Seperti yang aku bilang sebelumnya bahwa book ini sdh pernah aku publish tapi aku unpub karena aku mau revisi.
Bagi yang udah pernah baca welcome back dan bagi yg belum salam kenal!
*
*
*
*
*
*
Yoongi berjalan pelan tanpa tujuan. Setelah dua tahun berlalu akhirnya ia kembali ke Seoul. Ingatannya akan kota ini tidak akan pernah bisa ia lupakan. Kebahagiaan dan kehilangan. Semuanya akan terus membekas dihatinya hingga ia mati nanti.
Langkah Yoongi terhenti. Ia menolehkan wajahnya kearah kanan. Terdapat sebuah gang kecil yang dulu sering ia lalui bersama sahabat-sahabatnya jika mereka membolos dulu. Tunggu, apakah mereka masih bisa disebut sahabat? Setelah kejadian yang mereka lalui beberapa waktu lalu? Yang menghanguskan persahabatan mereka menjadi debu.
Entah sebenarnya apa yang terjadi, Yoongi pun sesungguhnya tidak mengetahuinya dengan jelas. Hanya saja satu hal yang ia tahu pasti, Hoseok mati dan Taehyung ada disana membiarkannya meregang nyawa tanpa mau menolongnya sama sekali. Yoongi mengepalkan kedua tangannya mengingat kejadian itu. Ia masih dapat mengingat dengan jelas tubuh Hoseok yang sudah kaku dan ditutupi kain putih. Juga Taehyung yang hanya tertunduk diam tanpa berkata apapun.
"Argh!!!" Yoongi mengusak rambutnya kasar. Kebenciannya kepada Taehyung tidak mampu ia hilangkan meski dua tahun sudah berlalu.
"Yoongi hyung?"
Terlihat sosok Jimin yang baru turun dari sebuah mobil berwarna hitam. Ia setengah berlari menghampiri Yoongi. Wajahnya terlihat sangat cemas mendapati Yoongi berteriak dipinggir jalan sembari memegang kepalanya.
"Hyung, kau baik-baik saja?" Jimin bertanya sembari hendak menyentuh lengan Yoongi. Namun Yoongi menepis tangannya. Raut wajahnya terlihat dingin menatap Jimin.
"Hyung, kau masih marah pada Taehyung?" tanya Jimin pelan sembari menatap sendu pada Yoongi.
Yoongi menatapnya lalu menyeringai. "Kau pikir aku hanya sekadar marah padanya? Dengar baik-baik. Aku membencinya. Aku sangat membencinya!"
Jimin tertegun mendengar jawaban Yoongi. Sebegitunyakah ia membenci Taehyung?
"Benarkah? Kau benar-benar membencinya? Katakan apa alasanmu membencinya?!"
"Kau sudah tau alasannya kenapa aku membencinya. Dan seharusnya kau pun begitu. Aku heran kepadamu yang masih saja membela pembunuh sepertinya!"
"Hentikan hyung!" rahang Jimin mengeras. "Taehyung bukan pembunuh. Dia tidak ada sangkut pautnya dengan kematian Hoseok hyung! Kau tau kan polisi pun sudah bilang bahwa kematiannya adalah murni bunuh diri? Kenapa kau masih meragukannya?"
"Lalu jika dia tidak membunuhnya, kenapa dia tidak mengatakan alasan apa yang membuatnya berada disana saat kematian Hoseok? Apa dia memberitahumu? Apa dia mengatakan sejujurnya apa alasannya? Tidak bukan? Dia ada disana sementara Hoseok sedang meregang nyawa!! Kenapa dia tidak menghalanginya? Kenapa dia membiarkan Hoseok pergi!!!" amuk Yoongi. Emosinya sudah mencapai batas.
Jimin hanya bisa diam melihatnya. Ia tidak bisa berkata apapun karena sama seperti Yoongi, dia sendiri tidak mengetahui alasan sebenarnya. Meski begitu Jimin tetap yakin Taehyung bukanlah orang yang seperti Yoongi tuduhkan. Jimin adalah yang paling lama mengenal Taehyung diantara mereka. Jadi dia tahu persis siapa Taehyung.
"Kau tidak bisa menjawabnya bukan? Jadi jangan campuri urusanku! Menjauh dariku jika kau tidak ingin aku ikut membencimu!"
Yoongi melangkah begitu saja meninggalkan Jimin yang masih terpaku. Jimin tidak bisa menahan Yoongi. Tidak ada gunanya berbicara dengannya sekarang. Yoongi sedang emosi. Salah - salah ia bisa berakhir dihajar olehnya.
Dengan perasaan kecewa dan sedih, Jimin akhirnya kembali masuk kedalam mobilnya, menghidupkan mesin lalu pergi dari sana.
***
Taehyung sedang beristirahat disela-sela kerjanya. Dia baru saja habis memakan sebuah sandwich dan susu pemberian dari kepala tokonya. Setelah itu dia asik menyesap rokoknya sambil memperhatikan orang yang lalu lalang disekitar tokonya.
"Padahal sekarang sudah malam tapi udara terasa begitu panas," keluhnya.
Udara panas ini sedikit membuat ia kerepotan. Taehyung itu paling benci panas. Jika ia kepanasan dan berkeringat maka tubuhnya akan terasa gatal dan pada akhirnya akan timbul bentol-bentol yang besar disekujur tubuhnya. Karena itu ia lebih menyukai musim dingin daripada musim panas.
"Sedang apa kau?" Woosik managernya diminimarket menghampirinya lalu mengambil duduk disebelahnya.
"Sedang menikmati malam yang panas ini," sahut Taehyung.
"Apa kau tidak khawatir kelihatan oleh kawanmu merokok diluaran seperti ini?"
"Mereka tidak akan mengenali penampilanku yang seperti ini hyung. Mereka hanya tau aku yang nerd. Lagipula aku tidak punya teman disekolah."
"Ah, mianhae. Aku tidak tahu."
"Tidak apa."
Woosik ikut-ikutan menghidupkan sebatang rokok. Dihisapnya rokok itu dalam dan dihembuskannya. Asap putih melayang ke udara.
"Apa kau benci hidup seperti ini Taehyung-ah? Tidak punya uang, tidak punya teman, bahkan tidak punya rumah untuk kembali?" tiba-tiba Woosik bertanya.
Taehyung menengok kearahnya, tersenyum kecil lalu kembali menatap ke depan.
"Dulu mungkin aku seperti itu. Aku benci kehidupanku. Aku bahkan membenci orang tuaku yang memperlakukan aku tidak adil. Namun sekarang aku sudah menyadari semuanya. Mungkin ini adalah jalanku untuk menebus semua kesalahanku dimasa lalu," tutur Taehyung bijak.
"Benarkah? Kata-katamu terdengar sangat bijak. Tidak sesuai dengan kepribadianmu yang dulu kukenal."
"Aku bukan Taehyung yang dulu lagi hyung. Semua itu sudah berlalu. Dan semuanya karena kesalahanku."
Woosik menepuk pundak Taehyung. "Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu dan teman-temanmu. Tapi aku tahu kau bukanlah seperti yang dibicarakan orang-orang diluaran sana. Jika aku tidak mempercayaimu maka aku tidak akan memberikanmu pekerjaan disini."
Taehyung tersenyum. "Gomawo hyung karena sudah mempercayaiku. Kau adalah salah satu dari dua orang yang tetap percaya padaku."
"Dua orang? Siapa satu lagi?"
"Park Jimin."
"Ah, pemuda bantet itu? Yang sering mengantarmu kemari kan? Aku sudah lama tidak melihatnya."
"Aku melarangnya untuk mengantarku. Terakhir kali mengantarku dia memakai mobil sportnya yang membuat kami menjadi perhatian orang-orang dijalanan."
"Hahaha, pantas saja. Tapi aku senang masih ada orang yang memperhatikanmu. Jadi kau tidak akan merasa kesepian."
"Kalau aku merasa kesepian, aku akan datang ke rumahmu meminta perhatian."
"Datanglah kapanpun kau mau. Pintu rumahku selalu terbuka untukmu Taehyung-ah."
Tbc.
Publish : 2 Agustus 2020
Revisi : 16 Maret 2021Lanjutt!!! Konfliknya dah kebuka pelan2. Sebenarnya apa yang terjadi sama mereka?
Apa yang menyebabkan mereka jadi saling membenci seperti ini?
Tunggu kelanjutannya ya guys!!!
Vote and Komen yaaa!!
See U Next chapt!!!
Borahae army 💜💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret (BTS/ Brothership)
Hayran KurguCOMPLETED! Sebuah peristiwa menghancurkan hubungan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun. Sebuah kesalah pahaman memperburuk segalanya. Akankah Taehyung mampu menyatukan kembali persaudaraan mereka yang sudah hancur? BTS Brothership Taehyung/V ...