11

434 58 8
                                    

"Datanglah padaku jika semuanya terasa sulit. Datanglah padaku jika kamu ingin menangis. Aku akan memberikan segalanya agar kamu tidak merasa kesulitan dan agar kamu behenti menangis."

***

Taeyong mempererat pelukannya. Perlahan Taeyong bisa merasakan tangan Seulgi melingkar sempurna di pinggangnya. Tangisannya mulai mereda, napasnya bahkan mulai beraturan. Taeyong tidak berniat melepas pelukan tersebut,

"Apa ayah menyuruhku datang untuk melihat adegan romantis dari sepasang teman?" Yeri mengomel. Ia menatap kesal ke depan. Ia sekarang berada di cafe. Ia memutuskan pergi setelah melihat adegan Taeyong memeluk Seulgi. Ia merasa ada hubungan yang tidak biasa antara keduanya.

"Terjadi sesuatu?" Tuan Kim tertawa singkat di ujung sana.

Yeri menarik ponselnya, menatap layar ponselnya. Menatapnya dengan kerutan di keningnya.

"Ayah tertawa? Disaat anakmu sedang patah hati ayah justru tertawa."

"Yeri dengarkan ayah. Jika kamu mencintai Taeyong. Singkirkan Seulgi darinya. Dan ayah akan fokus mengambil hati Tuan Lee dan Taeyong."

"Hm. Itu hal yang bagus." Yeri mengakhiri panggilannya. Melipat tangannya di depan dada. Sedetik kemudian dia tersenyum, menyesap secangkir kopi yang ia pesan.

"Aku akan dapatkan Taeyong. Bagaimanapun caranya."

***

"Mereka berdua bahkan tidak berpamitan." Kai memasang sabuk pengamannya. Menatap lurus ke depan.

"Mereka berdua mungkin sedang ada masalah." Krystal membetulkan anak rambut Kai.

Kai yang mendengarnya hanya tersenyum sambil menatap kekasihnya tersebut. Perlahan Kai mendekatkan wajahnya, mengecup singkat bibir Krystal.

"Aku akan mengantarmu pulang. Tapi sebelumnya ayo mampir ke supermarket. Aku akan membelikan sesuatu untuk Bibi Jung ."

Kai mulai menjalankan mobilnya. Melewati jalanan Seoul yang semakin ramai di malam hari di weekend seperti ini.

***

Seulgi menatap asap yang mengepul dari semangkuk plastik mie instan. Bekas air matanya masih begitu jelas. Hidungnya memerah karena menangis.

Taeyong yang duduk di sampingnya hanya bisa menghela napas kasar. Ia tidak tahu harus bagaimana. Apa dia harus memarahi Kai? Tapi Kai tidak bersalah. Kai berhak jatuh cinta pada siapapun. Tidak harus dengan sahabatnya sendiri.

Taeyong mengaduk mie yang sudah matang. Menggulung mie tersebut untuk masuk ke dalam mulutnya. Suara khas mulai terdengar, Taeyong mengunyah mie tersebut dan terus menatap Seulgi yang masih tetap pada posisinya.

Taeyong bangkit dari duduknya. Melepas blazzernya dan memakaikannya pada Seulgi membuat gadis itu sedikit terkejut. Menatap Taeyong yang kini sedang menarik kursinya untuk diduduki kembali.

"Apa?" Tanya Taeyong saat Seulgi terus menatapnya.

"Kau bisa keding-

"Kau juga." balas Taeyong acuh. Ia kembali memakan mienya. Sedangkan Seulgi hanya menghembuskan napas berat dan kembali menatap semangkuk mie di hadapannya.

"Mie-nya bisa lembek jika tidak segera kau makan." Taeyong menunjuk mangkuk di hadapan Seulgi. Namun gadis itu hanya diam.

"YA!" Taeyong memukul pundak Seulgi membuat gadis itu berteriak. Akhirnya. Berhasil juga.

"Ini sakit bodoh." Seulgi mengelus permukaan pundaknya. Menatap Taeyong tajam.

Namun yang ditatap acuh. Malahan asyik menghabiskan semangkuk mienya.

Everything To You : SeulYong [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang