50. Pengalihan Patah Hati

9K 877 44
                                    

Andra menatap punggung Via saat ia memasuki kamar adiknya itu. Sekarang mereka sudah berada di rumah, pulang dari liburan dua hari yang lalu. Hari itu juga setelah Via menangis di vila, Andra membawa adiknya pulang serta Laras dan Malvin yang ikut dengan mereka. Kalau lainnya, Andra tidak tau. Andra marah pada Anis yang membentak Via saat itu, dan marah pada Iyo karena Maura yang membuat Via marah. Andra tau Via tidak akan mengamuk jika lawannya tidak memulai lebih dulu. Andra sangat tau kebiasaan adiknya itu.

Perlahan Andra menghampiri Via setelah menutup pintu. Andra bergabung merebahkan tubuhnya di atas ranjang sebelah Via yang sama sekali mengabaikan kehadirannya. Andra tau Via tidak tidur. Sudah dua hari Via mengurung diri seperti ini. Sudah dua hari ini juga Andra tidak meninggalkan Via, takut jika Via akan kembali ke 'kebiasaan' lama lagi jika ia tidak berada di sisi Via saat adiknya itu frustasi.

"Do you want to go on a date with Kakak~~." Andra berujar dengan nada seperti tokoh animasi Anna mengajak kakaknya Elsa membuat boneka salju dalam film Frozen. Film favorit Via beberapa tahun yang lalu.

Andra menatap punggung Via. "Do you want to go on a date with Kakak~~," ujar Andra lagi karena Via tidak merespon. Andra menghela nafas kasar. Ia mengubah posisi tidurnya menjadi miring menghadap ke arah punggung Via menjadikan lengannya kirinya yang di lipat sebagai bantal.

"Do you want to go on a date with Kakak~~," ujar Andra lagi.

"Go away Andra," ujar Via pelan. Suaranya serak dan hampir hilang. Andra menduga pasti adiknya itu sudah menangis lagi. Mereka seakan memerankan tokoh kakak beradik, Elsa-Anna.

"Okay~ Bye~!" Tapi Andra tidak beranjak malah menggeser tubuhnya menempel di punggung Via lalu memeluk pinggang adiknya dan menenggelamkan kepalanya di punggung Via karena posisi tubuhnya agak rendah di banding tubuh Via.

Mereka terdiam lagi. Andra bisa mendengar helaan nafas Via yang kasar.

"Aku rasa apa yang aku pernah bilang ke Kak An ada benarnya..." Via menatap lurus jendela kamarnya. Andra hanya diam menunggu Via melanjutkan perkataannya. Saat ini Andra ingin menjadi pendengar yang baik, tidak ingin menyela Via. Andra beryukur akhirnya Via ingin bicara dan curhat padanya setelah dua hari bungkam.

"...My love story never happy ending." Via tertawa hambar. Tertawa untuk kesekian kalinya karena gagal mempertahankan cintanya pada seorang pria dan hubungannya gagal sebelum mereka hubungan mereka dimulai. Benar-benar miris kehidupan cintanya.

"There are still many better men," gumam Andra setelah hening beberapa detik. Terdengar lagi Via tertawa hambar.

"I remember.... you saying he was kind. So I can approach it. Can you call it kind right now?.... I think so. 'Cause he's your friend." Via tertawa sinis dan menekan kata 'Teman' agar menyindir kakaknya yang pernah mengatakan jika selain Malvin yang pantas menjadi suami Via, ada Anis. Sungguh Via ingin tertawa jika mengingat itu.

Andra meringis mendengar sindiran Via, ia semakin memeluk sang adik sebagai ungkapan rasa bersalahnya.

*****

Andra menegakkan kepalanya saat pintu ruangannya di buka begitu saja tanpa di ketuk. Sebenarnya ia sudah bisa menebak siapa orang yang tidak memiliki sopan santun itu. Siapa lagi kalau bukan adiknya. Padahal dari kecil Papi mereka mengajarkan mereka bersikap sopan dan Andra juga yang selalu menekankan Via bersopan santun. Akan tetapi seiring bertambahnya usia Via, adiknya itu semakin tidak memiliki sopan santun saja.

Suara hentakkan membuyarkan lamunan Andra. Ternyata adiknya benar-benar tidak sopan. Adiknya itu meletakkan rantang tiga susun di atas meja kerjanya secara kasar menimbulkan suara yang cukup keras.

Love Makes a FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang