4

610 48 1
                                    

Peringatan : Ini hanya fanfiction dan murni hanya karangan semata, jadi jangan di sama-samain dengan real life oke? okee langsung ajaaaa...

   Ehh, bentar ... Sebelum bacaa, vote dan coment dulu yaa, biar aku up nyaa cepet di tambah comment kalianlah yang berpengaruh pada semangat akuu:)  lopyu ahh. Jangan lupa follow juga akunku okee? Hihi..

"Tunggu, berhenti Ssaem!!" ucap siswa yang sedang berjalan mendekati Yoraa dan Ssaem Kim.

   Yoraa terkejut melihat kedatangan Jeno. "Mau apa lagi dia?" batin Yoraa.

"Mau apa kamu? Belain murid pembangkang ini?!" Marah Ssaem Kim.

  Jeno senyum ke hadapan Ssaem Kim. "Tenang Ssaem, saya bisa jelaskan kenapa Yoraa masuk kelas terlambat," santai Jeno.

"Coba jelaskan,"

"Tadi dia terkunci di kamar mandi, di tambah bajunya juga basah kuyup untung tadi saya juga ada di toilet, jadi tadi saya yang bukain pintunya," perjelas Jeno.

"Benar Yoraa?" tanya Ssaem Kim pada Yoraa.

   Di sisi lain, Jaemin mengintip di balik pintu, ia juga mendengar semua perbincangan mereka bertiga. "Sial!" decak Jaemin.

   Yoraa mengangguk pelan. "Kenapa kamu tadi enggak bilang sih, jadinya saya marah-marah saja sama kamu. Saya minta maaf yah,"

"Iyah Ssaem." Yoraa tersenyum.

"Ssaem, jadi Yoraa boleh pulang tidak? Kasian dia bajunya basah, takutnya masuk angin," pinta Jeno.

  Tanpa berpikir panjang akhirnya Ssaem Kim, menyetujui permintaan Jeno.

  Di balik pintu, Jaemin terkejut saat mendengar bahwa Yoraa tidak akan di hukum. "Brengsek! Dia udah ngancurin rencana gue," kesal Jaemin.

"Tapi kamu pulang sendiri gapapakan?" tanya Ssaem Kim pada Yoraa.

   Baru saja Yoraa akan menjawab pertanyaan Ssaem Kim, namun terlambat Jeno lebih cepat menjawab pertanyaannya.

"Saya yang anterin gimana Ssaem?" tanya Jeno.

   Yoraa terkejut mendengar ucapan Jeno.

"Tapi kamu tidak apa-apa? Tidak merepotkan kan?" tanya Ssaem Kim memastikan.

"Santai aja Ssaem,"

"Bai--" belum selesai ucapan Ssaem Kim tiba-tiba terpotong oleh suara siswa laki-laki yang keluar dari dalam kelas.

"GAK!" suara itu sudah tidak asing lagi bagi Yoraa, Jaemin? Masa sih? Tidak mungkin! Yoraa, Jeno dan Ssaem Kim melirik ke arah suara tersebut. Dan benar, dia adalah Jaemin.

"Jaemin? Mau apa dia?" batin Yoraa.

  Ssaem Kim menatap Jaemin aneh. "Mau apa kamu?" tanya Ssaem Kim.

"Biar saya yang anterin Ssaem," ucap Jaemin tanpa ragu.

   Yoraa membulatkan matanya, mau dia apa sih? Apa dia akan menyiksaku lagi? Itulah sekarang yang ada di benak Yoraa.

"Yoraa akan di antar oleh Jeno," to the point Ssaem Kim.

"Tapi Ssaem, dia itu," menunjuk pada Jeno. "Beda kelas, takutnya mengganggu jam pelajarannya, takutnya wali kelasnya marah, jadi mending saya yang masih sekelas sama dia," perjelas Jaemin menunjuk pada Yoraa.

  Jeno yang tak terima kesempatannya di ambil oleh Jaemin langsung angkat bicara. "Tapi Ssaem nanti saya izin kok ke wali kelas saya," ucap Jeno.

"Tapi, kalau wali kelasnya marah nanti gimana hayo. Ssaem," ujar Jaemin tak mau kalah.

  Setelah berpikir-pikir, akhirnya Ssaem Kim lebih memilih Jaemin yang akan mengantarkan Yoraa pulang.

   Yoraa terkejut mendengar Ssaem Kim memilih Jaemin. "Ssaem, saya pulang naik bus saja deh," ucap Yoraa.

"Enggak kamu harus pulang bareng Jaemin, udah sana ambil tas kamu. Dan kamu Jeno kembali kelas kamu," final Ssaem Kim lalu meninggalkan mereka bertiga.

   Dengan berat hati Jeno meninggalkan Yoraa berdua bersama Jaemin, namun sebelum itu ia menulis nomornya di telapak tangan Yoraa.

"Tangan kamu mana?" tanya Jeno.

  Yoraa memberikan tangan kanannya ke hadapan Jeno, Jeno meraihnya lalu ia mengambil pulpen yang tersimpan di saku bajunya.

   Jeno menulis nomor teleponnya di telapak tangan Yoraa. "Kalau ada apa-apa telepon aku yah," ucap Jeno tersenyum lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

  Jaemin yang melihat itu rasanya ingin muntah, bagaimana bisa si cupu ini punya teman di sekolah ini.

   Yoraa terdiam sambil memandang telapak tangannya yang tertulis nomor telepon Jeno. "Terima kasih Tuhan, telah mengirim Jeno untukku." batin Yoraa tersenyum.

  Jaemin memandang aneh Yoraa. "Woyy buruan ambil tas lo, malah senyam-senyum sendiri! Gila lo yah! Gue tunggu di parkiran." Jaemin meninggalkan Yoraa ke parkiran, sedangkan Yoraa masuk ke dalam kelas untuk mengambil tas ranselnya.

  Di dalam kelas Yoraa mendengar suara Haechan dan yang lainnya yang aneh dengan sikap Jaemin pada dirinya.

"Si Jae sakit yah? Apa gimana? Masa mau nganterin cewek cupu itu," ucap Haechan pada sahabatnya.

"Di pelet kali!" jawab Renjun asal.

"Beuhh ... Bahaya!! Diem-diem mainnya sama dukun! Haha ... " tambah Jisung.

  Ssaem Kim yang merasa terganggu langsung memarahi mereka bertiga. "Diam Haechan! Renjun! Jisung! Kalian mau saya hukum?!"

"GAK!!" ucap mereka bersamaan.

~~

  Yoraa menyusul Jaemin ke parkiran, ia benar-benar takut jika Jaemin berbuat macam-macam lagi padanya. Hingga ia memutuskan untuk memilih pulang naik bus bus. "Jae, ak-u pula-ng pakk-ai bus aj-ja," gugup Yoraa.

"Terserah, lo mau gue aduin ke Ssaem Kim? Hah?!" ancam Jaemin.

  Dengan cepat Yoraa mengelengkan kepalanya. "Yaudah makanya nurut!"

  Tak ada pilihan lain bagi Yoraa, ia di antar oleh Jaemin dengan naik motor Trill milik Jaemin.

   Di tengah jalan, Yoraa memilih diam sambil menikmati angin yang cukup kencang.

"Rumah lo di mana?" tanya Jaemin.

"Di Jl. Pendidikan itu, tahu gak?" tanya balik Yoraa.

"Ohiyah tahu!" bohong Jaemin. "Mana gue tahu, lihat aja lo bakal gue tinggal di tempat yang sepi," batin Jaemin.

Hayoo Jaemin mau bawa Yoraa kemana?

TBC🍭

BULLYING - NA JAEMINWhere stories live. Discover now