7. Belum Mau Nikah!

10.9K 1.1K 30
                                    

Via meringis saat Iyo meneteskan obat merah ke telapak tangannya setelah dibersihkan alkohol agar tidak infeksi. Iyo yang membungkuk, mendongak menatap Via yang memalingkan wajah karena tidak ingin melihat luka di telapak tangannya. Wanita itu menggigit kuat bibirnya menahan rasa perih saat plester luka dipasang.

Kemudian Iyo beralih pada tangan kanan Via. Tadi mereka sempat adu mulut karena Via enggan diobati oleh Iyo. Alhasil Iyo memilih menakut-nakuti Via kalau lukanya tidak segera diobati akan infeksi dan akan semakin parah, akhirnya wanita itu mau. Mereka masih berada di dalam mobil yang terparkir di parkiran apotek, karena tadi Iyo singgah membeli perlengkapan obat di situ.

Setelah selesai, Iyo pun membereskan perlengkapan P3K masuk kembali ke dalam tempatnya lalu menaruh kotak itu ke dalam laci dashboard.

Iyo menatap Via yang sibuk meniup kedua telapak tangannya secara bergantian. Lalu ia beralih menatap rambut Via yang awut-awutan. Tangannya terjulur ke arah kepala Via.

"Aw! Sakit!" jerit Via lalu mendelik kesal ke arah Iyo yang meringis dan mengumamkan kata maaf. Padahal Iyo menyentuhnya sangat pelan.

"Lo kayak orang gila Vi, rambut lo acak-acakan kayak gitu." Via mendengus kesal dan memberi Iyo tatapan tajam.

"Gue rapihin ya?" Tangan Iyo kembali terulur ke arah kepala Via, tapi dengan cepat Via memundurkan kepalanya hingga membentur jendela mobil. Iyo sontak tergelak melihat Via yang meringis.

"Nyebelin!" jerit Via.

"Makanya jangan ngeyel! Sini, gue rapihin rambut lo."

"Gak usah! Aku bisa sendiri." Via langsung mengaduh sakit saat hendak membuka ikat rambutnya karena gesekan telapak tangannya yang terluka dengan rambut.

"Sini Vi!" Iyo gemas sendiri dan perlahan menarik kepala Via lembut. Tidak ada lagi penolakan dari Via membuat Iyo mengulum senyum.

"Pelan-pelan! Sakit tau!" jerit Via saat Iyo mulai melepas ikat rambutnya. Ia merasa tarikan saat Iyo melepas ikat rambut membuat kulit kepalanya ikut tertarik dan membuatnya semakin perih.

"Jangan teriak gitu Vi, nanti orang-orang grebek kita!" Iyo tertawa membuat Via menyikut perutnya.

Kemudian Iyo terdiam dan mulai merapikan rambut panjang Via. Ia terdiam setelah rambut Via sudah menjuntai turun lalu ia menyelipkan rambut Via ke belakang telinga sebelah kiri.

"Lo masih suka sama Malvin?" Pertanyaan Iyo membuat Via yang tadi sibuk menatap telapak tangannya menegakkan kepala membalas tatapan Iyo.

"Kenapa nanya gitu?"

"Kok lo blacklist gue gak masuk buat jadi calon suami lo?" Via semakin heran menatap Iyo. "Lo beneran masih suka sama Malvin?"

"Enggaklah!"

"Terus kenapa Andra bilang lo setuju pedekate dengan Malvin?"

"Aku gak pernah setuju dengan Kak An! Aku bahkan belum mau nikah! Kak An sendiri yang putusin." Iyo menghembuskan nafas kasar, ia mengubah posisi duduknya menghadap ke depan lalu bersandar di jok. Ia memijat pangkal hidungnya lalu menolehkan kepala ke arah Via yang masih bingung menatapnya.

"Kasih gue kesempatan Vi, pedekate sama lo," ujar Iyo memelas.

"Apa sih? Kan aku udah bilang. Aku gak setuju dengan keputusan Kak An yang jodoh-jodohin aku dengan kalian dan nyuruh aku pedekate dengan kalian!" Setelah mengatakan itu Via keluar dari mobil, mengabaikan Iyo yang berteriak memanggilnya.

*****

Via berhenti menggesek rambutnya menggunakan handuk kecil setelah keluar dari kamar mandi melihat Andra duduk di tepi ranjangnya. Walau kulit kepalanya masih berdenyut sakit, ia tetap keramas agar bekas tangan Mona yang menjambak rambutnya tadi hilang.

Love Makes a FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang