20. Terulang Kembali

11.6K 980 15
                                    

Langkah Via terhenti saat memasuki rumahnya melihat Andra sedang duduk bersandar di sofa sambil memejamkan mata. Kemudian, ia pun menutup pintu rumah yang menyebabkan suara gaduh pelan membuat Andra membuka matanya.

Melihat Via sudah berada di rumah, Andra pun beranjak dari duduknya. Semalam ia tidak tidur karena memikirkan Via yang tidak pulang ke rumah dan adiknya itu baru pulang setelah sore menjelang malam hari ini.

Andra menyambar tangan Via agak kasar saat adiknya itu hendak menaiki tangga.

"What's wrong with you?!" teriak Via kesal menepis tangan Andra lalu mengusap tangannya, bekas cengkeraman tangan Andra.

"Harusnya itu pertanyaan gue? Dari mana lo?! Semalam kenapa gak pulang?!" tanya Andra marah membuat Via menatapnya lalu tersenyum miring.

"Really? Kak An nanya aku?" Via tertawa keras membuat Andra semakin khawatir karena tawa Via beda dari biasanya. Andra melihat Via sekarang seperti melihat Via lima tahun yang lalu dan Via yang sembilan tahun yang lalu untuk pertama kalinya Via terjerumus memakai barang terlarang itu.

"Vi! Gue serius nanya lo!" Andra menggeram marah karena Via tidak berhenti tergelak.

Via berhenti tertawa lalu tersenyum sinis menatap Andra. "Kenapa Kak An mau tau aku dari mana semalam? Bukannya kamu udah gak mau peduli sama aku?" tanyanya santai. Menatap datar Andra.

"Lo temenan lagi sama Maman?" Pertanyaan Andra membuat senyum sinis Via hilang. Lalu ia mengumpat pelan. Pasti Chito yang memberitahu Andra. Kemudian ia kembali menatap Andra dengan pandangan menantang.

"So what?!"

"Astaga! Vi! Stop! You must be stopping!!" teriak Andra frustasi mengguncang tubuh Via yang berusaha melepaskan cengkeraman tangannya.

"Jadi, Kak An udah tau. Yah~ padahal aku udah sembunyi-sembunyi loh!" ujar Via cemberut setelah berhasil terlepas dari Andra.

Satu tamparan mendarat di pipi Via membuat kepalanya tertoleh ke kanan dan ia memegang pipinya yang berdenyut sakit. Via tersenyum getir. Perasaan bahagia yang membuncah tadi langsung menjadi melankolis. Tiba-tiba matanya memanas dan bibirnya di cebikkan sedih.

"Kak An gak ngerti perasaan aku. Sama sekali gak ngerti," lirih Via dengan bibir gemetar. Masih belum menatap Andra yang tersulut emosi.

"Gue bakal masukin elo ke panti rehabilitasi. Lo sakit Vi!" Via langsung menatap tajam Andra.

"Gak usah peduliin aku!! 'Jangan datangi gue kalau elo sedih ataupun ada masalah!' Itu kan maunya Kak An? Aku sedih, aku ada masalah dan aku gak tau harus kemana pergi numpahin semua itu. Orang satu-satunya tempat aku tumpahin semua kesedihan dan masalahku malah larang aku datang lagi!" jerit Via marah, air matanya perlahan mengalir.

Via mengusap wajahnya gusar dan mulai menggulirkan matanya cemas.

"A..aku sendirian...gak ada yang peduli sama aa..aku," ujar Via terbata-bata. Mata Andra ikut memanas menatap Via yang terlihat cemas dan air matanya sang adik semakin deras.

"Kak An gak peduli sama aku...aku..sendirian!!" teriak Via lagi. Suaranya sudah mulai berubah serak dan ia menatap Andra nanar.

"Harusnya Kak An ngertiin aku...harusnya kamu gak anggap serius ucapan aku yang bilang gak usah saling peduli satu sama lain..aku gak serius ucapin itu..aku..." Via terus meracau disela-sela tangisnya. Andra pun mendekap sang adik.

Via berusaha meronta dalam dekapan erat Andra.

"Aku benci Kak An!! Aku benci Mami!! Aku benci kalian semua!!" teriak Via memukul dada Andra yang enggan melepasnya.

Love Makes a FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang