Chapter 16

70 11 0
                                    

*Ein's Point of View*

"Luken! Kita harus menolong mereka," kata Angela.

Percuma, mereka tidak akan selamat. Selain itu helikopter tersebut tidak lebih dari sinyal pemanggil. Musuh bakal banyak berkumpul disana. Lebih baik kita mencari tim yang lain.

Luken tampak berpikir cukup lama. Antara ingin menyelamatkan prajurit yang lain atau mengikuti nasehatku. Tapi ia tidak diberi waktu lama ketika pintu atap terbuka dan seorang pemberontak bersenjatakan pisau lempar mencoba menyerang kami. Luken segera menodongkan senapan serbu ke arahnya dan memberikan peringatan.

"Jangan mendekat!"

Apa yang kau lakukan, bodoh! Cepat tembak dia.

Tidak, aku tidak mau menembak orang yang tidak bersalah!

Ini perang, Luken!

Orang tersebut menerjang ke arah kami. Karena peringatan Luken diabaikan olehnya, ia terpaksa menembak. Tembakannya lesat ke arah kaki kiri pemberontak tersebut dan itu membuatnya tersungkur. Itu adalah tindakan konyol dalam perang. Dia bisa saja menembak kepala pemberontak tersebut untuk segera mengakhirinya.

Kenapa kau tidak menembak kepalanya?!

Diamlah! Aku tidak mau membunuh orang.

Cih!

Aku kesal melihat tindakan Luken barusan, dan hal yang lebih bodoh lagi akan segera ia lakukan. Luken mendekati orang tersebut. Tanpa diduga dia melemparkan dua buah pisau ke arah kami. Pisau tersebut tepat mengenai rompi dan helm. Meski menancap, tapi pisau tersebut tidak sampai menembus. Hanya saja karena panik, Luken jadi terjatuh.

Orang tersebut bangun kemudian melompat dan berusaha menusuk. Aku memperhatikan tindakan apa yang akan dipilih Luken. Jika dia membiarkan musuh menusuk tubuh kami, kita berdua akan mati dan selesai sudah. Tetapi jika dia ingin hidup, maka ia harus melawan. Luken mencabut pisau dan menggunakannya untuk menyerang musuh. Pergelangan musuh segara ia tangkap agar tidak mengenai leher dan pisau ditangan Luken hujamkan langsung ke leher musuh.

Ini adalah bakat alami Luken yang diwariskan oleh kedua orang tuanya, yaitu insting bertahan hidup yang kuat. Disaat terdesak, ia bisa melakukan hal diluar nalar. Itulah yang membuatnya bisa bertahan hidup sejauh ini. Tetapi Luken tetaplah Luken, dia masih terlalu baik untuk dunia yang kejam ini.

Luken mencabut pisau tersebut dan darah musuh mengucur deras di mukanya. Karena ketakutan, Luken segera melempar orang tersebut ke pinggir dan menjauh. Tubuhnya bergetar hebat dan aku bisa melihat dengan jelas kalau dia benar-benar ketakutan. Luken berdiri kepinggir gedung dan segera memutahkan seluruh isi perutnya.

Luken baru saja membunuh seseorang dengan kedua tangan untuk pertama kalinya. Respon seperti ini adalah hal yang wajar dan aku sudah biasa melihat hal ini. Emosi Luken menjadi terganggu dan aku bisa melihat lubang hatinya terbuka lebar. Di dalam lubang hati, aku melihat wujud astral Luken membungkuk untuk mutah seperti tubuh aslinya.

Bagaimana rasanya membunuh, menikmatkan, bukan?

Hoek.. aku.. aku tidak mungkin.. hoek.. merenggut nyawanya.

Ah, tidak bisa diharapkan. Jika begini terus kita berdua akan mati. Minggir!

Aku menarik wujud astral Luken dari jiwanya. Disaat yang sama aku masuk dan menggantikan posisinya. Disini aku segera mengendalikan tubuh Luken untuk bangkit dan menghadapi kekacauan ini.

[Arknights FanFic] Wings of Steel, Part 1 (DROPPED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang