Tragedi Hari Senin

61 7 0
                                    



Cempaka Mutiara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cempaka Mutiara

Cempaka Mutiara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SBS

***

Hari senin adalah hari yang paling ribet. Semua harus lengkap dan rapih, memakai dasi, memakai topi, ikat pinggang, kaos kaki putih sepatu item tali item/putih dan sebagainya.

"Buruan Cem lama bener," protes bang Caka kakak semata wayang Cempaka. Bang Caka ini masih berkuliah di salah satu Universitas yang ada di Jakarta dengan jurusan teknik pertambangan.

"Nanti bang lima menit lagi dasi Cempaka ngak ada," teriak Cempaka dari kamarnya. Rumah Cempaka hanya satu lantai tapi cantik.

"Hadeh, buruan Cem abang mau ngadep dospen pagi ini ngak boleh telat," teriak bang Caka lagi.

Ah pokonya pagi ini begitu ribut sampai sampai bunda mereka mengelus dada saja dengan kepala cenat cenut pusing sekali.

"Bunda dasi Cempaka mana?" Teriak Cempaka lagi padahal ibunya sedang di dapur yang jaraknya hanya beberapa meter saja.

Sih Bunda menghela nafas panjang. "di gantung di samping lemari kamu itu apa Cem yaallah punya anak perempuan satu ngak bisa jaga barang sendiri dan bla bla bla." panjang sekali omelan bundanya pagi ini.

"Bunda sisir mana?" Kali ini caka yang sibuk mondar mandir keluar kamarnya mencari sisir yang ia kira menghilang.

Dengan lagi lagi menghela nafas tabah bunda masuk kedalam kamar anak laki-lakinya.

"nih!" bunda dengan kasar menyerahkan sisir pada Caka yang disambut cengengesan pemuda itu.

Sedangkan di seberang sana tak jauh dari rumah Cempaka hm karena rumah mereka tetanggaan. Kediaman Adit sama ributnya.

"Om Didit, Cindy mau disisil kayak kemalen," Cindy kecil melompat-lompat mendekati Adit yang sedang repot memasang dasi yang miring-miring.

"Oke baiklah tuan putri hamba akan segera laksanakan perintah anda." Adit melupakan dasinya yang awut-awutan. Ia segera mengambil minyak rambunya dan sisir. Menaburkan minyak rambut itu sebanyak mungkin di kepala keponakannya lalu membentuknya tinggi-tinggi.

JURNAL SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang