10. Alasan Sebenarnya

9.5K 1K 39
                                    

Via menggaet lengan Andra memasuki restoran mewah. Malam ini Andra mengajaknya makan malam. Mungkin ini masih bentuk bujukan Andra, pikirnya. Saat memasuki ruangan VIP yang sudah direservasi, langkah mereka berhenti.

Ternyata mereka tidak makan hanya berdua, ada Renata yang langsung melepaskan rangkulan tangannya dan berdiri di tengah, di antara ia dan Andra.

Renata melakukan cipika cipiki, begitu canggung di antara kedua wanita itu padahal mereka sudah lama mengenal, tapi hubungan mereka tidak terlalu dekat.

Via menatap tanya Andra dan tentunya protes. Andra tadi hanya mengajaknya makan malam tidak mengatakan jika Renata juga ada. Kalau saja tau, pastinya ia tidak akan ikut.

"Kak An, kok ada dia?" Akhirnya Via bertanya, ia menatap Renata tidak suka, begitupun Renata menatap Via tidak suka yang sedang menggaet posesif lengan Andra.

"Kok lo nanya gitu Vi?" tanya Andra tak mengerti.

"Aku gak mau jadi obat nyamuk di antara kalian tau!"

"Tenang Vi. Lo gak usah khawatir, kita bakal double date." Renata tersenyum manis, tapi yang Via lihat hanya senyum menyeramkan.

"Double date? What do yo..?"

"Oh dia udah dateng!" Belum sempat Via menyelesaikan ucapannya, Renata berseru sambil melambaikan tangannya pada orang yang baru tiba berjalan mendekati mereka. Di sana ada Malvin yang seperti biasanya berekspresi datar. Via menengok menatap Malvin, lalu ia menatap Andra.

"Maksudnya ini apa?" tanya Via pada Andra.

"Lo kurang paham banget sih?! Kita bakal makan malam berempat! Gak usah banyak protes!" Renata yang menjawab dengan nada ketus lalu menarik Andra untuk ke meja mereka. Via menghentakkan kakinya kesal saat Andra memberinya pelototan. Akhirnya ia pun mengikuti kedua pasangan itu.

Andra menarik kursi lalu mempersilahkan Renata duduk. Sementara Malvin menarik kursi untuk dirinya sendiri. Via yang melihat itu mendengus. Bukan karena ia berharap Malvin bersikap manis padanya, tapi setidaknya Malvin bisa bersikap sebagai seorang pria. Dengan kesal ia menarik kursi lalu duduk.

Pelayan menghampiri mereka. Andra bertanya lembut pada Renata apa yang kekasihnya itu inginkan. Sementara Malvin dan Via masing-masing memesan sendiri. Setelah pelayan menyebut ulang pesanan mereka, ia pun pergi dan mereka menunggu.

"So, kalian udah sedeket apa? Eh! Tapi kan kalian udah kenal lama? Pastinya sekarang makin deket, 'kan?" Renata memecah keheningan diantara mereka. Ia menatap Via dan Malvin secara bergantian.

"Ini maksudnya apa sih?" tanya Via bingung.

"Kok lo bego banget Vi?! Kalian kan sekarang pedekate terus bentar lagi nikah! Rara udah bilang ke elo, 'kan?"

"Kok lo ngatain gue bego?!" Kedua wanita itu saling melayangkan tatapan sengit.

"Vi! Stop!" Andra menegur Via membuat adiknya itu mencebikkan bibir kesal.

Via semakin dongkol saja, tadi Andra menegurnya dengan suara keras sementara Andra menegur Renata dengan suara lembut dan usapan di lengan.

"Aku kira Kak An udah gak mau nyuruh aku nikah?" tanya Via, Andra kembali menatapnya.

"Lo bakal tetep nikah sama Malvin!" Lagi-lagi Renata yang menjawab membuat Via semakin meradang.

"I'm not asking you, bitch!" Renata melotot mendengar Via mengumpat padanya. Andra pun marah pada sikap Via yang kurang ajar.

"Vi..."

"Andra jangan main tangan!" Malvin menahan tangan Andra yang hendak menampar Via. Mata Via berkaca-kaca, ia tidak menyangka Andra ingin menamparnya.

Love Makes a FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang