08

403 60 0
                                    

"Bagaimana jika suatu saat nanti kau mengejarku?"

***

"Aku? Taeyong-ssi bangunlah dari mimpimu." Seulgi berjalan mendahului Taeyong.

"Ada satu pertanyaan yang ingin aku tanyakan ?" Seulgi berhenti mendadak. Berbalik dan berlari menuju Taeyong. Taeyong mengangkat sebelah alisnya.

"Bagaimana bisa kau menyadari aku adalah Seulgi di masa kecilmu ? Argh maksudku tidak mungkin hanya mengandalkan ingatanmu. Pasti kau sudah curiga sejak awal." Seulgi berbicara panjang lebar.

Bukannya menjawab, Taeyong justru mengambil posisi di belakang Seulgi. "Jangan berbalik" ucap Taeyong saat Seulgi bersiap berbalik. Entah apa yang merasuki Seulgi, dia menuruti begitu saja perintah Taeyong.

"Tanda lahirmu terlihat jelas bahkan sejak kecil." bisik Taeyong tepat di telinga Seulgi. Membuat temannya tersebut bergidik ngeri saat napas Taeyong menerpa kulitnya.

Tanpa berpikir panjang Seulgi berbalik dan menyentuh belakang lehernya. Benar. Tanda lahirnya.

"Wah. Daya ingatmu kuat sekali Lee Taeyong." puji Seulgi.

Taeyong yang dipuji melipat tangannya di depan dada. Tersenyum bangga. Seulgi yang melihatnya hanya tersenyum. Laki-laki dihadapannya itu memiliki begitu banyak warna.

"Seulgi-ah?" Dari kejauhan Dasom menyerukan nama Seulgi. Membuat Seulgi dan Taeyong menolehkan kepalanya. Sedetik kemudian, Seulgi sudah berlari menuju Dasom memeluk Dasom dengan erat. Taeyong menghampiri keduanya.

"YA! Apa kau akan pergi ke Inggris lagi ?" Keduanya melepas pelukan. Dasom membetulkan tas nya dan berdehem sebagai jawaban.

"Ya Tuhan. Tolong berikan temanku ini istirahat saat di Inggris." Seulgi tahu Dasom sudah diterima di sebuah perusahaan pembuatan aplikasi di Inggris di umurnya yang begitu muda. Dasom bahkan sudah lulus sebelum 4 tahun masa kuliahnya. . Seulgi tidak tahu banyak seperti apa sistem bekerja disana, tapi Seulgi tahu bahwa itu tidak mudah dan akan menyita waktu istirahat Dasom.

"Seulgi jangan berlebihan." Dasom melirik Taeyong. Laki-laki itu membungkukkan badannya begitu pula Dasom.

"Kalian-- " Oh? Benar. Aku belum cerita. YA! Kau tidak akan percaya jika aku menceritakan semuanya." potong Seulgi cepat saat Dasom melihat keanehan.

"Jinjja ? Wah aku penasaran. Tapi sepertinya aku tidak bisa mendapat cerita itu sekarang. Apa kalian tidak berangkat kuliah?" Dasom menunjukkan arlojinya. Seulgi yang menyadari bahwa jam sudah mendekati waktu masuk segera menepuk jidatnya. Ia berlari begitu saja, namun ia tidak lupa memeluk Dasom sebentar. Taeyong terlihat tidak peduli. Ia berpamitan pada Dasom dan berjalan tanpa ada niatan untuk berlari. Tapi Seulgi yang menyadari bahwa Taeyong tertinggal segera berbalik, berlari untuk meraih tangan Taeyong dan mengajaknya berlari.

"Mereka berdua lucu sekali."

***

Seulgi dan Taeyong sudah tiba di kampus. Seulgi duduk jongkok sambil meneguk minumannya, begitu pula dengan Taeyong.

"Taeyong-ah ?" Dari kejauhan Johnny malambaikan tangan pada Taeyong. Seulgi hanya melirik sekilas kemudian kembali fokus mengatur napasnya.

"Kau habis lari maraton ya?" Johnny duduk berjongkok di samping Taeyong. Menatap temannya tersebut dari atas ke bawah.

"Hm." jawab Taeyong. Meskipun ia dan Seulgi sempat naik bis. Namun, keduanya harus tetap berlari lagi dan sekarang keduanya kelelahan.

Johnny menganggukkan kepalanya. Ia melirik Seulgi yang terlihat mengatur napasnya. Johnny sadar bahwa Seulgi adalah seniornya di kampus. Tapi yang ia curigai, bagaimana bisa kondisi Seulgi sama dengan Taeyong.

Everything To You : SeulYong [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang