Chapter 15

67 13 4
                                    

2 bulan berlalu sejak menjalani misi perdamaian di Mid East. Aku tertegun sembari memperhatikan fatamorgana diatas landasan pesawat. Mid East benar-benar mengejutkanku. Aku akan sedikit bercerita tentang apa yang terjadi.

Mid East sedang dilanda perang saudara antara kubu pemerintah dengan pemberontak yang dipimpin oleh Al-Jamet. Sejauh apa yang terjadi, Al-Jamet berhasil menguasai wilayah utara Mid East dengan bala pasukannya yang terus bertambah. Dia merekrut paksa setiap orang di wilayah yang didudukinya dan mendoktrin mereka untuk melawan pemerintah.

Al-Jamet sendiri adalah mantan Jendral Mid East yang membelot karena menolak keputusan pemerintah yang memilih Columbia sebagai rekan bernegara. Al-Jamet adalah ahli taktis yang hebat, itu terbukti dari bagaimana dia mampu mengorganisir gerakan pemberontakan ini hingga memukul mundur pemerintah Mid East hingga akhirnya Columbia harus turun tangan.

Sekarang, Al-Jamet sudah menguasai ¼ bagian utara Mid East dan terus bergerak menuju ibu kota Mid East hanya dalam waktu kurang dari 5 bulan. Invasi tersebut akhir terhenti semenjak Columbia menurunkan pasukan mereka di Mid East.

Terbukti dalam waktu 2 bulan ini pasukan gabungan Columbia dan Mid East berhasil memukul pemberontak kembali. Dari jarak pemberontak dengan ibu kota cuma 10km, berubah menjadi 100km dan terus didorong mundur.

Columbia sekarang berjaga-jaga di perbatasan wilayah Mid Eas milik pemerintah dengan daerah pemberontak. Tapi Columbia tidak berniat untuk bersifat bertahan juga, tetapi sedang bersiap-siap untuk melakukan serangan juga. Target kami tidak lain dan tidak bukan adalah Al-Jamet.

Meski kami hanya diterjunkan dalam waktu 4 bulan saja, aku tidak yakin perang ini akan selesai dalam waktu tersebut. Selain itu, Al-Jamet sendiri selalu bergerak dan susah untuk dilacak. Selama dia masih hidup, perang ini tidak akan usai.

Sekarang, kami dipaksa untuk menganggur di markas tanpa alasan yang jelas dari atasan. Jujur saja, aku sama sekali belum merasakan perang secara langsung. Kebanyakan mereka yang diterjunkan adalah orang-orang yang sudah berpengalaman di perang sebelumnya. Disinilah aku, tertegun di depan hangar, duduk di atas tong bekas dan memandangi fatamorgana.

"Luken!"

Seseorang tiba-tiba memelukku dari belakang. Dengan mendengar suaranya saja, aku tahu kalau orang tersebut Angela. Dia melepaskan pelukannya dan duduk disampingku. Angela memberiku sekaleng cola dingin yang sangat cocok diminum di tempat sepanas ini.

"Jangan melamun, nanti kau kesambet, lho."

"Aku tidak melamun. Aku hanya berpikir tentang banyak hal."

"Banyak hal?"

Aku mengedikan bahu dan meminum cola, "Banyak. Salah satunya kenapa kita dipaksa menganggur sementara yang lainnya bertugas."

"Ah, soal itu. Aku dengar para perwira sedang menunggu informasi mengenai lokasi Al-Jamet."

"Dari mana kau dapat informasi itu?"

"Aku mendengar rapat mereka saat berusaha mencarimu."

Itu alasan yang cukup masuk akal. Dan hal yang lumrah jika para perwira sedang mencari keberadaan Al-Jamet. Waktu Columbia disini tidak banyak, sementara perang tidak mengenal durasi. Durasi tercipta oleh tangan tentara itu sendiri.

Aku menghabiskan minuman dan melempar kaleng ke tong sampah. Aku berharap mereka segera menemukan lokasi Al-Jamet. Bagai mendapat bisikan iblis. Gelangku berbunyi dengan sebuah pesan agar seluruh prajurit berkumpul di hangar utama. Kami bergegas menuju hangar utama.

Seluruh prajurit sudah berkumpul disini dan membuat situasi hangar menjadi semakin panas. Tidak berselang lama seorang perwira berpangkat kolonel datang dan menaiki panggung. Seluruh prajurit segera membentuk sikap siap dan perwira mulai menjelaskan alasan kenapa mereka dipanggil.

[Arknights FanFic] Wings of Steel, Part 1 (DROPPED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang