SEPULUH

910 74 63
                                        

Yuhuu Cantik Update!

Jangan lupa vote dan komen, yaaaa.. 😊

Maaf baru update, kerjaan Alhamdulillah lagi banyak dan akupun lagi revisi cerita Reynand karena pengin aku terbitin. 😅

Selamat membaca teman-teman, terima kasih masih setia sampe part ini, semoga gak bosen ya. Hehehe

Love you to the moon and back. 🥰

***

Banyu melirik wanita cantik yang duduk bersandar disampingnya berkali-kali. Wanita itu terlihat gelisah dan beberapa kali berdecak. Terlihat tidak nyaman dengan keadaannya.

"Sorry kalau bikin kamu nggak nyaman. Tapi aku nggak suka kamu sama cowok lain," kata Banyu tanpa melihat ke arah Cantika, wanita itu tengah memandang ke jalanan.

Cantika tak menjawab. Selain kesal dengan teman adiknya itu, dirinya juga merasa enggan membuka suara. Ditambah dengan tubuhnya yang entah kenapa merasa tidak nyaman.

Cantika juga tidak mungkin mabuk. Dia hanya minum sedikit dan masih dalam kendali tubuhnya, lagipula ia sendiri bukan orang yang mudah mabuk.

"Kamu kenapa?" tanya Banyu yang melihat Cantika semakin gelisah. Wajah wanita itu juga mulai memerah, membuatnya menjadi khawatir.

"Nggak apa-apa. Cepetin aja mobilnya!" jawab Cantika cepat. Dia mendadak menjadi emosi sendiri. Kepalanya perlahan merasa pening juga merasa gerah. Padahal AC dalam mobil sudah terasa dingin.

Banyu semakin mengernyit melihat tingkah Cantika yang semakin aneh. Wanita itu mendadak membuka jendela mobil lebar-lebar. Padahal AC mobil sudah disetel tinggi olehnya.

"Tutup jendelanya. Nanti kamu masuk angin loh." Banyu mengurangi sedikit kecepatan mobilnya.

"Aku gerah Nyu!" Cantika melirik sebal Banyu, "Lama banget sih, Aku mau cepet pulang!"

Banyu hanya bisa menuruti keinginan Cantika. Kakak Aziel itu sudah terlihat sangat kesal. Dirinya pun merasa bersalah karena telah memaksa Cantika untuk pulang bersamanya.

Tak memakan waktu lama mereka pun sampai di apartemen Cantika. Wanita itu langsung keluar tanpa sepatah katapun. Banyu yang melihat Cantika berjalan tak seimbang buru-buru keluar untuk membantu Cantika. Namun, wanita itu menepis tangannya dan menyuruhnya pergi.

"Pulang sana!" usir Cantika. Dia kembali berjalan, tapi baru beberapa langkah Cantika sudah jatuh tersungkur.

Banyu yang melihat itu langsung menghampiri Cantika. Pria itu segera memeriksa kaki Cantika. Memastikan apakah ada luka atau tidak. Raut khawatir tercetak jelas diwajahnya.

"Aku anter sampai dalem." Tanpa menunggu jawaban Cantika, Banyu memapah wanita itu. Akan tetapi, Cantika tak juga berjalan. Tubuh wanita itu terlihat lemas.

Cantika tidak tahu apa yang terjadi dengan tubuhnya. Bukan hanya gerah, dirinya sekarang merasa sangat lemas. Tulang kakinya seolah hilang, hingga untuk melangkah saja dia tidak sanggup.

Banyu memilih mengangkat tubuh Cantika dan menggendongnya. Bulir keringat di wajah merah Cantika menandakan jika wanita itu tidak baik-baik saja. Dia merasa ada yang tidak beres pada Cantika.

Begitu sampai kamar apartemen, Banyu segera menidurkan Cantika. Dengan telaten dirinya melepaskan alas kaki wanita itu dan menyelimutinya. Tangan Banyu bergerak mengusap keningnya yang berkeringat. Menggendong Cantika cukup membuatnya gugup sendiri. Padahal ini bukan kali pertama dirinya menggendong seorang wanita.

CANTIKA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang