"Terima kasih telah membeli bunga di toko saya." Kataku kepada seorang pelanggan yang pergi setelah memberi uang.
Aku berdiri didepan pintu dengan kedua tangan di atas pinggang sembari tersenyum mantap. Disinilah aku sekarang menjalani kehidupan yang baru. Membuka sebuah toko bunga yang selama ini aku cita-citakan. Merawat mereka dengan penuh cinta kasih dan membagikan kebahagiaan kepada semua orang.
Aku memulai bisnis ini saat memiliki cukup uang untuk membeli sebuah rumah dengan halaman yang luas dibagian depan dan belakang. Belum selesai sampai situ, aku harus mengeluarkan biaya tambahan hanya untuk merenovasi bagian depan untuk dirubah menjadi toko bunga dan bagian belakang sebagai tempat menanam bunga. Tak lupa modal awal seperti pot, bibit, tanah, pupuk dan sebagainya. Semua itu menggunakan uang yang aku dapat dari hasil berkerja sebagai pelatih di markas Rhodes Island, simpanan penghasilan saat berkerja di Mc. Roland, dan hadiah saat berhasil menyelamatkan bumi dari ambang kehancuran.
"Permisi" Kata Pelanggan yang menyapaku.
"Ah, silakan. Ada yang bisa aku bantu?" Kataku mempersilakan pelanggan masuk ke toko.
"Saya ingin membeli rangkaian bunga."
"Untuk kekasih tercinta?" tanyaku.
"... Ya." Jawab dia malu-malu. "Aku berencana melamarnya hari ini."
Aku memilah bunga-bunga yang sekiranya cocok untuk pelanggan. Setelah mendapatkan beberapa bunga, aku mulai merangkai dan membungkusnya serapi mungkin. Aku memberikan bunga tersebut kepada pelanggan.
"Semoga kalian langgeng, ya."
"Terima kasih atas dukungannya, nona." Kata pelanggan yang memberikan uang kepadaku.
"Hati-hati dijalan." Kataku yang melambai ke pelanggan yang keluar dari toko.
Begitu pelanggan tersebut pergi meninggalkan toko. Muncul 3 orang yang masuk kedalam toko. Aku sangat mengenal 3 orang ini dan sangat menunggu kedatangan mereka, Talulah, Chen, dan Yang.
"Luken!" Teriak Yang segera berlari kearahku.
Aku merendahkan badan dan melebarkan kedua tangan. Aku menangkapnya dan kami pun berpelukan. Seperti biasa Yang selalu antusias dalam situasi semacam ini.
"Aku merindukanmu, Luken." Kata Yang.
"Aku juga. Bagaimana sekolahmu?"
"Aku mendapat nilai A dalam pelajaran bahasa!"
"Benarkah? Kau hebat, Yang."
"Tapi dia mendapat nilai C dalam matematika." Potong Chen. "Kau harus banyak belajar lagi, Yang."
"Ah, tipikal orang tua di Lungmen." Balas Talulah, "Chen, seharusnya kau mendukung potensi anakmu. Bukan memaksanya belajar sesuatu yang dia tidak suka."
"Kalian." Kataku sembari tersenyum.
Aku memeluk Chen dan Talulah secara bergantian. Mereka tampak serasi dengan pakaian casual yang dikenakan. Selain itu Talulah juga datang dengan sebuah kardus besar yang ia letakan di dekat pintu. Kardus itu berisi benda-benda milikku yang masih tertinggal di rumah mereka. Jadi aku meminta tolong Talulah untuk membawakannya kemari.
"Seminggu tanpamu rumah terasa begitu sepi." Kata Talulah.
"Ya, terutama masakanmu yang begitu lezat juga ikut menghilang bersamamu." Tambah Chen.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Arknights FanFic] Wings of Steel, Part 1 (DROPPED)
FanfictionSumber Gambar: https://twitter.com/Mbah_Kojim/status/1270166120591273984?s=19 Peringatan: Cerita ini hanyalah fiksi penggemar, tidak ada hubungannya dengan cerita ofisial Sinopsis: Luken memutuskan menjadi tentara dan mengubur cita-citanya membuka t...