*Luken's Point of View*
Ein menghilang begitu saja. Ein sudah banyak membantuku sampai sejauh ini. Dia pasti menghilang bukan tanpa sebab. Yang terlintas dibenakku adalah, Ein ingin aku mandiri. Dan sekaranglah saatnya.
Angela menjelaskan situasi dengan jelas. Aku terkejut Ein memaksa Angela untuk menjadi seorang caster. Selain itu, apakah Angela juga mengalami seperti yang kurasakan? Pertama kali merenggut nyawa seseorang itu sangatlah mengerikan. Tapi Angela tampak baik-baik saja, atau dia memang sudah siap dengan segala resiko yang ada? Jika itu memang benar, berarti aku harus mempersiapkan mental.
"Luken, sekarang apa rencana kita? Ein bilang dia ada rencana."
"Rencana? Ah-sebenarnya dia menghilang begitu saja. Dia sama sekali tidak membahas soal rencana."
"Apakah kita akan berdiam diri sampai Ein mau bicara?"
Aku menggelengkan kepala sembari membalas, "Ein sekali tidak mau muncul, dia tidak akan muncul. Tapi percayalah, dia mengawasi kita. Jadi kita selesaikan masalah ini sendiri."
Aku mengaktifkan gelang untuk melihat kondisi kami dan keadaan sekitar. Seperti penjelasan Angela, tidak mungkin untuk berkumpul dengan tim utara. Aku mulai memikirkan cara alternatif agar bisa keluar dari kota atah berantah ini. Semua itu menjurus pada sebuah rencana.
"Angela. Aku ada ide." Aku mulai menjelaskan ide tersebut. "Kita akan keluar pada malam hari. Menurut peta satelit, aktivitas pemberontak disaat malam hari berkurang drastis. Kita memanfaatkan momen ini untuk mencuri sebuah mobil dan keluar dari kota ini."
"Kau yakin tidak ada rencana lain?"
"Kita cuma berdua, Angela. Momen terbaik adalah malam hari."
"Baiklah. Luken."
"Sekarang, kita tidur dan berjaga bergantian. Tidulah, akan kubangunkan tiga jam lagi."
"Tidak, kau tidur lebih dulu. Aku yang berjaga."
"... Baiklah."
Aku tidur terlebih dahulu dan rasanya begitu nyaman. Entah apa yang Ein lakukan pada tubuhku, tapi rasanya saat tidur benar-benar terasa nyaman. Aku tertidur pulas dan hanya mengandalkan Angela yang membangunkanku.
"Luken, bangun!"
Tubuh bergoyang-goyang dan itu membuatku bangun. Aku mengerjapkan mata dan melihat Angela sudah berada dihadapanku dengan pencahayaan sebuah lilin di atas meja. Aku melihat keluar dan suasana sudah gelap. Melihat jam tangan menunjukan pukul 21.00 waktu setempat. Aku tertidur lebih dari 6 jam.
"Angela, kau sengaja tidak membangunkanku?"
"Aku membangunkanmu kok. Tapi melihatmu tertidur begitu pulas, jadi kuputuskan tuk membiarkanmu lebih lama."
"Tapi bagaimana dengan dirimu?"
"Aku tidur kok, meski satu jam. Itu cukup buatku. Sudah malam, lebih baik kita jalankan rencana ini."
Kami bersiap-siap pergi dari tempat ini. Tujuan kami adalah berputar ke perbatasan timur laut. Keluar dari kota kami akan disambut dengan padang pasir yang luas. Jika kami berhasil mencuri mobil dan kabur ke sana tanpa ketahuan. Mereka pasti tidak akan menyadari hal tersebut. Tapi masalahnya adalah bagaimana kami menemukan sebuah mobil untuk dicuri itu adalah masalah yang harus dipecahkan secara improvisasi.
Saat kami siap tuk pergi, Angela mematikan lilin. Dia berganti menggunakan Night Vision yang terpasang di helmnya. Berbeda dengan Angela, aku tidak butuh itu. Penglihatanku di malam hari cukup jelas dan ini adalah kelebihan yang dimiliki seorang Liberi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Arknights FanFic] Wings of Steel, Part 1 (DROPPED)
ФанфикSumber Gambar: https://twitter.com/Mbah_Kojim/status/1270166120591273984?s=19 Peringatan: Cerita ini hanyalah fiksi penggemar, tidak ada hubungannya dengan cerita ofisial Sinopsis: Luken memutuskan menjadi tentara dan mengubur cita-citanya membuka t...