tiara. Itu dugaan Anis.

Anis greget sendiri melihat tingkah dua anak manusia itu yang saling menyukai, tapi tak mengungkapkan perasaan masing-masing.

Sebagai teman yang baik, ia berinisiatif membantu Malvin agar dekat dengan Tiara, tapi niatnya di penuhi juga dengan otak mesumnya. Alasannya melakukan hal tersebut, karena jika ia bertanya pada Malvin, apakah temannya itu menyukai Tiara maka jawabannya adalah 'Enggak'.

Love Makes a FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang