Orang itu berbicara secara langsung dari layar monitor. Membicarakan tentang ungkapan rasa terima kasih dan selamat kepada 10.000 calon tentara Columbia yang menjadi aset berharga untuk masa depan negara. Dia juga menambahakan kalau dari 10.000 calon prajurit ini hanya dipilih 2.500, dan yang gagal harap menunggu tahun depan untuk mengikuti seleksi ulang. Pidato tersebut berlangsung selama 15 menit.
Selesai pidato maka selesai pula acara penyambutan dari orang tersebut. Seluruh calon akmil diarahkan menunju lapangan yang terletak tepat di tengah lokasi. Jika aku perkirakan, mungkin luasnya setara dengan 5 lapangan bola. Di lokasi tersebut di kelilingi sebuah area lari. Benar saja, sebuah ledakan terdengar keras hingga membuat orang-orang mendadak tiarap. Tak berselang lama, terdengar bunyi sirine dan teriakan instruktur yang menyuruh kami untuk segera berlari. Belum selesai sampai disitu, aku melihat banyak instruktur lain berdiri dari atas gedung. Mereka menghunuskan moncong senjata ke depan dan mulai menembaki kami dengan peluru hampa.
Sebuah terapi kejut yang luar biasa. 10.000 calon prajurit segera menggerakkan pantat mereka dan mulai berlari. Kami dipaksa berlari selama 2 jam lamanya dibawah terik matahari musim panas. Tentu saja ini bukan soal kontes kecepatan, melainkan kontes ketahanan. Jadi aku berlari secara stabil untuk menjaga kondisi staminaku tetap prima.
Yang aku sadari adalah gelang yang mereka berikan di awal tadi. Gelang tersebut menunjukan sebuah balok persentase. Jika aku menurunkan kecepatan lariku, persentase tersebut turun dari hijau ke kuning, hingga merah. Terdapat penjelasan kalau persentase tersebut turun hingga berwarna merah. Maka kau akan dinyatakan gagal. Jika aku gagal, maka semua usahaku sia-sia. Akhirnya aku mulai meningkatkan kecepatan lariku dan presentase mulai naik ke warna hijau.
Aku melihat Angela yang sudah berada dibelakangku, atau lebih tepatnya dia berhasil aku susul sebanyak satu putaran. Aku melihatnya kesusahan untuk berlari karena dress panjangnya. Selain itu dia menggenakan sepatu hak tinggi yang jelas membuatnya kerepotan. Ditambah, dia sudah mulai terengah-engah untuk berlari.
"Kau tidak apa-apa?" kataku yang berlari mengiringinya.
"Hah... Hah..., aku, tidak apa-apa. Hah..."
Aku melirik gelang miliknya yang berwarna merah. Tentu saja, jika dia berlari dengan selamban ini, dia tidak akan bisa lulus pada tes pertama. Sempat terbesit keinginan untuk menolong, namun aku sendiri khawatir jika menolongnya akan membuat diri sendiri gagal dalam menghadapi ujian tes.
Sepatu Angela patah, itu membuatnya terkilir dan terjerembab ke tanah. Para pelari di belakang berusaha menghindari dia agar tidak menginjaknya. Tidak ada satupun dari mereka yang menolong, mereka sibuk berlari demi kepentingannya masing-masing. Melihat dia lemah terkulai di atas tanah membuatku ingin menolongnya.
Aku segera menghampiri dia dan membawanya ke tepian. Aku melepaskan kedua sepatunya dan mengecek kondisi kakinya. Ketika memegang kaki tersebut, dia sontak merintih kesakitan. Aku tahu kalau dia tidak akan bisa berjalan untuk sementara waktu.
"Sudahlah, Luken. Tinggalkan aku. Tidak mungkin bagiku untuk bisa menjadi tentara. Selain itu, aku hanya akan menghambatmu saja. Bukankah kau ingin mencari seseorang yang penting bagimu juga?"
Angela mengatakan hal itu sembari meneteskan air mata. Melihat ia bersedih membuatku merasa iba. Dia masih memikirkan kondisiku daripada dirinya sendiri. aku tahu dia sebenarnya mempunyai niat besar untuk bertemu dengan orang tersebut meski ia juga menyadari kalau tidak punya kemampuan untuk mendapatkannya. Setidaknya, dia butuh seseorang yang mendorong dibelakangnya agar ia terus melangkah.
Aku berbalik arah sembari berkata, "Naiklah."
"Luken... Tapi..."
"Kau ingin bertemu dengan Mia, kan? Kalau begitu aku akan mendukungmu."
Dia menghapus air mata dengan kedua tangan dan segera merangkul leherku. Aku segera mengangkat dan melingkarkan tangan di kedua pahanya. Aku bergegas kembali ke jalur lintasan dan berlari sekuat tenaga.
Melihat jam tangan yang masih menunjukan presentase rendah, aku tidak ada pilihan lain selain melakukan hal itu. Awalnya aku sendiri tidak mau melakukanya, tetapi situasi semacam ini memaksaku untuk melakukannya.
"Ein, aku serahkan padamu."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[Arknights FanFic] Wings of Steel, Part 1 (DROPPED)
FanfictionSumber Gambar: https://twitter.com/Mbah_Kojim/status/1270166120591273984?s=19 Peringatan: Cerita ini hanyalah fiksi penggemar, tidak ada hubungannya dengan cerita ofisial Sinopsis: Luken memutuskan menjadi tentara dan mengubur cita-citanya membuka t...