TIGA [OPEN PO]

1.2K 109 35
                                    

Yuhuu Mbaknya yang Cantik emang aku akui, kembali guys!!

Yuk jangan lupa vote dan komen.

Ada yang minat nggak ya. Haha

Selamat membaca.

***

Cantika sudah menanggalkan pakaian dan langsung mendudukan dirinya di dalam bath-up yang berisi air hangat yang sudah terisi busa karena bath boom yang ia taruh disana. Rasanya sudah sangat lama ia tidak melakukan kegiatan seperti ini.

Tanpa terasa Cantika tertidur di kamar mandi. Mungkin, jika ketukan dari balik pintu kamar mandi tidak ia dengar Cantika akan tertidur di sini hingga malam. Wanita itu akhirnya menyahuti panggilan dari sang adik, mengambil kimono mandinya lalu membuka pintu.

Aziel juga Barta sudah menunjukan wajah cemas, kedua lelaki itu sudah memegang linggis juga dongkrak untuk membuka secara paksa pintu kamar mandi, karena sudah hampir satu jam Cantika tidak keluar kamar.

"Yakin, El?" Barta sudah bertanya pada Aziel sebanyak tiga kali, ia tak yakin akan melakukan hal gila ini. Seumur hidupnya ia tak pernah melakukan hal gila, kecuali mencium seorang wanita.

"Yakinlah, kalo ngga gini—"

"Kalian ngapain?" Barta juga Aziel yang tengah berdiskusi pun langsung menatap ke arah Cantika. Kedua lelaki itu bisa bernapas lega karena sang kakak masih selamat. Mata wanita itu langsung tertuju pada tangan sang adik lalu menanyakan benda-benda itu.

Aziel hanya terkekeh seraya menggaruk kepalanya, ia menatap kakak laki-lakinya. Barta yang ditatap oleh sang adik hanya mendengkus lalu mengatakan jika ini semua perbuatan Aziel karena Cantika tak kunjung keluar sejak satu jam yang lalu.

Cantika langsung mengusir kedua adiknya karena ia harus membilas tubuh, mereka pun akhirnya keluar dengan Barta yang sudah ingin menghajar Aziel karena telah membuatnya melakukan hal seperti ini.

Setelah keluar dari kamar Cantika, Barta sudah menjewer telinga Aziel. Jika bukan adiknya ia sudah melakukan hal lebih pada lelaki itu. Memukuli atau mungkin menariknya keluar dari apartemen ini.

"Sakit, anjir!" Aziel menatap tak suka pada sang kakak. Ia sudah mengusapi telingan yang memerah.

"Lebay," ucap Barta, lelaki itu memilih menuju dapur dan berharap ada makanan yang Cantika masak. Tapi, yang ia lihat hanya roti dan selai cokelat di atas meja.

Baru saja tangannya hendak mengambil roti, Aziel sudah merebutnya dan mengolesi roti itu dengan selai cokelat. "Gue juga laper, Ta," ucap Aziel tanpa bersalah. Lelaki itu sudah memasukan roti ke dalam mulutnya.

"Yang sopan sama kakak," ujar Cantika lalu menjewer telinga Aziel. Lelaki itu sudah mengaduh kesakitan. Dua kali, telinganya di jewer oleh kedua kakaknya. "Kamu laper, Ta? Kayaknya di kulkas ada daging sama sayuran beku."

"Apa aja, Ka, asal Aziel nggak makan," jawab Barta lalu mengambil gelas dan menuju dispenser.

"Jahat bener," kata Aziel lalu menerima panggilan videocall dari Banyu. Lelaki itu suka sekali mengganggunya akhir-akhir ini dan cukup membuat Aziel kesal.

"Apa?" Aziel bertanya dengan wajah malas. Ia menatap kedua kakaknya, dan kembali melahap roti yang tersisa setengah lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Barta langsung sigap membantu Cantika, mengeluarkan daging juga sayuran beku. "Kuliah gimana?" Barta tersenyum lalu berdiri di samping Cantika, ia mengatakan jika semuanya baik-baik saja dan ia cukup nyaman berkuliah disana.

CANTIKA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang