Aku menjalani kehidupan keras bersama Ein. Tentang bagaimana kami harus berkerja untuk makan. Untuk urusan sekolah, aku hanya mengandalkan beasiswa agar tidak mengeluarkan biaya lebih. Kami pun berbagi tubuh bersama. Ein menggunakan tubuhku untuk berkerja sementara aku akan menggunakannya ketika bersekolah.
Awalnya terasa begitu berat. Meski kesadaran kami bertukar, tapi tubuh kami tetap satu. Dengan kata lain fisikku sama saja melakukan berbagai hal bersamaan dan itu begitu melelahkan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, tubuhku mulai beradaptasi dan terbiasa dengan hal ini.
Ein mengajariku bagaimana kita berbagi kesadaran ketika ia masuk kedalam tubuhku. Ini membuatku dapat memantau situasi ketika Ein mengendalikan tubuhku. Sesuatu yang begitu menguntungkan, dengan begitu pula Ein tidak perlu berkeliaran dan bisa tinggal setubuh denganku.
Tidak terasa, 9 tahun aku menjalani hal ini bersama Ein hingga akhirnya aku lulus dari SMA. Untuk merayakan kelulusan ini, aku memutuskan untuk pergi ke taman bunga. Tapi, waktu berjalan cukup lama hingga akhirnya, perubahan juga berdampak pada lingkungan hidupku.
Bunga-bunga itu menghilang ketika aku menemukannya. Yang terlihat adalah tanah lapang coklat yang dikelilingi pagar kawat. Terlihat spanduk yang terpasang dipagar bertuliskan rencana pembangunan mall oleh salah satu pihak pemborong, yaitu Montana Group.
Ini membuatku sedih. Aku terlalu sibuk untuk berkerja dan bersekolah hingga tak pernah mengunjungi tempat ini. Saat aku mengunjunginya, lokasi ini sudah berubah. Kini aku tidak punya tempat untuk melepas penat lagi. Jadi aku memutuskan untuk pulang.
"Apa rencanamu sekarang, Luken?" tanya Ein. "Ingin lanjut berkerja atau mewujudkan cita-citamu membuka toko bunga?"
Aku menggelengkan kepala, "Tidak, Ein. Sebenarnya, aku selalu memikirkan hal ini. Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya."
"Katakan, Luken. Aku dengan senang hati membantu memecahkan masalahmu."
"Aku ingin menemui kakak dan ayah. Tapi aku tidak tahu. Aku sudah mencari di internet, namun informasi yang mereka berikan sangat sedikit. Yang aku tahu adalah ayah sekarang menjadi seorang Jenderal tertinggi militer Columbia. Sementara Kakak tidak ada kabarnya sama sekali."
"Kenapa kau tidak mencoba untuk mencari ke tempat mereka?"
"Ke tempat mereka? Aku saja tidak tahu alamat rumah mereka, Ein."
"Kau cerdas tapi kadang bodoh. Maksudku kau menjadi tentara dan temukan mereka. Tetapi jika kau menjadi tentara, kau harus merelakan cita-citamu menjual bunga."
Aku berdiam sejenak sembari memikirkan perkataannya. Ein ada benarnya, jika kau ingin mencari daun, datanglah ke hutan. Tapi saat masuk kedalam hutan, tidak ada jaminan aku bisa keluar dalam hutan dengan selamat.
Militer Columbia terkenal ketat dalam melakukan penyeleksian calon tentara mereka. Mereka hanya memilih yang terbaik dan mau mengemban seluruh hidupnya mengabdi kepada negara. Kau hanya boleh berhenti dikemiliteran Columbia, jika sudah saatnya pensiun, mengalami cacat fisik permanen, atau meninggal dunia. Selain 3 hal itu kau memaksakan untuk berhenti, mereka akan memberikanmu KTP merah atau bisa dibilang, kau seorang pengkhianat negara.
Aku tidak menunggu sampai tua dan pensiun hanya untuk mendirikan toko bunga. Aku tidak bisa membuka toko bunga dengan kondisi cacat fisik. Dan tentu saja aku tidak mungkin membuka toko bunga jika meninggal. Ini adalah sebuah perjudian yang tidak menguntungkan.
Setelah berpikir cukup lama, aku membuka suara, "Ein. Aku sudah memutuskan. Aku akan mendaftar akmil dan menjadi tentara untuk menemui mereka berdua."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Arknights FanFic] Wings of Steel, Part 1 (DROPPED)
FanfictionSumber Gambar: https://twitter.com/Mbah_Kojim/status/1270166120591273984?s=19 Peringatan: Cerita ini hanyalah fiksi penggemar, tidak ada hubungannya dengan cerita ofisial Sinopsis: Luken memutuskan menjadi tentara dan mengubur cita-citanya membuka t...