DUA BELAS

1K 67 41
                                    

Yuhu, Abang Penyu juga Mbaknya yang Cantik sudah meluncur,

Jangan lupa Vote, Komen, juga Share ke temen kalian, ya. Hehehe

Terima kasih sudah menunggu cerita ini update...

Oh ya. Thanks ya buat 1,95K viewers juga 280 vote. Seneng banget akutuh liatnya.

Semoga gak bosen buat baca apalagi vote dan komen, ya. 😗

***

"Berengsek! Gue udah bilang, kan, kalau lo harus bawa dia apapun caranya ... masa gitu aja nggak bisa!" orang ini sudah mengepalkan kedua tangannya ketika mengetahui jika rencananya telah gagal. Ia tak menyangkan jika orang suruhannya ini tidak becus bekerja.

***

Banyu mengusap kepalanya frustasi. Ia merasa menjadi lelaki paling berengsek di dunia ini. Selain memanfaatkan kesempatan, ternyata Banyu telah mengambil benda paling berharga milik Cantika dan membuat wanita itu mengusir juga menolaknya untuk bertanggung jawab.

Ya, setelah kejadian malam itu, Cantika tak pernah mau menemuinya, bahkan pesan yang Banyu kirim pun tak pernah di baca oleh wanita itu. Berkali-kali Banyu mengunjungi apartemen Cantika dan berakhir dengan sia-sia. Pernah sekali, ia menunggu wanita itu di depan pintu apartemen. Namun, hingga tengah malam Cantika tak kunjung datang membuatnya harus kembali menelan kekecewaan.

Tak sampai di situ, Banyu pun pernah menunggu Cantika di dekat rumah Kaivan. Karena ia pikir saat weekend wanita itu akan berada di sana. Tapi, Banyu tak pernah melihat kehadiran wanita itu.

"Sialan!" Banyu memejamkan matanya dengan kedua tangan terkepal, napas lelaki itu memburu. Rasanya kesal ketika Cantika mengabaikannya, tak pernah ia sefrustasi ini.

"Mas, ada Mas Gil dan Mas Bam, tuh." Bagas membuka pintu kamar Banyu dan mendapati sang kakak tengah terduduk di lantai dengan rambut juga wajah yang berantakan. Bagas tertegun sejenak ketika melihat keadaan sang kakak. Tak ada jawaban dari Banyu membuat Bagas menghampirinya dan berjongkok di depan lelaki itu.

"Mas," panggil Bagas seraya menyentuh pundak lelaki itu. Banyu menatap sang adik, "Ada Mas Gil dan Mas Bam," ulang Bagas. Banyu mengangguk lalu mengatakan jika ia akan turun dalam sepuluh menit.

Gilang juga Bambang sudah berada di taman belakang, keduanya menunggu kehadiran lelaki yang membuatnya cukup khawatir beberapa hari ini. Setelah kejadian di club malam itu, Banyu seolah menghilang.

"Nyu, lo—" ucapan Gilang terhenti ketika melihat wajah muram sahabatnya itu. Ia menatap wajah Banyu dengan dahi berkerut. Sedangkan Bambang sudah tertawa seraya memukul bahu Gilang karena ucapannya benar.

"Bener kan, Lang, apa kata gue, Banyu pasti abis pulang sama Tante-tante sampe mukanya kayak gitu, untung kita kabur," kata Bambang, tetapi lelaki itu langsung terdiam ketika melihat tatapan tak bersahabat dari Gilang.

Banyu hanya diam, ia malas menanggapi ucapan kedua sahabatnya itu. Pikirannya masih tertuju pada wanita yang entah berada di mana saat ini.

"Lo ... nggak apa-apa? Gue khawatir, karena abis dari sana," tanya Gilang menatap ke dalam rumah Banyu, "Lo nggak ada kabar lagi, di kampus pun lo jarang kelihatan." Gilang melanjutkan perkataannya ketika di rasa aman. Ia tak ingin Alin bertanya-tanya dan berujung mereka yang akan di ceramahi oleh wanita paruh baya itu.

***

Sudah beberapa hari setelah kejadian itu Banyu memilih menyendiri, setiap jam kuliah berakhir ia selalu pulang dan tak menghiraukan ajakan ke empat sahabatnya. Mutia yang meminta lelaki itu mengajarinya pun ia tolak dengan alasan jika tengah membantu orangtua mengerjakan pekerjaan rumah.

CANTIKA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang