10

417 65 4
                                    

Seulgi sudah berdiri di depan rumah dengan bawahan rok hijau pupus dan atasan kemeja putih polos, rambutnya terurai begitu saja, ia juga memoleskan make up tipis di wajahnya. Sesekali Seulgi menatap ke kaca rumahnya. Memastikan penampilannya masih terlihat bagus.

Dari kejauhan sebuah lampu terang menyorot tepat di hadapan Seulgi. Dengan satu tangan Seulgi melindungi matanya.
Mobil merah tersebut tampak tidak asing setelah berhenti. Mobil yang sama yang dinaiki Taeyong sore tadi.

Ketika pintu kemudi di buka. Sosok Taeyong dengan blazzer kotak-kotak kecil muncul dari mobil. Seulgi yang melihatnya menatap heran laki-laki tersebut. Taeyong seolah olah membuat wakru bergerak lambat, laki-laki itu bahkan bergaya sok keren dengan membenarkan blazzer dan tatanan rambutnya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Seulgi datar.

"Apa?" bukannya menjawab Taeyong malah balik bertanya. Ia menatap Seulgi dari atas ke bawah dan sedetik berikutnya Taeyong merasakan pipinya memanas, dia menduga saat ini darahnya akan mengalir ke dua pipinya sehingga berwarna merah.

"Berhenti memandangku seperti itu." Seulgi memicingkan matanya. Menyadari tatapan Taeyong yang semakin aneh.

"Kau terlihat cantik malam ini." Sial. Taeyong mengumpat dalam hati. Kalimat tersebut bahkan tidak bisa ia tahan.

Seulgi yang mendengar pujian tersebut membelakkan matanya, mengerjapkan matanya berulang kali, menggerakkan badannya gusar.

"Jangan menggodaku. Bodoh." Seulgi bersiap memukul Taeyong, namun sebuah mobil berhenti di depan mereka berdua, dengan tangan yang masih terangkat di udara Seulgi menatap kaca depan mobil tersebut. Ia tersenyum, menurunkan tangannya dan merapikan penampilannya.

Taeyong yang menyadari bahwa itu Kai tersenyum sinis. Ia memasukkan kedua tangannya di saku blazzer, memandang Kai yang memamerkan deretan giginya kepada Seulgi.

"Apa aku terlambat?" tanya Kai menatap Taeyong dan Seulgi bergantian.

"Tentu saja tidak." Seulgi berbohong. Padahal dia sudah bersiap sejak 35 menit yang lalu.

"Begitu rupanya. Kira harus segera berangkat. Seseorang pasti sudah menunggu lama." Kai melihat arlojinya.

"Nde?" tanya Seulgi. Taeyong menolehkan kepalanya. Habis sudah. Dalam hati Taeyong terus saja mengumpat, mengucapkan sumpah serapah karena Seulgi yang menerima ajakan Kai.

"Hm. Dia adalah-

" Taeyong?" Yeri terlihat berdiri tak jauh dari mereka bertiga. Melambaikan tangannya. Taeyong yang melihatnya membulatkan matanya. "Apa yang dia lakukan disini?" batin Taeyong

"Dia mungkin saja menghampiri temannya terlebih dahulu. Jadi pergilah kesana dan ajak Taeyong untuk satu mobil bersamamu." ucapan Tuan Kim benar-benar diingat Yeri dengan baik.

"Yeri?" Seulgi berseru, melambaikan tangan dan tersenyum.

"Untung saja aku tidak terlambat." Yeri melirik Taeyong yang menatapnya tidak percaya.

"Dia?" tanya Kai.

"Dia-

" Aku calon tunangan Taeyong. Ah tidak calon istrinya." Yeri memotong ucapan Taeyong. Membuat sang empunya mengatupkan rahang kuat kuat.

Kai yang mendengar jawaban Yeri hanya menganggukkan kepalanya.
"Kalian tidak perlu khawatir. Aku punya banyak tiket." Kai menyadari ekspresi Seulgi yang berpikit bahwa Yeri sepertinya akan ikut. Dan apa Kai punya tiket untuknya.

"Jadi ayo berangkat sekarang." Kai bersiap menaiki mobilnya. Namun kembali berhenti saat melihat yang lainnya masih di tempat.

"Seulgi akan bersamamu kan?" Yeri melingkarkan tangannya di tangan Taeyong yang bebas. Taeyong melirik tangan kecil Yeri dan kesal. Ia beralih menatap Seulgi yang sudah tersenyum seperti orang gila.

Everything To You : SeulYong [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang