13

373 64 5
                                    

Yeri sudah berdiri di depan pintu kamar Taeyong. Ia berulang kali memencet bel, namun tidak ada jawaban.
Sedangkan Seulgi sedang bingung. Di luar ada tamu. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia terlalu takut untuk membuka pintu. Bagaimana jika ada rumor aneh yang beredar?

"Sial." umpat Seulgi. Ia tidak punya nomor Taeyong. Jadi bagaimana bisa ia menghubungi laki-laki itu.

"Apa dia tidak di dalam?" Yeri melipat tangannya di depan dada. Mengelurkan ponselnya, berusaha mengubungi Taeyong.

"Kau dimana?" Tungkas Yeri cepat. Ia menatap ke kanan dan kiri. Di seberang sana, Taeyong justru balik bertanya. Membuat Yeri jengkel.

"Aku di depan kamarmu." Yeri mengernyitkan dahinya saat Taeyong mengkahiri panggilannya tiba-tiba.

"Oh itu Yeri?" gumam Seulgi melihat wajah Yeri di layar monitor kecil. Ia dengan cepat membuka pintu. Membuat Yeri terkejut.

"Apa yang-" Yeri menunjuk Seulgi yang sedang bingung.

"Yeri-" Taeyong datang dengan nafas terengah-engah. Ia menatap Yeri dan Seulgi bergantian.

"Jadi apa yang terjadi sebenarnya?" Yeri melipat tangannya di depan dada. Menatap Seulgi sinis. Setiap kali melihat Seulgi ia akan merasa sakit, rasa dendam memenuhi dirinya. Sejak melihat kejadian malam itu, ia semakin berambisi menyingkirkan Seulgi.

"Yeri-ah ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku dan Taeyong hanya tidak sengaja bertemu dan-

" Aku yang mengajakanya kesini." balas Taeyong cepat, ia menatap Seulgi sebelum mengakhiri kontak mata setelahnya. Seulgi menginggit bibir bawahnya. Merasa malu pada Yeri.

"Kenapa harus dia?" Yeri beralih menatap Taeyong. Namun Taeyong memilih bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur kecil di sebelahnya.

"Taeyong jawab aku." Yeri mulai kesal.

"Kenapa kau membutuhkannya?" Taeyong yang awalnya sibuk membuka barang belanjannya. Memutuskan berhenti. Menopang tangannya di meja dan menatap Yeri. Sedangkan Seulgi mulai merasa tidak nyaman. Ia terus memainkan ujung pakainnya.

"Karena aku calon tunanganmu" Yeri membalas dengan cepat dan lantang.

Taeyong menghembuskan napas kasar. Satu tangannya berkacak pinggang dan yang satu lagi menarik rambutnya ke belakang.

"Yeri-

"Sejak kapan kau dekat dengannya? Apa dia teman masa kecilmu, sehingga kau bisa membawanya ke sini?" Yeri beralih menatap Seulgi yang juga menatapnya. Sedetik kemudian Seulgi beralih menata Taeyong yang juga menatap Seulgi.

"Jangan ikut campur." tegas Taeyong.

"YA Seulgi." panggil Yeri. Membuat Seulgi mau tidak mau melakukan kontak mata dengan Yeri. Seulgi bisa melihat sorot mata Yeri yang begitu membencinya. Seulgi tahu gadis itu pasti marah besar, apalagi mengetahui calon tunangannya membawa gadis lain. Jujur saja, Seulgi menyesal sudah membuka pintu lebih dulu.

"Apa kau akan merebutnya dariku?" pertanyaan Yeri berhasil membuat Taeyong dan Seulgi membelakkan matanya. Taeyong berjalan cepat menuju Yeri, mencoba menghentikan gadis itu. Namun Yeri terus berbicara.

"Kau tidak pantas dengannya." Yeri menatap Seulgi dari atas ke bawah. Tersenyum remeh setelahnya.

"Yeri" panggil Taeyong tegas. Membuat gadis itu mendongkakkan kepalanya.

"Kenapa? Kau tidak suka? Bayangkan jika kau ada di posisiku. Aku lebih tidak suka." Yeri bangkit dari duduknya. Menunjuk Taeyong.

"Maaf. Aku akan pergi." Seulgi membungkukkan badannya sebentar, sebelum akhirnya pergi.

Everything To You : SeulYong [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang