TUJUH BELAS

656 60 56
                                    

Selamat membaca. Kuy ramaikan kolom komentar.
Jangan lupa share ke temen kalian, ya.

***

Satu buket bunga mawar merah sudah terletak di atas meja membuat Cantika mengkerutkan dahinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu buket bunga mawar merah sudah terletak di atas meja membuat Cantika mengkerutkan dahinya. Ia mencari secarik kertas yang bisa ditemukan untuk mengetahui siapa pengirim bunga ini.

Jika mengharap cintamu adalah suatu
ketidakmungkinan. Lantas, bagaimana jika do'aku yang berusaha memungkinkan?

Cantika memejamkan matanya ketika selesai membaca isi surat itu, ia tahu siapa pengirim bunga ini. Siapa lagi jika bukan Banyu, lelaki yang selalu mengganggunya beberapa hari ini. Walaupun lelaki itu berada di luar kota, tapi pesan darinya selalu memenuhi ponsel Cantika.

"I miss you," ucap Anjar sembari memeluk Cantika, sedangkan wanita itu segera meremas kertas lalu membuang ke tempat sampah dekat meja. Cukup tekejut akan kehadiran lelaki ini.

"Bunga dari siapa?" Anjar bertanya ketika menyadari bunga mawar di atas meja. Lelaki itu menatap Cantika cukup lama lalu melepas pelukkannya.

Cantika memilih mengedikan bahu lalu bertanya tentang pekerjaan yang beberapa hari ini membuat lelaki itu tak menemuinya. Anjar hanya menjawab jika ada beberapa masalah kecil yang belum terselesaikan.

Cantika mengangguk lalu duduk di sofa dan di ikuti oleh Anjar. Ia pun langsung memeluk lengan Anjar dan menaruh kepalanya di bahu lelaki itu. Cantika begitu merindukan saat seperti ini, saat di mana bisa memeluk juga bercerita banyak hal bersama Anjar.

Setelah lama terdiam Anjar membuka suara, ia bercerita jika sudah memutuskan hubungannya dengan Diana. Tak lupa, ia menceritakan awal mula ia memiliki hubungan dengan wanita itu.

"Aku nggak maksa kamu—" ucapan Cantika terputus ketika Anjar memilih tetap bercerita. Lelaki itu berkata jika hubungannya dengan Diana hanya di dasari rasa kasihan juga tanggung jawab.

Cantika menatap wajah Anjar, menunggu kelanjutan ucapan lelaki itu. Ia cukup penasaran dengan perkataan sang kekasih.

Ya, setelah malam itu di rumah Lisa, Cantika memilih menerima lelaki itu kembali. Apa salahnya memberikan kesempatan kedua untuk lelaki ini. Lagipula, semua berhak untuk mendapatkannya, bukan?

"Dulu, sebelum kita berhubungan bahkan bertemu. Aku sudah mengenal Diana..." Anjar menarik napas panjang lalu kembali melanjutkan perkataannya.

"Diana adalah anak dari salah satu rekan kerja Papa yang mengalami kecelakaan," kata Anjar menatap sang kekasih.

Anjar bercerita jika kecelakaan yang di alami oleh ayah Diana adalah kesalahan orangtuanya. Kalau saja mereka tak memintanya untuk menggantikan rapat di Singapura, mungkin saat ini kedua orangtua Diana masih hidup dan semua ini tak akan terjadi.

CANTIKA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang