30. Salah Parkir

9K 976 17
                                    

Suara klakson memekakan indera pendengaran Laras. Segera mungkin Laras menengok ke arah mobil yang kurang ajar membunyikan klakson itu untuknya. Matanya melotot sempurna melihat Via yang menyengir duduk cantik di atas mobil yang atapnya terbuka.

Laras terkejut bukan karena melihat Via, tapi karena melihat mobil wanita itu.

"Gak usah mangap-mangap kali! Norak tau!" tegur Via setelah turun dari mobil, Laras menghampirinya lalu memberinya toyoran kepala.

"Dari mana aja lo?!" ujar Laras galak. Karyawannya itu menghilang tanpa kabar.

"Dari kutub selatan. Gue hibernasi di sana." Laras tertawa, mengurungkan niat memarahi Via. Lalu matanya kembali memperhatikan mobil baru temannya itu.

"Gila! Selama menghilang lo pasti ngepet, kan?" Via mendelik lalu menjitak kepala Laras.

"Emang lo lupa gue adiknya siapa?"

Laras balas menjitak kepala Via.
"Sombong banget lo!"

"Eh gue kangen tau!" Laras berujar lagi dan langsung memeluk erat Via membuat Via sesak dan mendorong Laras agar pelukan itu terlepas.

"Thank's!" Via merampas kantongan dari tangan Laras. Berisi sarapan.

"Eh itu punya gue!" Laras mengikuti Via masuk ke rumahnya.

"Kok gak ada penyambutan? Gue baru dateng loh," ujar Via terkikik sendiri sembari naik ke lantai dua.

"Gimana mau nyambut, lo gak bilang mau balik. Gue kira lo udah gak balik," cibir Laras lalu mengikuti Via duduk di kursi kayu depan ruangannya yang terdapat meja bundar berukuran kecil. Tempat biasa mereka makan.

"Eh lo beli lah! Masa punya mobil baru, tapi gak bisa beli sarapan?" tangan Laras di tepis saat ingin mengambil kembali sarapannya.

"Pesen aja lo," ujar Via ketus. Laras berdecak kesal. Itu adalah sarapannya, seharusnya ia yang marah, tapi kenapa Via yang marah padanya.

"Rese banget sih lo!" Via terkikik sambil mengunyah, menelan terlebih dahulu lalu membalas perkataan Laras.

"Tapi itu yang bikin lo kangen, 'kan?" Laras hanya mendelik. Matanya fokus menatap layar ponsel yang menampilkan grup bersama tim W.O.-nya. Laras mengetik, siapa saja yang melewati penjual bubur ayam yang merupakan tempat ia membeli sarapannya yang di rampas Via, menyuruh untuk membeli sarapan. Setelah mendapat respon, ia kembali menatap Via yang begitu khimat makan.

"Kapan lo belajar nyetir?" tanya Laras.

"Baru kemarin gue selesai. Udah dapet SIM."

"Berapa kali pertemuan?"

"Cuma tiga kali." Laras menatap Via tidak percaya.

"Serius lo?"

"Iya dong!"

"Ah gue aja hampir dua minggu pertemuan."

"Karena lo bego. Gampang kali nyetir mobil. Lurus-mundur-belok kanan-belok kiri-jalan." Via tertawa mendengar Laras mencibirnya.

"Eh eh! Kakak lo batalin nikahannya!"

"Hm." Via manggut-manggut seraya mengunyah.

"Gue kaget tau. Gue kira dia mau undurin lagi pas nelpon gue eh di batalin. Padahal persiapannya udah tujuh puluh lima persen." Laras mendengus di akhir kalimatnya. Tentu saja Laras kesal. Sudah mempersiapkan semuanya dengan matang dan hampir sempurna, ujung-ujungnya di batalkan.

"Eh kenapa mereka batal nikah? Jangan-jangan gara-gara lo ya? Lo hilang karena itu ya?" Laras menuding Via yang sibuk menghabiskan bubur ayam.

"Tanpa gue jelasin, pasti lo ngerti."

Love Makes a FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang