Next

19 5 0
                                    

"Adiiit, balikin ngak!" Cempaka berkecak pinggang sesekali mengatur nafas yang hampir habis.

"Dalam dunia ini hanya ada satu—

"Eaaa," sahut anak laki-laki yang setia mendengarkan Adit.

Sedangkan Adit masih asik melompat dari meja ke meja menjauhi jangkauan Cempaka yang ingin merebut buku puisi miliknya.

"Oh Adit kau yang paling tampan,"

"Ngak ada itu, ngarang lo. Ish sini balikin," Cempaka menarik-narik celana SMA Adit yang bisa ia jangkau.

"Yayang, kok yayang Adit mengkhianati Sesil," rajik Sesil pada Adit.

Sepertinya akan terjadi drama kerem.

Rohim asik memotret mereka bertiga yang sebentar lagi akan bertikai.

"Awas lo Him dirampas buk Wiwit nanti hape lo," Alan menakut-nakuti Rohim.

"Diem aja makanya, jangan bocor," jawab Rohim melototi Alan.

***
"Mau kemana Cem?" Tanya Lili saat Cempaka lewat di depan kelasnya.

Cempaka menatap Lili sejenak, "mau nyusul Adit."

Cempaka kembali berjalan. "Woy tungguin ngapa?"

"Lah jalan aja," jawab Cempaka cuek.

"Dit balikin ih," Cempaka hendak kembali merampas bukunya.

"Et ngak dapet," Adit kembali menjauhkannya dari jangkauan Cempaka.

Cempaka mencondongkan tubuhnya,

"Hah," nafas Adit tiba-tiba menjadi sangat berat. Tubuhnya berkeringat dingin.

"Dapat," Cempaka terlonjak gembira.

Sedangkan Adit terdiam membatu.

"Mata gue ternoda," Adit mengusap wajahnya.

"Adiiit lo ngintip dada gue ya?!" Cempaka dengan gerakan cepat menutup dadanya yang terbuka sedikit.

"E-eng-ngak," elak Adit gelagapan.

"Dasar mesuuum," Cempaka memukul tubuh Adit.

"Wah KDRT," Ragil dan yang lain menonton keributan dua orang itu.

"Aduh aduh udah dong," Adit menahan gerakan Cempaka.

"Udah Cem kasihan," Lili memisahkan keduanya.

"Dasar, semua cowok sama aja," Cempaka menghentakkan kakinya kesal.

Cempaka berlalu dari hadapan mereka dengan kesal.

***

"Dit, besar ngak?" Bisik Ragil dengan mencondongkan tubuhnya mendekati Adit.

Adit mendongak dengan muka maish syok, "kecil," cicit Adit tanpa sadar.

"Eh, enggak anjir lo," Adit segera tersadar dari syoknya.

Semua terlonjak kaget melihat Adit yang ngomel-ngomel, "kita ini masih sekolah enggak boleh berpikiran mesum."

"Eh tapi dada Cempaka tadi sexy loh," bisik Adit sepelan mungkin pada teman-temannya yang melongo. "Et tapi kalian jangan mikirin Cempaka ya cuma gue yang boleh," ancam Adit.

Temannya hanya mengangguk kompak tanpa tahu apa yang Adit katakan ini.

"Yayang," Sesil mendekati Adit dan memeluk lengan kekar Adit. Tubuh remaja itu bergidik ngerih, ingin ia melepas paksa pelukan Sesil tapi pelukan ini erat sekali.

"Hehhehe," Adit tertawa terpaksa.

"Yayang makan yuk,"

"Gue mau ke toilet dulu," Adit bergegas berlari pergi menjauh.

"Yayang jangan lama-lama ya," teriak Sesil centil.

***

"Huft untung bisa lepas dari kunti," Adit bernafas lega.

"Aahhhhh"

Adit berlari lagi keluar dari toilet. Ternyat dirinya salah masuk toilet, ia malah masuk toilet perempuan.

"Adiiitttt," teriak para perempuan itu, mereka bahkan ada yang mengejar Adit. Sungguh sial nasibnya hari ini.

Bersambung....

JURNAL SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang