Bab 17 = The Beauty of Poetry

234 48 22
                                    

Kim Chaewon
Buku Untukmu, Soobin
Bab 11 = The Beauty of Poetry

Puisinya benar-benar indah. Aku sampai heran apa puisi yang kamu buat itu nyontek dari internet. Padahal kamu memang buat puisi itu sendiri. Karena itu aku mau kembaliin lembaran puisi yang bakal di kumpul sehari setelahnya. Tapi aku ga tau gimana cara kasih lembaran kertas itu ke kamu.

Jadi aku cari jalan pintas buat kembaliin puisinya.

• Buku Untukmu, Soobin •


"Woi, lu ngapain?" tanya Han melihat kegiatan Soobin. Dia sedang menulis di kertas kosong. Entah kenapa setiap Soobin selesai menulis, dia merobek kertas tersebut dan membuangnya ke tong sampah.

"Puisi yang gua buat di buang Chaewon, ah sialan," gerutunya. UNTUNG banget Chaewon yang buang puisinya. Kalau orang lain apalagi Sunwoo, sudah dipastikan kepalanya di geprek sama Soobin.

"Lah kan itu udah ada banyak puisi yang elu buat. Ngapain lagi robek-robekin kertas," Jisung mengambil satu robekan kertas. Dibacanya puisi tersebut bait perbait. Puisi yang Soobin tulis tidaklah buruk. Matter of fact, puisi yang di buatnya jauh dari kata-kata lumayan.

"Anjing ini puisinya bagus. Gua ambil ya," izin Han. Soobin mempersilahkan Han mengambil puisi abal-abalnya. Semua puisi yang dia buat terinspirasi dari lirik lagu Padi. Tapi kalau puisi yang dia buat untuk Chaewon hanya untuk Chaewon.

Malah pelajarannya habis jam istirahat bakal dimulai. Bukannya panik karena ga ngumpul tugas, Soobin lebih panik puisinya ga tersampaikan kepada Chaewon.

Han yang selesai nyatat puisi dari Soobin itu memutuskan untuk makan roti di dalam kelas sembari mendengarkan Pak Dean berceramah. Pak Dean menangkap gerak-gerik Han.

"Han, apa yang kamu makan?" tegur Pak Dean. Sejenak Han lupa kalau hari ini pelajaran Pak Dean. Langsung disembunyiin rotinya. Tapi bukan Pak Dean namanya kalau kepo.

Pak Dean berjalan ke arah Han dan liat tangannya. Ternyata cuma roti. Dikira vape.

"Yah gitu aja takut, makan aja lah Han. Kalian kan udah saya bilang boleh makan di kelas. Tapi jangan ketahuan guru lain," ujar Pak Dean.

Inilah asiknya jika Pak Dean jadi wali kelas.

Chaewon mencoba liat ke arah Soobin. Dia masih melihat cowok itu menulis serta merobek kertas dari bukunya. Chaewon ga tega liat Soobin sibuk buat puisi baru. Tapi gengsinya jauh lebih tinggi pangkatnya dibanding rasa ingin menyapa Soobin.

Chaewon jadi berpikir seribu cara untuk memberikan puisi yang seharusnya dia letakin disitu karena itu perintah dari Soobin. Tapi puisinya benar-benar indah. Bahkan waktu dibaca Chaewon, dia serasa menjadi tokoh utama.

Apa Soobin benar-benar berbakat?

"Anjing, gua catat aja lah asal-asalan," gerutunya disamping Han. Dari tadi kek, ini buang-buang kertas segala. Guman Han dalam hati melihat Soobin akhirnya mencatat puisinya yang baru.

Ting!

Sunwoo
| habis plg sekolah boleh mampir ke rumah?
| aku kangen

"Chaewon belum boleh buka hp," titah Pak Dean. Semua mata tertuju kepada gadis itu bahkan Soobin memberhentikan penulisannya cuma liat wajah panik Chaewon. Dia tersenyum. Segitu paniknya ketahuan dari Pak Dean.

"Maaf pak, ga saya ulangi." maafnya. Pak Dean sih ga masalah ya kan dia cuma menegur dan Chaewon orangnya gampang ditegur kok.

Chaewon meletakan hpnya di meja. Nunggu jam istirahat baru balas chat dari Sunwoo. Dia lanjut memperhatikan Pak Dean yang lagi menulis di papan tulis. Saat itu juga ada pesawat kertas mendarat di mejanya.

Buku Untukmu, Soobin 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang