Bagian 17

6 2 0
                                    


"Lo"

"Kamu"
Ucap devan dan cewek itu berbarengan.

"Lo kenal sama cewek ini?"tanya astha pada devan.

"Hmm. Iya gue kenal"jawab devan ketus.

Cewek itu menunduk dan terlihat sedih. Astha yang tidak tau apa-apa hanya menatap mereka bingung.

"Kalian kenapa sih? Apa jangan-jangan"ucap astha

"Enggak gak papa kok. Udahlah yuk ke kelas"ucap devan merangkul astha membuat cewek tadi mendongak dan menatap kepergian devan dengan tatapan sedih. Kemudian ia melanjutkan jalannya.

***
Devan masih memikirkan kajadian beberapa menit yang lalu. Ia ingat betul siapa dia. Wanita yang dulu pernah menolaknya ntah karna apa.

Flashback on.

'Gue harus bisa dapetin tuh cewek'batin devan ketika melihat ayra yang berjalan sendirian menuju masjid sekolah.

Devan berjalan mendekati ayra. Sedangkan ayra dia merasa ada yang mendekatinya membuat ia semakin memepercepat jalannya sampai tiba-tiba pergelangannya di tarik oleh seseorang

"Astaghfirullah"ucap ayra kemudian berusaha melepaskan tangan seseorang dan ia menatap seseorang itu.

"Lepas"ketus ayra dan menepis tangan devan kasar

"Saya gak ada urusan sama kamu"ucap ayra dingin.

"Alah cuek banget lo jadi cewek"ucap devan

Ayra tidak menanggapi ucapan devan ia berjalan meninggalkan devan.

"Harus wudhu lagi deh"gumam ayra

***
Semenjak kejadian itu ayra semakin menjauhi devan dan bukan devan namanya jika dia mundur begitu saja. Devan terus mengejar ayra padahal sudah ayra tegaskan dengan beberapa hadist-hadist yang dia ketahui tentang berteman dengan lawan jenis.

"Ayra"panggil devan.

Ayra menatap devan malas. Jujur ia capek dengan ini ayra tidak ingin jika devan terus mengejarnya.

"Kamu mau ke kelas?"tanya devan. Ya sejak berkenalan dengan ayra devan sudah menggunakan logat aku-kamu.

Ayra memutar bola mata malas.
"Iya"jawab ayra singkat kemudian pergi dari hadapan devan.

Itu saja. Hanya itu saja setiap hari adegan mereka. Devan yang mendekati ayra namun ayra pergi.

Devan menatap punggung ayra yang tidak nampak karna hijab panjangnya. Setelah mengenal ayra devan seaakan lupa dengan jabatannya. Yaitu seorang FACKBOY. Tapi sejak ia kenal ayra seaakan dirinya ikut terbawa dengan keseharian gadis itu. Devan jadi lebih sering sholat dan belajar mengaji.

***

Setelah melewati berbagai detik,menit,jam,tanggal,hari,minggu,bulan bahkan tahun.

Ayra melewatinya dengan terus di ikuti oleh devan. Karna terlalu sering bersama membuat keduanya merasakan kenyamanan. Ayra mulai menerima devan sebagai temannya dan jangan tanyakan devan. Disaat dia di terima sebagai teman ia melaksanakan syukuran dirumahnya membuat keluarganya bingung. Gimana gak bingung. Gak ada acara apa-apa tiba-tiba devan meminta untuk mengadakan syukuran. Dan tak terkecuali ayra juga diundang di acara itu.

Awalnya ayra merasa jengah karna kelakuan berlebihan devan tapi dengan seiring waktu dan devan selalu ada di dekatnya membuat ia juga merasakan hal yang berbeda.

Mereka berdua menjalani semua hari-hari dengan penuh warna. Kadang ayra merasa ada yang janggal dengan statusnya sekarang. Berteman dengan seorang laki-laki yang bukan mahromnya dan sampai dimana devan menembak ayra di depan umum. Membuat ayra bingung. Ingin menerimanya atau menolaknya. Sudah pasti ia akan menolaknya karna itu tidak baik untuk seorang wanita. Karna akan mempengaruhi ayanhnya.

Semenjak ayra menolaknya di depan umum devan merasa kecewa dia sudah tidak pernah mendekati ayra lagi dan ayra juga tidak lagi di dekati devan.

Itu semua membuat mereka berdua merasakan sebuah kehilangan. Namun devan ya devan ia tidak akan pernah meminta maaf terlebih dahulu dan karna sakit hatinya yang sudah besar.

Di hari kelulusan mereka pun tidak ada hal yang mereka bicarakan jangankan berbicara bertemu saja mereka enggan. Dasar penurut ego.

Flasback off.

Sejak hari itu devan tidak bertemu lagi dengan ayra. Dan tadi pagi ia dipertemukan dengan wanita itu. Wanita yang membuatnya merasakan gegana selama 2 tahun belakangan ini.

Ia sangat merindukan ayra namun egonya lah yang membuatnya tidak melaksanakan kerinduannya.

"Assalamualaikum"ucap bu wita guru bahasa indonesia memasuki kelas.

Semua murid yang ada di kelas devan menjawab kecuali devan yang masih enggan untuk membuang fikirannya tentang ayra.

Ketika sedang asik mendengarkan ceramah panjang dari bu wita tiba-tiba pintu kelas diketuk membuat seisi kelas melihat kearah pintu. Ada perasaan was was ketika tiba-tiba pintu diketuk. Semua murid mulai mengamankan barang-barang mereka takut jika yang datang itu adalah anggota razia.

Hayooo ada gak nih yang kalo sekolah bawa barang-barang yang dilarang dibawa? Ngaku lu

Bu wita membukakan pintu itu dan berdiri seorang wanita berhijab. Bu wita mempersilahkan wanita itu masuk dan menyuruhnya memperkenalkan diri.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"ucap wanita itu.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"jawab semua murid.

"Saya murid baru disini. Perkenalkan nama saya ayra adreena humairah saya pindahan dari bogor salam kenal"ucap ayra. Yah perempuan itu adalah ayra.

Devan?
Sejak tadi devan masih melamun ntah melamunkan apa sampai ia tak sadar dengan ini.

"Apa ada yang di pertanyakan?"tanya ayra

"Nomor hp donk?."

"Alamatnya dimana?"

"Punya pacar atau belum?"

Semua pertanyaan dilontarkan dan ayra hanya menjawab singkat. Matanya masih tertuju pada pria yang duduk di pojok belakang yang tengah melamun.

Bu wita merasa ada yang kurang. Biasanya soal tentang pertanyaan devan lah yang paling semangat tapi kini devan tak membuka suara. Bu wita melirik kemeja devan. Dan terlihat devan dengan wajah melamun, tangan di dagu.

Bu wita berjalan mendekati devan dan menyadarkan anak itu. Membuat devan terkejut dan tak sengaja meneriaki nama ayra membuat semua murid terkejut termasuk ayra.

"Ngapain kamu panggil ayra?"tanya bu wita.

"Emang kenapa bu. Ayra kan pacar saya. Ya terserah saya donk"jawab devan.

"Apah!"teriak semua murid terkejut.

"Kenapa sih lu pada? Aneh lu"ucap devan.

Bu wita menatap kedepan dan ayra sedang menunduk malu.

"Apa bener ayra?"tanya bu wita dan devan? Ia terkejut dan menggeser tubuh bu wita dengan tangannya membuat bu wita terduduk di kursi kosong samping mejanya.

Devan tercekat karna sosok ayra yang dirindukannya berdiri di depan kelas.

Ayra pun sama ia menatap devan dengan tatapan kerinduan. Ayra sudah mulai melupakan devan namun ternyata salah. Ia kembali bertemu dengan devan.

****
Dont forget voment.
Seu next part

REGANASTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang