Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy reading...
" emang apa sih salah gue?? " ucap kiara yang seolah tak ada punya kesalahan.
" lo hidup aja udah salah!! " jawab radit ketus.
" radit, lo kok malah ngebelain dia sih? Dia itu kan musuh lo radit, harusnya lo itu belain gue dong. Makasih sama gue, bukan malah belain dia! " ujar kiara tak terima.
Jangan sampai radit keceplosan.
" apa jangan-jangan lo suka ya sama dia? " sambungnya lagi.
Fanya langsung melihat ke arah radit dan memberinya sedikit kode agar radit tidak keceplosan nantinya.
" dengar ya, gue gak suka lihat orang yang sahabatnya sendiri dihina-hina. Lo tau gak, secara gak langsung lo itu udah ngebuat diri lo buruk seburuknya. "
Teman-teman sekelas mereka hanya diam saja dan terus melihat ke arah mereka, dan tak lama bel masuk pun berbunyi.
" alvin! Lo ajak gih teman lo ini duduk!! " ucap radit kepada alvin.
" lo semua!! Siapa yang ngerasa temannya kiara, bawa tuh dia ke rumah sakit jiwa. Hahaha.. " ucap arga.
" hahaha.. Bukan gue tuh! " jawab alvin santai.
Lalu mereka semua pun kembali duduk di tempat masing-masing.
******
" fan, gimana? " ucap alvin yang melihat sahabatnya itu berjalan keluar dari ruangan kepala sekolah dan menghampirinya.
" gue disuruh pulang "
" lah, kenapa? "
" katanya gue harus siapin diri untuk pindah nanti. Gue sayang banget sama lo vin, lo itu adalah sahabat cowok terbaik yang pernah gue kenal. Bisa ngertiin gue juga, "
" fanya... "
" oh iya, tolong rubah kiara untuk jadi lebih baik lagi ya. Bagaimana pun juga dia masih tetap sahabat kita "
" gue gak mau tuh punya sahabat kayak gitu! "
" alvin! "
" tapi fan.. "
" please, help me. Demi gue, demi kebaikan bersama.. Gue yakin dia orang baik kok. "
Alvin tidak menjawab lagi, ia memilih diam saja. Dan pada akhirnya ia kembali berbicara,
" lo harus sering main ke rumah gue ya, dan jangan sampai lupain gue. "
" iya, vin. Makasih banyak ya.. "
Tanpa disadari air mata alvin telah turun membasahi wajahnya, fanya memeluk alvin. Radit yang melihat mereka berpelukan dari kejauhan pun berubah menjadi kesal, namun fanya sama sekali tidak melihat ke arah radit berada.
