Misi dimulai. Kami menjalankan peran masing-masing. Heart menggunakan teknologi gadgetnya untuk memindai lokasi eksekusi. Eyes tengkurap bersamaku dengan alat pantaunya. Dia memberiku aba-aba tentang posisi musuh yang harus dilumpuhkan.
"Arah jam satu, enam ratus meter, lantai dua, seorang sniper, lumpuhkan dia."
Aku mengikuti aba-aba Eyes dengan seksama, ketika lawan terlihat dalam alat bidikku, aku mengaturnya agar tepat mengenai sasaran. Aku menahan napas dan melakukan eksekusi. Sekali pelatuk ditarik, peluru melesat dan tepat mengenai kepala lawan.
Aku melihat dengan jelas bagaimana peluru tepat mengenai kepala lawan dan seketika tergeletak di lantai. Jujur itu membuatku jijik dan tentu saja aku harus menahan rasa mual tersebut. Rasa jijikku tidak separah pertama tadi. Aku berusaha untuk tidak memikirkan hal tadi dan kembali fokus membidik.
"Tembakan bagus," pujinya. "Target selanjutnya."
Eyes memberikanku gambaran untuk melumpuhkan target selanjutnya. Aku mengikuti aba-abanya dan mengeksekusi lawan dengan mulus. Ketika aku mengganti magazine dengan yang baru. Tim Alpha mulai bergerak.
Mereka bergerak dari tempat yang sudah kubersihkan. Tiga orang tersebut mulai menyelinap masuk dan disanalah kami tidak bisa membantu karena tidak ada gambar visual yang jelas. Meski tidak bisa membantu bukan berarti kami tidak melakukan apa-apa. Eyes kembali memberikanku aba-aba untuk menetralisir musuh dari luar.
Tunggu, tiga orang? Seharusnya mereka ada empat orang. Lalu kemana yang satu orang? Apakah Kapten NULL memberikan misi lain untuk salah satu anggotanya? Tapi kenapa dia tidak menjelaskannya dari awal? Instingku mengatakan hal tersebut tidak beres. Aku segera menggunakan alat komunikasi yang terpasang ditelinga untuk menghubungi tim Alpha.
"Tim Alpha, disini Tim Beta, ganti."
"Tim Beta, masuk, ada masalah apa?"
"Kapten, Tim Alpha berjumlah empat orang, kan?"
"Benar."
"Tolong konfirmasi lagi, aku melihat kalian hanya tiga orang saja."
"Kau bercanda? Kami disini beremp-sial, ini dummy. Disini Kapten NULL, memanggil Skull. Skull dimana kau?"
"Disini, Kapten NULL."
Dari teleskop pembidik, aku melihat situasi tidak berjalan sesuai rencana. Lampu di ruang utama lantai tiga menyala terang. Dari sana aku melihat lima orang dengan tiga diantaranya adalah Kapten NULL, Angela, dan Truf. Sementara dua sisanya adalah Skull yang bersama dengan Al-Jamet.
"Skull," panggil Kapten NULL. "Dasar pengkhianat."
"Pengkhianat? Aku tidak pernah mengkhianati siapapun, Kapten. Columbialah pengkhianat yang sebenarnya."
Aku mencoba membidik Skull tapi sesuatu tiba-tiba menyentuh kepalaku, ini ujung pistol. "Jangan mencoba." Suara tersebut berasal dari Heart. "Kalian cepat berdiri dengan kedua tangan di belakang kepala." Kami berdua pun mengikuti apa yang ia perintahkan.
"Heart, kau juga?" tanya Eyes.
"Ya. Seharusnya kau mendengarkanku waktu itu, Eyes. CSOU tidak lebih dari pion yang hanya akan mati sia-sia."
"Kau dibutakan oleh doktrin mereka, Heart."
"Tidak, Eyes. Aku dan Skull telah mengetahui fakta yang sebenarnya."
Aku memilih diam daripada membalas pembicaraan mereka berdua. Situasi kami benar-benar kacau. Ada dua pengkhianat di tim kami dan misi gagal. Hanya masalah waktu saja sebelum mereka mencabut nyawa kami.
Yo, Luken.
Ein?!
Bagaimana rasanya berada di ujung tebing antara hidup dan mati? Menyenangkan, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
[Arknights FanFic] Wings of Steel, Part 1 (DROPPED)
FanfictionSumber Gambar: https://twitter.com/Mbah_Kojim/status/1270166120591273984?s=19 Peringatan: Cerita ini hanyalah fiksi penggemar, tidak ada hubungannya dengan cerita ofisial Sinopsis: Luken memutuskan menjadi tentara dan mengubur cita-citanya membuka t...