Kami bergegas berdiri dan kembali melompati gedung-gedung. Kami memilih gedung yang terlihat terbengkalai dan memilih sebuah ruangan yang sekiranya aman dan strategis. Kami masuk ke ruangan tersebut, mengunci dan memeriksa seluruh sudut ruangan. Merasa ruangan ini aman, kami mendorong sebuah meja untuk menahan pintu.
Aku melihat keluar dari jendela yang di tutupi kayu. Situasi di luar tampak kacau dengan suara ledakan serta asap membumbung tinggi. Aku berpikir, tampaknya tidak mungkin bagi kami untuk bisa bergabung dengan tentara yang lain. Ini seperti kami berusaha untuk menyebrang di sebuah sungai dengan arus deras tanpa pengaman.
"Ein," panggil Angela. "Bagaimana situasinya?"
"Buruk. Kita tidak bisa bergabung dengan tim. Akan aku pikirkan cara lain." Aku duduk disebuah sofa usang. "Dan juga, aku ingin kau mencabut benda ini dari pundakku."
Aku melepas rompi dan mengambil sebuah pisau. Aku meminta tolong Angela untuk memotong baju hingga bertelanjang dada. Sebelum itu, aku menyiapkan sebutir peluru dan korek api di atas meja.
"Ein, aku menjatuhkan peralatan medisku. Aku takut jika mencabut benda tersebut akan membuatmu kehilangan banyak darah."
"Aku tahu, bodoh. Itulah kenapa aku menyiapkan sebutir peluru dan korek api. Dengar instruksiku."
Aku ingin Angela mencabut anak panah tersebut dengan cepat, itu akan menggurangi rasa sakit di tubuhku. Setelah panah tersebut dicabut, ia menuangkan air untuk membersihkan area sekitar luka. Aku menahan bekas lukanya agar tidak terus mengalirkan darah. Disisi lain, Angela mencabut ujung timah peluru menggunakan pisau hingga menyisakan selongsong dan isinya saja. Aku melepaskan tangan dan Angela mulai memasukkan isi selongsong yang tidak lain adalah bubuk musiu. Angela mematikkan korek hingga menyala dan mendekatkan ke lubang luka. Api tersebut menyambar bubuk musiu hingga terbakar. Itu akan menciptakan luka bakar di pundak sekaligus menutup luka. Tapi rasa sakitnya terasa begitu menyiksa. Aku memilih untuk menahan teriakan agar tidak memancing masalah.
Aku membersihkan tangan penuh darah dengan air. Aku terpaksa memakai kembali baju yang robek dan hanya melapisinya dengan selotip, setidaknya lebih baik daripada harus bertelanjang. Dilanjut dengan rompi dan peralatanku yang lain.
"Ein. Kau tampak-terbiasa dengan hal semacam ini." Angela duduk disebelahku setelah membersihkan tangannya dengan air.
"Karena aku hidup dengan perang. Kau sendiri, kau tampak sama sekali tidak takut saat mencabut nyawa seseorang. Atau jangan-jangan-."
"Ein. Apakah Luken bisa mendengar pembicaraan kita?"
"Seperti itu, ya. Tenang saja, dia sedang depresi. Aku bisa menjaga mulutku."
"Sebenarnya-aku pernah melakukan hal tersebut." Jawab Angela sembari menundukkan kepala."
Angela menceritakan dosa terberat yang pernah ia lakukan, yaitu membunuh seseorang dan orang tersebut adalah pamannya sendiri, Agustinus Montana. Setelah pengusiran Mia dari rumahnya, Angela menjadi penuh dendam kepada pamannya. Setiap hari dendamnya kian memuncak hingga akhirnya ia benar-benar jatuh dalam kegelapan.
Angela menyewa seorang pembunuh bayaran untuk menculik dan menghabisi pamannya. Pembunuh tersebut melancarkan aksinya sangat mulus. Ia berhasil menculik pamannya ke sebuah hutan dan menghabisinya. Sebelum mengeksekusinya, Angela datang ke lokasi dan ingin melihat pembunuh tersebut menghabisi paman Agustinus.
Pemburu tersebut justru membuat keputusan yang tidak ia duga. Dia ingin Angela sendiri yang mengeksekusi pamannya sendiri. Tentu saja Angela tidak mau melakukan hal tersebut. Meski dia benci pamannya, Angela tidak ingin melakukan hal tersebut. Pemburu tersebut memaksa Angela dan ia terus memberontak sampai tidak ingat apa yang terjadi selanjutnya.
Hal yang ia ingat adalah Angela tidak hanya membunuh pamannya saja, melainkan pembunuh bayaran tersebut. Itu membuat Angela mengalami trauma berat seperti yang Luken alami ketika pertama kali membunuh seseorang. Agar Angela tidak ditangkap, ia membawa pistol tersebut menjauh dari lokasi dan melemparnya ke sungai. Ia juga membersihkan diri di sungai dan mencuri jemuran untuk dikenakan. Itu adalah hal tergila yang pernah aku dengar, terutama untuk anak berumur 11 tahun.
Angela mengalami tekanan mental selama berhari-hari, tidak nafsu makan ataupun tidur dengan nyenak. Kasus tersebut di blow up oleh media, namun ditutup oleh pihak kepolisian karena mereka menduga kalau Agustinus dan pembunuh bayaran tersebut bertarung hingga keduanya saling membunuh.
Angela mengikuti prosesi pemakaman pamannya dan melihat bagaimana orang yang ia benci akhirnya pergi tuk selamanya. Meski begitu, kematian pamannya tidak mungkin membawa Mia kembali kepadanya. Angela pun mulai melupakan kasus pembunuhan tersebut dan berfokus untuk mencari informasi tentang Mia.
"Aku sangat busuk, kan?" Angela terlihat lesu. "Kedua tanganku sudah berlumuran darah kotor."
"Aku rasa itu hal yang wajar," balasku."Selain itu dunia ini sudah cukup busuk. Jadi aku tidak heran hal ini terjadi kepadamu."
"Aku mohon, jangan ceritakan ini kepada Luken. Dia sahabat terbaikku. Aku tidak ingin dia melihatku jijik setelah mengetahui rahasia ini."
"Ceritakan sendiri kepadanya. Selain itu, Luken tidak akan berpikir semacam itu meski kau sudah menceritakan hal tersebut."
"Bagaimana bisa aku bisa menceritakan hal ini kepadanya?!"
"Angela Montana. Aku mengenal Luken sejak dalam kandungan. Aku paham betul bagaimana alur pikiran anak ini. Percayalah, Luken tidak akan membencimu meski kau menceritakan hal tersebut. Lagipula, Luken selalu menganggapmu sebagai sahabatnya. Dia akan melakukan apapun untuk sahabatnya."
Angela yang awalnya layu kini membaik. Dia mengais air matanya dan kembali tersenyum. "Ein, aku rasa aku bisa bersahabat denganmu juga," katanya.
"Kita sudah bersahabat sejak lama, Angela Montana. Aku sudah lama memperhatikan kalian berdua."
"Ein. Bagaimana kondisi Luken?"
"Sangat buruk. Dia masih menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian tadi."
"Boleh aku bertemu dengannya?"
"Ya. Tolong urus Luken, aku ingin beristirahat."
Dalam dunia astral, aku melihat arwah Luken yang meringkuk takut. Aku menarik masuk roh tersebut masuk menggantikan posisiku. Sekarang aku ingin melihat apa yang akan terjadi.
Luken terkejut dan itu wajar. Setiap aku mengambil paksa tubuhnya, Luken akan terputus dari dunia nyata dan akan tinggal di dunia astral selama beberapa waktu sampai aku mengembalikannya. Luken bisa saja membuat kesadarannya tetap ada dan mengetahui situasi di dunia nyata, tetapi aku belum sampai mengajari Luken sampai pada tahap tersebut.
Luken melihat kesekeliling dan tiba-tiba kesakitan karena luka di pundaknya. Angela berusaha menenangkan Luken. Luken mendengarkan apa yang Angela katakan, tentang semua hal yang terjadi dan itu memberikan trauma kedua pada diri Luken.
Luken berpikir kalau ialah yang membunuh semua orang disana. Ini mengingatkanku tentang kejadian masa kecilnya dimana aku menghabisi sekandang penuh kelinci karena bosan. Tapi Luken mengira kalau dia yang melakukannya.
Angela memeluk Luken agar ia tenang. Meski Angela memeluk Luken, aku tetap bisa merasakannya. Ah, aku bahkan bisa merasakan kedua dadanya yang besar. Ingin sekali rasanya mengambil alih tubuh Luken disaat ia lengah dan meremas dada Angela yang besarnya seperti dada Ayaneru.
I think it's cursed pharagraph time. Ah, yes, Cursed time. Mbah berhenti menunda-nunda pekerjaanmu, bangsat. Lihatlah cerita ini sudah molor 3 minggu dari jadwal rilis aslinya. Ini semua karena Mbah yang sange setiap hari. Jika kalian melihat scene romance yang "nakal". Kemungkinan besar Mbah lagi sange. Horny everyday is Mbah passion. Segera selesaikan cerita ini biar kau bisa tumbuk daging ke Ayaneru, Mippe, dan Amita. Moncrot!
"Angela, terima kasih. Aku sudah jauh lebih baik sekarang."
"Sama-sama Luken."
Ein.
Hah?
... Terima kasih sudah menyelamatkan kami.
Simpan terima kasihmu untuk nanti, Luken. Selain itu, aku tidak mau muncul lagi untuk sementara waktu untuk babysitting dirimu. Selesaikan masalahmu sendiri.
Ein, mau kemana kau, Ein? Ein!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[Arknights FanFic] Wings of Steel, Part 1 (DROPPED)
FanfictionSumber Gambar: https://twitter.com/Mbah_Kojim/status/1270166120591273984?s=19 Peringatan: Cerita ini hanyalah fiksi penggemar, tidak ada hubungannya dengan cerita ofisial Sinopsis: Luken memutuskan menjadi tentara dan mengubur cita-citanya membuka t...