C o n t r i t e n e s s X ✴ Bencana

1.7K 263 9
                                    

Mungkin dia memang tak di takdirkan untukku,

namun salahkah jika aku tetap berharap?

Aku berjuang untuknya,

namun ia berjuang untuk orang lain....

Tak apa.

Asal kau baik baik saja, itu sudah cukup

✴   contriteness   ✴

"[ NAME ]! APA YANG KAU LAKUKAN!? KAU HARUS KEMBALI KE ASRAMA!!"

Todoroki menatap terluka punggung mungil gadis tersebut, ia semakin menjauh meninggalkan Todoroki—percuma, sekeras apapun ia berterik, sebesar apapun usahanya, itu sama sekali tak ada artinya.

Daripada bersembunyi di dalam asrama dengan berbagi pikiran buruk, [ name ] memilih kembali masuk ke dalam hutan, mencari Bakugou. Padahal Todoroki sudah bilang, tak perlu mencemaskan orang lain, apalagi Bakugou.

Siapa penjahat malang yang mau menghadapi raja iblis memangnya?

Namun, gadis itu tak mendengarkan. Ia bilang perasannya mengatakan kan terjadi sesuatu yang buruk, dan tanpa pikir panjang ia langsung berlari masuk ke dalam hutan. Memangnya apa yang bisa [ name ] lakukan di sana?

Quirknya tak cocok untuk bertarung, lebih cocok untuk menganalisis dan mengamati lawan dari jauh. Ia terlalu nekat, terkesan bodoh.

"BAKUGOU-KUN!! BAKUGOU-KUN!!"

Suara teriakan sang gadis terdengar di berbagai sudut hutan, gadis itu terus berlari entah kemana dalam gelapnya hutan. Tanpa petunjuk, tanpa teman, tanpa penerangan. Bahkan di belakang sana, samar ia masih bisa mendengar teriakan Todoroki. Pemuda itu entah kenapa sangat khawatir padanya.

Langkah kaki sang gadis terhenti, ia merasa ada sepasang mata yang mengawasinya entah darimana.

"[ NAME ] AWAS!!"

BUM

Ledakan besar terdengar, [ name ] bisa merasakan tubuhnya terpelanting entah kemana, angin kencang bertiup di sekitarnya. Perlahan, ia membuka matanya. Kedua bola mata indah itu membelalak melihat Todoroki menahan serangn mahkluk aneh dengan es-nya.

Mahkluk itu nampak besar dan berotot, otak seolah mencuat keluar dari kepalanya dengan dua buh sayap kelelawar di punggungnya.

"A-apa itu?" tanya sang gadis, kakinya terasa lemas sekarang.

Todoroki menoleh, "[ name ] kau baik baik saja?" tanyanya, kedua bola mata heterocrom indah yang selalu sedingin kulkas itu menampilkan sorot khawatir. Perlahan, lawan bicaranya mengangguk membut pemuda ini menghela nafas lega, "pergilah sekarang"

Tersentak kaget, "la-lalu bagaimana denganmu?"

"Tenang saja, aku kuat"

Ekspresi sang gadis berubah tak yakin, pergi dan meninggalkan temannya? Apa ia harus menjadi orang pengecut macam itu? Tapi tetep di sini, bukannya membantu ia malah akan menjadi penghambat.

Gadis itu perlahan berdiri, kedua bola matanya bersinar dalam gelap saat melihat ke arah mahkluk di hadapan sang pemuda, 'ma-makhluk apa ini? Gen dan susunan tubuhny sangat aneh dan dia seperti tak memiliki akal,' batinnya terheran, "Todoroki-kun jangan pernah menyerang makhluk itu, ta-tahan saja dengan bekukan. Mahkluk itu nampaknya bisa menyerap dan mengembalikan seranganmu, tapi itu juga berefek pada tubuhnya"

Todoroki mengangguk, ia lalu kembali menatap ke depan saat mendengar langkah kaki sang gadis yang mulai menjauh.

Todoroki tersenyum sendu, meskipun gadis itu nyaris terluka namun ia yakin [ name ] tetap tak akan kembali ke asrama. Ia pasti memilih kembli mencari Bakugou.

Jadi, Todoroki berkorban untuk menolong rival cintanya, huh?




"Oya apa yang di lakukan kau sendirian di tengah hutan begini?"

Degup jantung berpacu cepat, [ name ] menatap pemuda dengan banyak luka bakar di tubuhnya. Pemuda itu berjongkok di depannya sambil memamerkan api berwarna biru di tangan kanannya.

Nampak pemuda itu berfikir saat melihat gadis itu, "aaah~ Kau pasti [ surname ] [ name ] yang di katakan Shigaraki kan? Aku sudah dengan tentang Quirkmu, Shigaraki bilang kau bukan orang yang pantas untuk menampung Quirk itu," jelasnya, "mau bergabung dengan kami?"

Dahi sang gadis mengerut tajam, "bergabung dengan villain? Jangan bercanda, kenapa aku repot repot masuk UA jika endingnya ingin masuk villain"

"Entah ya, jadi informan kami?"

"Jangan bercanda!"

Pemuda itu—atau, biasa di panggil Dabi oleh rekan rekannya terkekeh pelan. Ia lantas berdiri dari tempatnya, senyum—atau seringai—menghiasi wajahnya. Ia melambaikan tangan pada gadis itu, "kami akan menjemputmu kapan kapan. Sekarang ada tamu VIP yang harus kami jemput atau bos kami akan mengomel"

[ name ] menaikkan sebelah alisnya, ia berjalan mendekati Dabi namun tak menurunkan kewaspadaan, itu cukup membuat Dabi nampak terkejut, "tamu? Siapa maksudmu?"

"Heh memangnya calon pahlawan boleh bertanya begini pada villain?" tanya pemuda itu, "kau akan tau setelah kau bangun, jangan ragu ragu menangis saat itu, okay?"

Tak sempat membalas ucapan sang pemuda, gadis ini terkejut saat ada sesuatu yang menghantam bagian belakang kepalanya kencang. Hanya dalam sepersekian detik, ia langsung kehilangan kesadarannya.

Contriteness || Boku no Hero AcademiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang