17

469 58 6
                                    

Chapter kali ini adegannya lebih vulgar ya dari sebelumnya. Jadi tetap bijak dalam membaca.
And untuk chapter selanjutnya pun sama.
Selamat membaca.

°
°
°

Yeri berdiri mematung di tempatnya. Menatap guci kecil di balik kaca. Matanya berkaca kaca. Sedetik kemudian Yeri menundukkan kepalanya. Merasakan air matanya menetes begitu saja. Perlahan isakan mulai terdengar.

Tuan Kim dinyatakan meninggal di tempat. Nyawanya tidak tertolong.

"Appa." gumam Yeri pelan. Ia masih terisak. Sampai akhirnya ia menyadari kehadiran seseorang di sampingnya.

"Aku turut berduka atas meninggalnya Tuan Kim." Taeyong menyatukan tangan di depan. Ia menatap guci tersebut dengan perasaan campur aduk.
Taeyong masih mengingat dengan jelas bagaimana Tuan Kim meletakkan kakinya di dadanya. Menekannya kuat, membuatnya sesak.
Namun, semuanya sudah terjadi. Tuan Kim dibutakan oleh kekuasaan. Tuan Kim melakukan segala cara untuk memenuhi kemauannya.

Saat ini Yeri merasa malu di hadapan Taeyong. Tidak. Ia malu dihadapan semuanya. Ia tidak sanggup menatap mata orang orang yang ia sakiti maupun ayahnya sakiti.

"Kau harus kuat." Taeyong menepuk pelan pundak Yeri sebelum akhirnya pergi. Namun Yeri kembali bersuara.

"Maaf." Taeyong menghentikan langkahnya. Ia memutar tubuhnya. Melihat Yeri yang masih menunduk.

"Aku tahu kau mencintaiku. Tapi. Perlu kau tahu. Tidak semua hal di dunia ini bisa terwujud sesuai keinginanmu."

"Tolong, jangan menyakiti dirimu sendiri. Ikutilah kata hatimu."

"Dan kata maaf itu tolong simpan saja." Yeri mendongkkan kepalanya.

"Berikan itu untuk Seulgi." Taeyong membungkuk sebentar. Sebelum akhirnya pergi begitu saja.

Asisten Jung membungkuk ketika Taeyong berjalan melewatinya. Ia kembali berdiri tegak. Menolehkan kepalanya, menatap Yeri yang menangis. Perlahan asisten Jung berjalan, merengkuh tubuh kecil Yeri dalam pelukannya.

•••

"Ibu aku pulang." Seulgi berseru di ruang tamu. Dengan sekantong plastik hitam di tangannya Seulgi berjalan menuju dapur. Meletakkan bungkusan tersebut di meja dan membukanya.

"Apa ini?" bibi Kang mendekat ke meja. Melihat beberapa kaleng bir dan sekotak ayam yang sudah matang dan beberapa bungkus ramyeon.

"Mari kita berpesta." Seulgi menatap senang ibunya.

"Tugas akhirku akhirnya di setujui." Seulgi memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya. Tersenyum lebar, membuat mata kucingnya semakin kecil.

"Ya Tuhan. Selamat." Bibi Kang memeluk Seulgi erat. Mengecup puncak kepalanya singkat.

"Ada apa ini?" sebuah suara di pintu membuat kedua anggota keluarga tersebut menoleh bersamaan. Sedetik kemudian bibi Kang melepas pelukannya dan berjalan menuju pintu. Membuat Seulgi mempautkan bibirnya.

Everything To You : SeulYong [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang