9. Bujukan Kak An

9.5K 1.2K 35
                                    

"Maaf, gosong. Tadi minyaknya cuma dikit."

Andra meringis saat meletakkan telur yang mengenaskan di hadapan Via yang memutar bola mata. Ini adalah bentuk dari bujukan Andra agar adiknya itu berhenti merajuk. Ia yang tidak tau masak, terjun ke dapur dan membuat omelet yang menurutnya paling mudah, tapi berakhir hangus.

"Kalau gak tau masak ngapain masak? Kan bisa beli. Lagian bos travel terkenal kok gak mau keluarin duit beli sarapan yang harganya gak sampai dua puluh ribu?" Via mulai mengomel, ia beranjak dari duduknya ke dapur. Membuka kulkas yang isinya telah kosong.

"Gue kan mau jadi kakak yang baik, sekali-kali masak buat lo." Andra menggaruk tengkuknya berjalan mengekori Via.

Via menutup kembali kulkas lalu memutar tubuh menghadap ke arah Andra.

"Jangan bilang selama aku nginep di rumah La, temen-temen Kak An nginep di sini?"

"Iya." Via memutar bola mata jengah. Pantas saja isi kulkasnya raib.

"Mereka tuh punya banyak duit. Harusnya kalau pakai bahan-bahan makanan, mereka ganti dong." Via kembali mengomel, ia menengadahkan tangannya pada Andra.

"Apa?"

"Hape."

"Buat apa?"

"Ck! Aku laper Kak! Pesen makan gih." Andra pun beranjak masuk ke kamarnya untuk mengambil ponsel. Sementara Via masih berdiri di tempatnya. Ia mengamati sekitar. Baru sadar kalau rumahnya berantakan. Pasti kakaknya itu tidak menelpon Bibi yang biasa membersihkan rumah mereka.

Mereka memperkerjakan ART untuk tidak tinggal bersama dengan mereka karena mereka hanya berada di rumah pada malam hari dan tidak terlalu percaya dengan orang lain. Tiga minggu sekali Via menghubungi Bibi untuk membereskan rumah, itu pun dalam pengawasannya.

Via duduk kembali di kursi makan bersamaan dengan Andra yang keluar dari kamarnya yang terletak di lantai satu.

"McD? Lo mau?" Andra berdiri di sebelah Via yang mendongak menatapnya. Via mengangguk menjawab pertanyaan Andra. "Sausage McMuffin with Egg?" Lagi-lagi Via mengangguk.

"Oke."

"Sama Sausage Wrap," tambah Via membuat Andra menatapnya.

"Gue gak mau makan itu."

"Ih! Buat aku!" Via memutar bola mata kesal. Andra mendengus.

"Emang lo bisa habisin?"

"Bisalah! Aku laper tau."

"Kali aja kayak dulu, elo sok-sok'an pesen banyak eh malah gak dihabisin." Via terkikik saat Andra mengingatkannya pada masa dimana mereka pertama kalinya pergi keluar makan berdua tanpa kedua orang tua mereka. Saat pertama kalinya mereka berdua merasakan memiliki satu sama lain. Andra mengusap kepala Via lembut, akhirnya adiknya itu tidak marah lagi padanya.

"Minumnya hot milo?"

"No!" Andra kembali menatap Via.

"Lo suka milo, 'kan?"

"Yes, but not hot."

"Astaga Vi! Ini masih pagi."

"Aku mau Kak An!" rengek Via menarik ujung baju kaos Andra. Andra pun mengalah daripada adiknya kembali merajuk.

"Eh sama apple pie juga ya?" Andra tertawa pelan mendengar permintaan Via. Setelah memesan semuanya mereka pun menunggu. Andra memeluk Via yang masih duduk di kursi.

"Apa sih?" Via berusaha melepas diri, tapi Andra menahannya. Ia pun pasrah dan melilitkan tangannya di pinggang Andra, kepalanya menempel di perut Andra.

Love Makes a FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang