51. Sahabat

65.3K 4.5K 372
                                    

Kini mobil kembali terparkir di rumah Bunda. Weekend  versi Kanaya dan Orion hanya sekitar Bandung atau rumah Ayah.

Wajah berbinar Kanaya masih terpampang nyata.

"Kamu duluan aja," ujar Orion.

"Mas mau ngapain?" tanya Kanaya. Ia sudah keluar dari mobil.

"Mau cek mesin," ujar Orion.

"Oke deh," ujar Kanaya berlalu. Dari gerak kakinya, tampak sekali bahagia memeluk tubuh Kanaya.

Ceklek.

"HAPPY BIRTHDAY BU BOS," pekik manusiawi-manusia di depan Kanaya. Ada yang membawa balon, ada yang membawa poster wajah Kanaya. 

Kanaya menganga. Matanya mengabsen satu persatu manusia di depannya. Semua karyawannya ada di sini. Karyawan kurang ajar yang menutup kafe miliknya.

Asep nyengir "HAHAHAH CIYE KESEL KARNA KAFENYA KITA TUTUP," ujar Asep. Ia maju beberapa langkah dengan kue di tangannya.

"Nyebelin lu!" ketus Kanaya. Asep nyengir.

"Hahahah gila sih Ay, gue kalau jadi lu, udah gue cut semua nih karyawan," ujar Togar tegas.

"WHOOO, JANGAN!" pekik Tita dan Wati berbarengan.

"Pantes aja lu gak jadi bos, orang kejam!" sindir Asep. Yang lain tertawa. Togar mengeram.

"Bener juga nih Bang Asep," ujar Deni adik tingkat mereka.

"Gue gitu loh," ujar Asep bangga.

"Tiup lilin lah Ay, udah meleleh nih air liur gue pengen makan kuenya," ujar Asep. Fajar langsung menjitak kepala Asep.

"Otak Asep bener-bener udah gak di lindungi batok kepala, tapi batok kelapa,"  ujar Fajar. Bukannya marah, Asep malah tertawa.

"Wati kira lilinnya yang udah mau habis, nyatanya pasokan air liur bang Asep yang lagi bereproduksi," ujar Wati.

"Lu kira lidah gue sel telur apa bereproduksi!" ketus Asep. Wati terpingkal.

"Malu gue Sep, mau sampai kapan lu buat gue malu?" ujar Togar frustasi.

"Hahahaha."

"Make a wish dulu,Buk," ujar Tita.

Kanaya mengangguk. Ia tidak meminta apa-apa dalam doanya, selain ucapan syukur untuk cinta yang semakin hari semakin ia rasakan.

Hphusssssssss

"Horeee," sorak Asep gembira. Hanya dia sendiri yang bersorai, yang lain menggeleng.

"Itu hore lilin mati atau hore bang Asep makan kue?" celetuk Ridwan.

"Gue bawa ke meja ya," ucap Asep.  Elma langsung menarik kerah belakang baju Asep "Potong kuenya belum Bambang!" ketus Elma.

"Tau nih bang Asep," ujar Raden.

"Jangan sampe lu yang gue potong,Sep!" ketus Togar.

"Sok berani lu!" tantang Asep.

"Nantangi dia Bang," celetuk Ridwan mengkompori Togar. Ridwan ini satu organisasi dengan Fajar, Togar dan Asep. Wajar dia agak sedekat ini.

"Jangan deh, daging bang Asep alot," celetuk Raden dengan wajah lempengnya.

"Hahahah suka bener nih Raden," timpal Putri.

"Nih pisaunya Ay," ujar Tita.

"Silahkan potong Asep. Request bagian mulutnya dulu yang lu robek," ucap Togar.

Suamiku Dosen (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang