38. Ayumi Davia

9K 897 34
                                    

Mami meremas tangannya satu sama lain dengan perasaan sangat cemas. Laras yang duduk di sebelahnya pun menenangkannya. Sedangkan Andra berdiri di dekat pintu IGD. Ada juga Malvin dan Iyo yang memilih berdiri di dekat mereka.

Mereka berkumpul di sini karena Via mengalami pendarahan setelah terjatuh di kamar mandi.

Mami dan Laras saat itu sedang berada di dapur menyiapkan makan siang lalu Malvin datang membawa kue keju yang diinginkan Via.

Karena lama menunggu Via yang tidak keluar dari kamar mandi, Laras pun berniat melihat keadaan Via. Menemukan Via yang merintih sakit dan bersimbah darah pada bagian pahanya. Maka mereka membawa Via ke rumah sakit. Dengan cepat Mami menghubungi Andra yang sedang makan siang dengan Iyo di luar bersama klien, terpaksa kedua pria itu menghentikan acara makan mereka dan menyusul ke rumah sakit.

Sudah hampir empat puluh lima menit, tapi dokter belum juga keluar. Beberapa saat kemudian akhirnya dokter keluar . Mami dan Laras berdiri menunggu dokter bicara.

"Suami Devia?" tanya dokter menatap ketiga pria itu secara bergantian.

"Enghh..." Mereka bingung menatap satu sama lain.

"Sa-saya Dok!" Mereka semua menengok ke belakang, ke arah Anis yang ngos-ngosan karena berlari dari parkiran menuju ke IGD. Malvin yang memberitahunya, jadilah ia dengan cepat ke sini.

"Kenapa istri saya? 'Mereka' baik-baik aja, 'kan?" tanya Anis menghampiri dokter. Anis sangat cemas. Cemas pada anaknya dan juga Via.

"Istri anda mengalami pendarahan yang cukup serius akibat benturan yang sangat keras ketika terjatuh. Jadi kami akan melakukan operasi untuk mengeluarkan bayinya." Semuanya terkejut. Mami pun menangis dan Laras menenangkannya.

"Ta-tapi usianya baru tujuh bulan?" tanya Anis cemas dan mulai panik.

"Lahir prematur," ujar dokter menenangkan. Anis meraup wajahnya kasar. Jantungnya berdegup cepat karena merasa cemas dan takut.

"Anda bisa mengurus biaya adiministrasinya dulu dan kami akan memindahkan Bu Devia ke ruangan operasi," ujar dokter. Andra segera ke bagian administrasi. Sungguh, sangat cemas pada kondisi Via dan juga keponakannya.

Anis memejamkan matanya untuk menenangkan dirinya. Padahal baru beberapa hari yang lalu dirinya bertemu dengan Via dan menyapa sang anak. Berencana bulan depan mereka akan sama-sama ke dokter untuk mengecek kandungan Via dan mengetahui jenis kelamin anak mereka, tapi sepertinya mereka tidak akan menunggu bulan depan karena sebentar lagi sang anak akan di lahirkan.

Mereka semua ke depan ruangan operasi. Menunggu proses operasi persalinan Via.

Mami tidak hentinya menangis, sangat cemas pada putrinya dan juga cucunya.

"Mami pergi makan dulu. Ini udah hampir sore," bujuk Andra pada Mami karena tau sang Mami belum makan.

"Enggak, Mami bakal nunggu Devi...."

"Mi, Via bakalan sedih kalau nanti Mami sakit karena gak makan." Andra menyela Mami yang ingin menolak makan.

"Laras temenin Mami ya? Sekalian lo pasti juga belum makan, 'kan?" Laras mengangguk dan mulai menggandeng Mami ke kantin rumah sakit.

Andra pun duduk di sebelah Anis yang menunduk dalam. Sementara Iyo dan Malvin duduk di kursi besi di hadapan mereka.

Andra meremas pundak Anis membuat sahabatnya itu meneggakkan kepala serta punggungnya. Memberi semangat pada sahabatnya agar tidak terlalu cemas, padahal saat ini ia juga sangat cemas.

Mata Anis memerah menahan tangis. Sorot matanya memancarkan kekhawatiran. Wajahnya begitu sendu.

Setelah beberapa lama mereka menunggu akhirnya dokter pun keluar. Mami dan Laras juga sudah kembali dari kantin rumah sakit dan ikut berdiri bersama dengan yang lainnya.

Love Makes a FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang