Chapter 7

81 17 2
                                    

Aku bertukar kesadaran dengan Ein. Ein sangat bisa diandalkan dalam hal semacam ini. Itu karena Ein mampu memaksimalkan potensi tubuh manusia melebihi batas wajar. Dia mampu menggerakkan tubuhku dan berlari dengan kecepatan kurang lebih 40km/h bahkan dalam kondisi menggendong Angela. Hal itu membuat persentase di kedua jam kami naik secara drastis.

Meski begitu, selalu ada efek samping dari hal tersebut. Yaitu tubuhku tetap terasa sakit meski Ein yang menggerakannya. Alasan dibalik itu semua adalah kami berbagi rasa sakit yang sama. Aku tidak yakin apakah setelah menjalani tes, diri ini masih sanggup berdiri atau tidak.

Satu jam berlalu dan disinilah acara utama baru saja dimulai. Instruktur memberikan tambahan tantangan, yaitu bola karet berisi cat yang akan dilemparkan ke arah kami. Bagi peserta yang menerima cat terlalu banyak mereka akan dinyatakan gugur. Batas cat yang boleh terkena tubuh adalah 5.

Tidak tanggung-tanggung, aku melihat banyak instruktur yang berdiri diatas atap gedung dengan membawa bola karet di kedua tangan mereka. Tak berselang lama, peluit berbunyi dan mereka pun mulai melemparkan bola tersebut.

Situasi berubah kacau. 10.000 orang berubah beringas. Mereka memanfaatkan segala cara agar tidak terkena bola cat tersebut. Mereka menggunakan tubuh orang disampingnya secara paksa untuk menjadi perisai mereka. Itu membuat keduanya justru adu jotos karena tidak terima.

Disinilah kerjasama kami diuji. Aku memperhatikan sekitar sementara Ein fokus menggerakkan tubuh. Ketika ada bola datang, aku akan memberitahu Ein untuk menghindar.

Bola pertama datang dari arah jam 1. Ein menghindarinya. Dua bola datang bersamaan dari arah 5 dan 7. Ein melompat di momen yang tepat dan bola itu meleset. Ketika aku menyisir sekitaranku, ada sosok yang membuatku tertegun.

Seorang wanita dengan dua tanduk naga yang melengkung kebelakang dengan rambut pendek berwarna merah melambai-lambai tertiup angin. Dia memiliki mata dengan warna pupil yang berbeda, hijau di kiri dan merah di kanan. Aku tidak tertegun karena parasnya, melainkan mata dia seakan bisa melihat wujudku dalam bentuk astral. Dia melihatku dengan mata terbelalak tanpa berkedip sedikitpun.

Wanita tersebut memengulurkan tangan kedepan dengan membuat pose menembak. Dia menggerakkan tangannya seperti sedang menembak. Aku tidak sadar kalau dari arah berlawanan seseorang melemparkan sebuah bola. Baik aku dan Ein tidak siap akan kedatangan bola tersebut, tapi hal yang tidak terduga terjadi. Angela menggunakan tangan kirinya untuk menghadang bola tersebut. Bola itu pun pecah dan cat membekas di tangannya.

"Luken. Teruslah berlari, aku akan menjadi perisai untukmu."

Itu adalah tindakan nekat yang dilakukan Angela kepadaku. Aku melihat lagi tempat dimana orang tersebut berdiri tapi dia sudah menghilang. Aku segera mengabaikan hal itu dan kembali fokus untuk lulus dari tes gila ini.

Angela sudah mengorbankan 1 kesempatan dia untukku. Bola lagi melayang dan mengenai pinggangnya. Tersisa 3 kesempatan lagi. Jika dia terus terkena bola maka tamat sudah.

Banyak peserta yang mulai berguguran. Mereka yang gagal mulai menepi sementara yang lain masih terus berlari. Calon anggota yang kian sedikit membuat situasi semakin sulit karena tidak ada lagi yang sanggup menahan bola tersebut.

Meski aku berusaha untuk memberitahu kemana arah bola itu datang, tapi faktanya beberapa bola masih masuk dan mengenai tubuh kami. Waktu sedikit lagi selesai dan kondisi kami berdua hanya memiliki 1 kesempatan saja. Sekali terkena bola dan salah satu diantara kami harus gagal.

Bola menghujam kian deras dan tidak banyak peserta yang sanggup bertahan. Di detik-detik waktu menjelang habis, bola datang secara acak, Ein menggerakkan tubuhku meliuk-liuk menghindari bola tersebut hingga melompat. Sayangnya, kakiku terkilir saat mendarat. Rasa sakit terasa menyelimuti sekujur tubuh.

[Arknights FanFic] Wings of Steel, Part 1 (DROPPED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang